Kekerasan anti-Kristen di IndiaKekerasan anti-Kristen di India merujuk kepada kekerasan melawan umat Kristen bermotivasi keagamaan di India, yang biasanya dilakukan oleh nasionalis Hindu. Tindakan kekerasan tersebut meliputi pembakaran gereja, pemindahan umat Kristen ke Hindu dengan paksaan atau ancaman kekerasan fisik, menyebarkan ancaman tertulis, pembakaran Alkitab, pemerkosaan suster, pembunuhan pendeta Kristen dan penghancuran sekolah-sekolah, kolese-kolese, dan kuburan-kuburan Kristen.[1][2] Kekerasan melawan umat Kristen dipandang oleh organisasi Human Rights sebagai sebuah taktik yang digunakan untuk mengakhiri pertemuan politik. Menurut laporan Human Rights Watch yang diterbitkan pada September 1999, sejumlah insiden kekerasan anti-Kristen meningkat berbulan-bulan setelah kemenangan nasionalis Hindu Partai Bharatiya Janata (PBJ) pada Maret 1998.[2] Pada awal 2015, Perdana Menteri Narendra Modi membuat pernyataan keras tentang komitmen pemerintahannya untuk mengutamakan perdamaian dan harmoni keagamaan dan berkata bahwa pemerintahannya akan secara kuat bertindak melawan tindakan kekerasan keagamaan. Saat berpidato di perayaan pengangkatan Romo Kuriakose Elias Chavara dan Suster Euphrasia masibg-masing menjadi santo dan santa, Modi berkata, "Tradisi menyambut seluruh kepercayaan di India telah lama ada di India itu sendiri ... Kita percaya bahwa kebenaran ada di setiap agama. Ini adalah sebuah pernyataan untuk perdamaian dan harmoni di negara ini."[3] Referensi
Bacaan tambahan
|