Kekasih (film 2008)
Kekasih merupakan sebuah film Indonesia yang dirilis pada tahun 2008. Film yang disutradarai oleh Wisnu Adi ini pemainnya antara lain oleh Vonny Kristianda, Pitrajaya Burnama, dan Krisno Bassa. Tanggal rilisnya pada 3 April 2008. PlotJiwo adalah seorang anak SMP. Ia lahir dari ayah bernama Japati dan ibu bernama Sasmita. Japati adalah seorang abdi dalem keraton yang terseret ombak laut selatan setelah berhasil menyelamatkan anggota Kesultanan Yogyakarta yang hampir tenggelam. Sementara Sasmita yang sedang hamil Jiwo, bisa menerima takdir atas suaminya dan menghidupi Jiwo sejak kecil dengan bekerja sebagai pengrajin batik. Untuk mengisi kegiatan luangnya, Jiwo sering melatih burung merpati kesayangannya, Bintang. Kemudian selesai melatih burung dan bersepeda di jalan, ia menabrak sebuah mobil. Ia sedikit memar, tetapi Bintang mati. Jiwo menyalahkan sang sopir dan yang disopirinya sebagai pembunuh merpatinya. Sang sopir itu adalah Pak Jon (Krisno Bossa) yang menyupiri putri majikannya yang sebaya dengan Jiwo, Maria. Maria adalah seorang anak keturunan keluarga keraton. Ia mempunyai ayah bernama Danurdono (Donny Damara) yang sangat patuh kepada ayahnya—atau kakek Maria—yang bernama Eyang Suryo (Pitrajaya Burnama). Ialah keturunan dari keraton tersebut. Ibu Maria adalah Lestari, seorang pengrajin batik sederhana yang dinikahi Danurdono. Pertamanya, Eyang Suryo tidak menyetujui pernikahan itu karena menganggap Lestari tidak pantas secara tingkat sosial untuk menjadi keluarga keraton, tetapi Lestari membuktikan dengan kerja keras dan keuletan, serta Maria, dan membuat Eyang Suryo mulai mendukung Lestari untuk menciptakan bisnis butik batik. Sayang, Maria mempunyai kelainan hati yang membuatnya lemah dan sangat dijaga oleh keluarganya. Maria merasa bersalah dan menghapal nama sekolah Jiwo yang tertera di badge seragam Jiwo. Lalu, Maria dibantu Pak Jon mencari merpati terbaik dan menghadiahkannya kepada Jiwo. Setelah diberikan pengertian, Jiwo akhirnya menerima Maria sebagai temannya. Jiwo dan Maria berbagi senang dan kenangan manis yang mereka kecap. Saat tangan Maria berdarah dirumah Jiwo, Jiwo mengisap jari Maria dan mengelap darahnya dengan sketsa sarang burung Jiwo. Sketsa itu disimpan Maria. Pada sebuah sore, Maria harus berangkat ke Singapura bersama Lestari untuk merawat kondisinya. Padahal Maria belum memberikan ucapan perpisahan untuk Jiwo. Jiwo yang tidak tahu kabar itu terus menunggu dalam kelabilan emosi atas Maria. Delapan tahun kemudian. Jiwo sudah menjadi pemuda yang tampan dan masih mengingat Maria. Sementara Maria, kembali dari Singapura setelah dia didoktrin disana kalau keadaan hatinya sudah parah. Maria masih mengingat Jiwo. Jiwo dan Maria akhirnya bertemu setelah Maria diberitahu Sasmita. Maria dan Jiwo berhubungan intim disebuah tempat dekat pantai saat bertemu. Perlahan, berkat kerjasama Pak Jon yang mau berbohong demi kisah cinta majikannya, Maria dan Jiwo kembali bersatu dan menjadi kekasih. Lestari, tahu hal itu, Ia malah takut kalau hal yang terjadi seperti kisah dirinya dengan Danurdono akan terulang. Setelah Jiwo dan Maria pulang dari pantai, Maria karena kehujanan jatuh pingsan. Hal itu membuatnya semakin harus sering mengonsumsi obat-obatan dan istirahat rumah. Maria menyuruh Pak Jon untuk membeli bahan-bahan membuat sarang burung. Setelah dibelikan, Maria membuat sendiri sarang burung berdasarkan sketsa Jiwo lima tahun yang lalu. Selesai membuat, akhirnya Maria pergi ke tempat di mana ia berhubungan dengan Jiwo dan menyerahkan sarang itu. Jiwo dan Maria kembali bersama. Lestari dimarahi suaminya yang takut kalau Eyang Suryo akan marah. Tapi Lestari tahu bahwa apabila anaknya bersama Jiwo, anaknya akan bahagia. Saat berboncengan motor dengan Jiwo, Maria melihat sebuah mobil menerjang ke motor mereka. Merekapun kecelakaan. Jiwo terbangun dirumah sakit disebelah ibunya. Jiwo yang masih belum bisa berjalan nekad menyusuri rumah sakit untuk melihat keadaan Maria. Ternyata Maria terbaring koma. Jiwo selama dirumah sakit terus memaksa dokter yang menangani Maria untuk memberitahu keadaan Maria. Tetapi Jiwo tidak mendapatkan apapun karena prosedurnya hanya sang keluarga yang boleh tahu. Jiwo lagi-lagi memaksa hingga masuk kamar dokter yang sedang memeriksa Eyang Suryo. Jiwo menanyakan, tentu dengan penolakan. Saat Jiwo berkata bahwa ia kekasih Maria, Eyang Suryo mengizinkan dokter itu untuk memberitahu. Jiwo akhirnya tahu kalau Maria punya kelainan hati yang kini sudah mencapai tahap sirosis. Karena pendarahan, darah Maria tidak berhenti mengalir dan untuk menyelamatkan raganya adalah dengan melakukan transplantasi hati. Setelah Jiwo pergi, Eyang Suryo diberitahu kalau kondisi Maria kritis dan ia hamil dua bulan. Jiwo yang sedang istirahat, dibesuk oleh Pak Jon. Pak Jon memberikan surat yang ternyata diberikan Maria kala ia mau berangkat ke Singapura dulu. Tapi Pak Jon menyederhanakan kisah cinta Jiwo dan Maria dan menyimpannya selama delapan tahun. Jiwo akhirnya mengikuti tes donor hati dan lulus, lalu memberikan surat persetujuan kepada Sasmita sebagai orang tua Jiwo. Dengan berat hati, Sasmita menandatanganinya. Jiwo lalu memberikan surat itu ke dokter Maria, yang sudah dikerubungi oleh Lestari, Eyang Suryo, dan Danurdono. Jiwo mendapatkan berita kalau Danurdono juga mendonorkan hatinya. Eyang Suryo menyuruh Pak Jon untuk mengantarnya dan Jiwo ke pantai selatan. Di pantai selatan, Eyang Suryo menceritakan. Ayah Jiwo, Japati, telah menyelamatkan nyawa putranya, Danurdono, delapanbelas tahun yang lalu. Lalu, Eyang Suryo memberikan nama kepada anak Sasmita, Jiwo Samudro sebagai penghargaan tak resmi untuk Japati. Eyang Suryo berkata kepada Jiwo bahwa pengorbanan yang keluarga Japati berikan sudah terlalu banyak bila nyawa Jiwo menghilang. Mengindikasikan kalau Eyang Suryo tidak setuju dengan transplantasi hati Jiwo. Kemudian transplatasi hati berlangsung. Film berakhir dipantai di mana Maria bermain dengan anaknya. Kemudian ada Jiwo, yang membaca surat untuknya dari Eyang Suryo. Ternyata Eyang yang lebih dulu mendonorkan hatinya dan ia meninggal disaat setelah pendonoran selesai. Maria dan Jiwo kemudian menikah dan menjalani hidup dengan bahagia, di mana itu yang menjadi keinginan Eyang sebelum ia wafat. Pemain
Press ReleaseKekasih The Lovers adalah sebuah film drama percintaan yang sederhana, baik alur penceritaan serta penggarapannya tetapi sangat menyentuh, berangkat dari tema itulah dirancang di mana kehadiran tokoh-tokoh dalam cerita ini yang sangat membumi. Lokasi yang sebagian besar di daerah yogyakarta dan sekitarnya, membuat suasana yang berbeda dengan lanskap yang indah. cerita ini dimulai dengan Jiwo (Angga Dwisaputra) bertemu dengan maria (Vonny Kristianda) bertemu saat mereka SMP karena sebuah kecelakaan kecil di mana Jiwo kehilangan merpati kesayangannya yang bernama bintang, karena merpati itulah mereka bertemu dan seperti sepasang merpati yang tak pernah berpisah,hingga suatu saat ada suatu kejadian di mana Jiwo harus berpisah dengan Maria, hingga mereka bertemu 8 tahun kemudian, cinta mereka yang dianggap cinta monyet pada awalnya berubah menjadi sebuah pencarian cinta sejati, perbedaan status sosial dan sebuah rahasia besar antara orang tua mereka menjadi hambatan dalam hubungan mereka. Cinta mereka adalah sebuah janji cinta Maria dan Jiwo menjadi sebuah deklarasi bahwa sepasang kekasih, bahwa mereka sudah ditakdirkan berjodoh hingga akhir hayat. Saat terjadi kecelakaan sepeda motor, Maria harus dirawat karena koma dan terjadi pendarahan yang terus menerus, dan diagnosis mengindap kanker hati, Jiwo membuktikan cintanya dengan menyerahkan hatinya untuk maria, bagaimana dengan Ibu Jiwo (Karlina Erawaty) yang menjanda, kakek Maria (Pitrajaya Burnama) yg menyayangi Maria, orang tua maria di mana Danurdono (Donny Damara) dan Lestari (Fara Diana) yang selalu bertentangan soal hubungan maria dan Jiwo, Pak Jono (Krisno Bossa) sopir dan juga sahabat dekat keluarga yang ikut andil dalam hubungan Jiwo dan Maria. Suasana bertambah rumit lagi saat pihak keluarga Maria bersiap juga menjadi donor hati bagi Maria. Bagaimana dengan jiwo? sebuah cerita cinta bukan hanya anak muda tetapi juga antara ibu dan anak, keluarga juga persahabatan. ProduksiSyuting dilakukan di Yogyakarta selama kurang lebih sebulan. Wisnu Adi selaku sutradara dan pencetus ide film ini, mengatakan bahwa film ini dibuat berdasarkan kisah cinta dengan plot yang ringkas namun dengan akting yang berbobot dari para pendatang baru. Ia dan produser, Chandra Willim, berharap film ini bisa menjadi tontonan yang dinikmati para remaja.[1] Referensi
|