Kejatuhan Edo

Jatuhnya Edo (江戸開城, Edo Kaijō) terjadi antara Mei dan Juli 1868, ketika ibu kota Edo Jepang (sekarang Tokyo), yang dikuasai oleh Keshogunan Tokugawa, jatuh ke para pasukan yang mendukung pengembalian kekuasaan Kekaisaran Meiji pada Perang Boshin.

Saigō Takamori, yang memimpin pasukan kekaisaran di utara dan timur Jepang, menang dalam Pertempuran Kōshū-Katsunuma ketika menuju ke ibu kota. Ia akhirnya berhasil mengepung Edo pada Mei 1868.[1]

Katsu Kaishu, Menteri Tentara Shogun, menegosiasikan kapitulasi tersebut, yang tidak kondisional.[2]

Pertempuran Ueno menjadi penyebab akhir yang menyebabkan jatuhnya Edo secara keseluruhan.

Beberapa kelompok terus melakukan penentangan setelah kapitulasi formal ini namun dikalahkan dalam Pertempuran Ueno di timur laut Tokyo, pada 4 Juli 1868. Kota tersebut sepenuhnya berada dibawah kekuasaan pada Juli 1868.[2] Pada waktu itu, Tokugawa Yoshinobu secara sukarela dikurung di kuil Kan'ei-ji.

Kaisar Meiji pada usia 16 tahun, berpindah dari Kyoto ke Tokyo, pada akhir 1868, setelah jatuhnya Edo.

Pada 3 September 1868, kota tersebut berganti nama menjadi Tokyo (artinya "Ibu kota timur"), dan Kaisar Meiji memindahkan ibu kotanya ke Tokyo, memilih tempat tinggal di kastil Edo, Istana Kekaisaran pada masa sekarang.[2]

Sebuah monumen kecil didirikan di tempat pertemuan kapitulasi antara Saigo Takamori dan Katsu Kaishu, di Minato-ku, Shiba 5-33-1, dua menit dari Stasiun Tamachi.

Catatan

  1. ^ Kornicki, Peter F. (1998). Meiji Japan, p. 96.
  2. ^ a b c Perkins, Dorothy. (1997). Japan Goes to War, p. 8., hlm. 8, pada Google Books; Marius Jansen. (1995). The making of modern Japan, p. 342., hlm. 342, pada Google Books

Referensi

Kembali kehalaman sebelumnya