Kemudian datanglah firman TUHAN kepada Abram dalam suatu penglihatan: "Janganlah takut, Abram, Akulah perisaimu; upahmu akan sangat besar."[3]
Ayat 2
Abram menjawab: "Ya Tuhan ALLAH, apakah yang akan Engkau berikan kepadaku, karena aku akan meninggal dengan tidak mempunyai anak, dan yang akan mewarisi rumahku ialah Eliezer, orang Damsyik itu."[4]
Ayat 5
TUHAN membawa Abram ke luar serta berfirman: "Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya." Maka firman-Nya kepadanya: "Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu."[5]
Ayat 6
Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.[6]
Jadi "percaya" (bahasa Ibrani: 'eman atau iman atau emin) berarti bertekun dalam mempercayai dan yakin dengan menyatakan kesetiaan yang bersifat taat. Inilah iman yang dimiliki Abram. Hatinya terarah kepada Allah dalam kepercayaan, ketaatan dan penyerahan yang tetap.
2. Allah melihat sikap hati Abram yang beriman dan memperhitungkan hal itu sebagai kebenaran. Istilah "kebenaran" (bahasa Ibrani: tsedeq; "kesalehan") berarti mempunyai hubungan yang benar dengan Allah dan kehendak-Nya (bandingkan Kejadian 6:9; Ayub 12:14 dan seterusnya). Lagi pula, Allah mengadakan perjanjian dengan Abram; dengan ini Abram menerima Allah sebagai perisai dan upahnya (Kejadian 15:1), keturunan yang banyak (Kejadian 15:5), dan janji suatu negeri (Kejadian 15:7).
Lagi firman TUHAN kepadanya: "Akulah TUHAN, yang membawa engkau keluar dari Ur-Kasdim untuk memberikan negeri ini kepadamu menjadi milikmu." (TB)[8]
Ayat 13
Firman TUHAN kepada Abram: "Ketahuilah dengan sesungguhnya bahwa keturunanmu akan menjadi orang asing dalam suatu negeri, yang bukan kepunyaan mereka, dan bahwa mereka akan diperbudak dan dianiaya, empat ratus tahun lamanya." (TB)[9]
"negeri yang bukan kepunyaan mereka": "benih" atau "keturunan" Abram, yaitu Ishak, tinggal sebagai orang asing di Gerar, suatu bagian tanah Kanaan, sebagaimana Yakub bin Ishak juga tinggal di negeri yang sama, Kejadian 36:3; kemudian dia dan keturunannya tinggal atau diam sebagai orang asing di tanah Ham, di Mesir, Mazmur 105:23; yang semuanya "negeri yang bukan kepunyaan mereka" (lihat Keluaran 6:4).
"empat ratus tahun": karena saat itu Abram belum mempunyai keturunan, maka perhitungan tahun ini dimulai dari kelahiran Ishak, yang disebut "benihnya" (="keturunannya").[10]
^W.S. LaSor, D.A. Hubbard & F.W. Bush. Pengantar Perjanjian Lama 1. Diterjemahkan oleh Werner Tan dkk. Jakarta:BPK Gunung Mulia. 2008. ISBN 979-415-815-1, 9789794158159
^J. Blommendaal. Pengantar kepada perjanjian lama. Jakarta:BPK Gunung Mulia, 1983. ISBN 979-415-385-0, 9789794153857