Kebangsawanan HitamKebangsawanan Hitam (Bahasa Italia: aristocrazia nera) adalah para keluarga aristokrat Italia yang berpihak kepada Tahta Kepausan dibawah Paus Pius IX dan bukan berpihak kepada Vittorio Emanuelle II dari Italia ketika Monarki Piedmont masuk ke Roma pada tahun 1870 yang mengakhiri era Negara Gereja dan mengambil-alih Istana Apostolik. Semenjak Sri Paus "mengurung dirinya sendiri" di Vatikan selama 59 tahun (untuk menghindari anggapan bahwa Tahta Suci mengakui kedaulatan Italia bersatu di Vatikan), mereka yang menerima gelar dari Tahta Suci, seperti Gran Maestro del Sacro Ospizio (arti harafiah Penguasa Tertinggi Istana-istana Gerejawi Suci), tetap menutup pintu-pintu tempat tinggal mereka tertutup sebagai tanda turut berdukacita, yang menjurus kemudian kepada lahirnya gelar "Kebangsawanan Hitam". Setelah selesainya Perjanjian Lateran pada tahun 1929, Kebangsawanan Hitam diberikan dwi-kewarganegaraan di Italia dan di Vatikan, sebagai sebuah tanda penghargaan atas persahabatan mereka, yang membuat mereka bisa masuk ke pasukan Garda Mulia (Bahasa Italia: Guardia Nobile), yang sebelumnya hanya terbuka bagi para bangsawan dari bekas Negara Gereja. Pada tahun 1931, Paus Pius XI menolak permintaan Alfonso XIII untuk membuka kesempatan menjadi anggota Garda Mulia lebih jauh lagi kepada para bangsawan dari semua negara Katolik. Anggota-anggota keluarga Kebangsawanan Hitam yang terkenal antara lain Eugenio Pacelli, yang nantinya menjadi Paus Pius XII. Keluarga-keluarga Kebangsawanan Hitam lainnya adalah Brigitta, Massimo, Ruspoli dan Santioris. Ketika Paus Paulus VI menarik kembali plat nomor kendaraan dan fasilitas lainnya dari Vatikan, terjadilah perselisihan. Pada bulan Mei 1977, beberapa anggota Kebangsawanan Hitam, dipimpin oleh Putri Elvina Pallavicini, mulai mendekati Uskup Agung Marcel Lefebvre yang ultrakonservatif. Pranala luar
|