Juba I dari Numidia
Juba I dari Numidia atau Juba I (c. 85 SM – 46 SM, berkuasa 60 SM – 46 SM) adalah raja Numidia. Dia adalah putra sekaligus pengganti raja Numidia sebelumnya, Hiempsal II. Juba adalah ayah dari raja Numidia (dan kelak Mauretania) berikutnya, Juba II (50/52 SM – 23 SM). Dia adalah mertua dari istri Juba II, yaitu seorang putri Ptolemaios Yunani yang bernama Kleiopatra Selene II (40 SM – 6 SM), dan putri Kappodokia yang bernama Glafira. Juba I adalah kakek dari raja Ptolemaios dari Mauretania (1 SM – 40 M) dan putri Mauretania Drusilla dari Mauritania (lahir 5 Sebelum Era Umum). Pada 81 SM Hiempsal dijatuhkan dari tahtanya, tidak lama kemudian, Pompeius dikirim ke Afrika oleh Sulla untuk mengembalikan kekuasaan Hiempsal di Numidia. Karena itulah, Hiempsal, dan kelak Juba I, menjadi sekutu Pompeius. Aliansi ini diperkuat dalam kunjungan Juba ke Roma, ketika itu Julius Caesar membuat Juba jengkel dengan menarik jenggotnya ketika Juba menuduh Caesar. Juga pada 50 SM, ketika tribunus Gaius Scribonius Curio secara terbuka mengusulkan supaya Numidia dijual. Pada Agustus 49 SM, Caesar mengirim Curio untuk merebut Afrika dari pihak Republik. Curio pun harus berperang dengan gubernur Afrika, Publius Attius Varus, dalam Pertempuran Sungai Bagradas (49 SM). Ketika itu pasukan Curio berhasil mengalahkan pasukan Varus, bahkan Varus sendiri terluka. Merasa percaya diri, Curio pun menyerang pasukan yang dia yakini hanya merupakan satu detasemen dari pasukan Juba. Ternyata sejumlah besar pasukan Juba ada di sana. Setelah serangan awal yang sukses, pasukan Curio disergap dan dihancurkan oleh pasukan Saburra (komandan militer Juba). Curio dikelilingi oleh sisa-sisa pasukannya di atas bukit dan meninggal dalam pertempuran tersebut. Hanya sedikit prajurit yang berhasil kabur ke kapal. Sementara itu Juba mengambil beberapa senator sebagai tawanan untuk dipertontonkan dan dieksekusi. Ketika Caesar tiba di Afrika, Juba awalnya berencana untuk bergabung dengan Publius Cornelius Scipio Salvito, akan tetapi kerajaannya diinvasi dari abrat oleh sekutu Caesar, Bocchus II, dan seorang petualang Italia, Publius Sittius. Juba akhirnya meninggalkan hanay 30 ekor gajah perang dan kemudian kembali ke Numidia untuk menyelamatkan kerajaannya. Scipio tahu dia tak akan mampu bertarung tanpa tambahan pasukan. Karena itu dia mengirim pesan yang isinya meminta bantuan pada Juba. Juba dengan segera memberikan komando pertahanan kerajaan pada Saburra, lalu bergabung bersama Scipio dengan membawa serta 3 legiun, yang terdiri dari sekitar 15.000 infantri ringan, 1000 kavaleri, 30 gajah perang untuk bertempur dalam Pertempuran Thapsus. Namun Juba berkemah jauh dari barisan utama Scipio. Juba melihat bahwa Scipio sudah jelas akan kalah, karena itu Juba tidak ikur serta dalam pertempuran dan lebih memilih melarikan diri bersama 30.000 prajuritnya. Kabur bersama jenderal Romawi Petreius dan mengetahui bahwa jalur kabur mereka sudah dipotong, mereka pun membuat pakta bunuh diri dan melakukan pertarungan satu lawan satu. Idenya adalah supaya salah satunya akan mati terhormat. Hasil akhirnya bervaraisi menurut beberapa sumber, tetapi kemungkinan besar Petreius membunuh Juba, lalu dia bunuh diri dengan bantuan seorang budak.[1] Spesies terancam punah, Palem Anggur Chili (Jubaea chilensis), dinamai dari nama Juba I dari Numidia.[2] Catatan kaki
Referensi
|