Joie de vivreJoie de vivre (pengucapan bahasa Prancis: [ʒwa də vivʁ], kenikmatan menjalani hidup) adalah frasa bahasa Prancis yang berarti menikmati kehidupan dengan bahagia dan semangat. Joie de vivre bisa berupa "menikmati cakap-cakap, menikmati makan-makan, menikmati apapun yang kita lakukan ... Dan joie de vivre dapat dipandang sebagai kenikmatan segalanya, kenikmatan menyeluruh, filsafat hidup, suatu Weltanschauung. Dictionnaire karya Paul Robert mencantumkan bahwa joie berarti sentiment exaltant ressenti par toute la conscience, artinya kenikmatan meliputi seluruh jiwa dan raga manusia."[1] Asal usul dan perkembanganPenggunaan frasa ini dapat ditelusuri hingga akhir abad ke-17 oleh François Fénelon. Frasa ini baru berkembang di dunia sastra pada abad ke-19, pertama oleh Jules Michelet (1857) dalam buku panteis Insecte untuk membedakan kehidupan tumbuhan yang pasif dengan joie de vivre yang dimiliki hewan,[2] lalu oleh Émile Zola dalam buku La Joie de vivre tahun 1883–4.[2] Joie de vivre berubah menjadi cara hidup dan sempat hampir berubah menjadi agama sekuler[2] pada awal abad ke-20. Joie de vivre kemudian disertakan oleh Jacques Lacan dalam "prinsip jouissance di balik kenikmatan"[3] pada paruh akhir abad ke-20. Kala itu, penekanan joie de vivre pada antusiasme, energi, dan dadakan (kespontanan) membangkitkan budaya Hippie di seluruh dunia.[4] PsikologiPendukung aktualisasi diri abad ke-20 seperti Abraham Maslow atau Carl Rogers mengamati kebangkitan "kenikmatan menjadi diri sendiri yang sunyi...kenimkatan rileks yang spontan, joie de vivre yang primitif" sebagai efek samping aktualisasi diri.[5] Joie de vivre juga dikaitkan dengan konsep rasa bermain (sense of play) dan diri sejati yang dicetuskan D. W. Winnicott.[6] AdaptasiFrasa ini biasanya ditulis dalam bentuk standarnya dalam bahasa Prancis, namun kadang ditulis joie de vie yang artinya "kenikmatan kehidupan".[7] Lihat pulaLihat entri joie de vivre di kamus bebas Wiktionary. 2
Referensi
Bacaan lanjutan
|