Joffrey Baratheon
Joffrey Baratheon adalah karakter fiksi dalam seri novel fantasi epik A Song of Ice and Fire karya pengarang Amerika—George R. R. Martin dan adaptasi televisi yang berjudul Game of Thrones. Pertama kali diperkenalkan dalam novel A Game of Thrones (1996), Joffrey adalah putra tertua Cersei Lannister. Dia kemudian muncul kembali dalam A Clash of Kings (1998) dan A Storm of Swords (2000). Joffrey dikenal sebagai anak yang manja, perisak sadis, dan sering berlaku kasar kepada Sansa Stark. Dia juga suka mengolok-olok pamannya—Tyrion. Joffrey diperankan oleh aktor Irlandia—Jack Gleeson dalam adaptasi televisi HBO.[1] Untuk perannya tersebut, Gleeson telah menerima perhatian dan pujian kritis yang signifikan. Gambaran ringkasJoffrey berusia dua belas tahun pada awal A Game of Thrones (1996). Joffrey Baratheon bukan karakter POV dalam novel, jadi tindakannya disaksikan dan ditafsirkan melalui mata orang lain, seperti pamannya—Tyrion Lannister dan tunangannya yang dulu, Sansa Stark. Dia mewarisi fisik seorang Lannister dari ibunya, seperti memiliki rambut pirang dan mata hijau, banyak yang menilainya sebagai seorang yang sangat tampan. Penggambaran karakterDi depan umum, Joffrey merupakan putra tertua dan pewaris Raja Robert Baratheon dan Ratu Cersei Lannister, keduanya mengadakan aliansi pernikahan politik setelah Robert naik takhta sebagai hasil pemberontakannya melawan "Raja Gila" Aerys II Targaryen. Pada kenyataannya, ayah kandungnya adalah saudara kembar ibunya, Jaime Lannister.Dia memiliki seorang adik perempuan, Myrcella, dan seorang adik lelaki, Tommen, yang keduanya juga merupakan hasil dari hubungan inses Jaime dan Cersei. Kakek-nenek kandung mereka, Tywin dan Joanna Lannister, juga merupakan sepupu pertama. Joffrey adalah seorang yang sadis dan amoral, yang menyamarkan kekejamannya dengan pesona yang dimilikinya. Sebagai contoh, ketika tunangannya pernah menyinggungnya, Joffrey menanggapinya dengan mengatakan bahwa ibunya telah mengajarinya untuk tidak pernah menyerang seorang wanita, tetapi ia kemudian mengutus seorang kesatria dari Kingsguard (pengawal raja) untuk memukul tunanagnnya sebagai gantinya. Dia menikmati dalam hal memaksa orang untuk bertarung sampai mati, dan menegakkan hukuman kejam untuk kejahatan yang lebih ringan. Dia tidak memiliki rasa tanggung jawab, menyalahkan kegagalan pada orang lain. Dia tidak memiliki kontrol diri dan sering menghina sekutu dan anggota keluarganya. Referensi
|