Raja Jeongjo (Hangul:
정조; Hanja:
正祖, 1752–1800) merupakan raja ke-22 Dinasti Joseon, Korea. Ia membuat beberapa upaya untuk mereformasi dan meningkatkan negara Joseon. Ia menjadi ahli waris kakeknya Raja Yeongjo (1724–1776) dan digantikan oleh putranya Raja Sunjo (bertakhta 1800–1834). Ia secara luas dianggap sebagai seorang pemimpin dan visioner yang sukses di Joseon bersama dengan Raja Sejong.
Kehidupan Awal
Ia merupakan putra Pangeran Sado, yang dihukum mati oleh ayahandanya sendiri, Raja Yeongjo. Ibundanya, Nyonya Hyegyeong, menulis sebuah biografi, The Memoirs of Lady Hyegyeong (한중록, 閑中錄), menceritakan kehidupannya sebagai Putri Mahkota Korea yang bernasib buruk. Koleksi kisah ini menyediakan sumber informasi sejarah yang berharga tentang kejadian politik selama masa pemerintahan Raja Yeongjo, Raja Jeongjo dan Raja Sunjo.
Ketika ia masih menjadi Putra Mahkota, Raja Jeongjo bertemu dengan Hong Guk-yeong[1] (홍국영, 洪國榮), seorang politisi yang kontroversial yang mulanya mendukung kenaikan tahta dan bekerja keras untuk meningkatkan kekuasaan raja namun akhirnya diusir karena kerakusannya akan kekuasaan.
Jeongjo menghabiskan banyak waktu mencoba untuk membersihkan nama ayahandanya pada masa pemerintahannya. Ia juga memindahkan istana ke kota Suwon supaya dekat dengan makam ayahandanya. Ia membangun Benteng Hwaseong untuk menjaga makam tersebut. Sekarang tempat tersebut adalah salah satu dari Situs Warisan Dunia UNESCO.
Kenaikan Takhta
Eranya berada pada masa sulit karena ayahandanya dibunuh secara paksa. Keputusan akhir Raja Yeongjo untuk mengeksekusi Pangeran Sado kebanyakan dipengaruhi oleh para politisi lainnya yang menentang Pangeran Sado.
Dari hal ini, ia menghadapi banyak hambatan namun dapat mengatasinya dengan bantuan Hong Guk-yeong.[1]
Kebangkitan Kembali
Raja Jeongjo memimpin kebangkitan baru Dinasti Joseon. Awalnya langkah tersebut diambil dengan melanjutkan kebijakan Tangpyeong, Yeongjo. Ia mencoba mengendalikan seluruh politik negara untuk akuisisi peningkatan nasional.
Ia membuat berbagai reformasi selama masa pemerintahannya, terutama mendirikan Kyujanggak (규장각), perpustakaan kerajaan. Namun, kegunaannya adalah untuk meningkatkan sikap budaya dan politik Joseon dan untuk merekrut pejabat-pejabat yang berbakat untuk bekerja pada negara. Ia juga berani mempelopori inisiatif sosial yang baru, dimana posisi pemerintah terbuka untuk orang-orang yang dilarang karena status sosial mereka.
Jeongjo memiliki banyak dukungan dari banyak sarjana Silhak termasuk Jeong Yak-yong, Yu Deuk-gong, Pak Ji-won dan Pak Je-ga, dan sebagai tambahan para sarjana Silhak mendukung kekuasaan kerajaan Jeongjo. Pemerintahan Raja Jeongjo juga menyaksikan pertumbuhan lebih lanjut dan perkembangan kebudayaan populer Joseon.
Kematian
Ia mendapat gelar sejarah dari orang yang inovatif walaupun memiliki status yang tinggi di Joseon. Di era Jeongjo, negara-negara lainnya memperlihatkan banyak kemajuan seperti perang-perang sipil. Namun ia tidak mencapai prestasi lebih jauh lagi karena kematiannya yang mendadak. Ia tiba-tiba meninggal pada tahun 1800 dengan sebab yang misterius, tanpa sempat menyaksikan impiannya yang diwujudkan oleh putranya, Sunjo.[2] Sejak dahulu, ada banyak buku yang menceritakan tentang kematiannya yang misterius itu bahkan hingga kini.
Ia dimakamkan bersama dengan istrinya di pemakaman kerajaan Geolleung (건릉, 健陵) di kota Hwaseong.
Keluarga
Ayahanda: Putra Mahkota Sado (사도세자, 1735–1762) Ia diberikan nama anumerta "Jangjo" (장조)
Putri Sukseon (숙선옹주, 1793–1836) Putri Tunggal Selir Su dari Wangsa Park.
Putri Sanggye (상계군, 1770–1786), Putra Adopsi Selir Won dari Wangsa Hong.[11]
Nama Lengkap Anumertanya
Raja Jeongjo Gyeongcheon Myeongdo Hongdeok Hyeonmo Munseong Muryeol Seongin Janghyo yang Agung Korea
정조경천명도홍덕현모문성무렬성인장효대왕
正祖敬天明道洪德顯謨文成武烈聖仁莊孝大王
Kebudayaan Modern
Jeongjo digambarkan di dalam 6 drama modern:
Painter of the Wind (SBS, 2008) - Drama Korea ini diambil dari sebuah novel yang berjudul Painter of the Wind oleh Lee Jeong-myeong, ia merupakan seorang raja yang melindungi para seniman dan ia juga memberi mereka tugas-tugas.
Portrait of a Beauty - sebuah film adaptasi dari novel Painter of the Wind oleh Lee Jeong-myeong pada tahun 2008
Yi San (MBC, 2007) - Sebuah drama Korea yang diutamakan pada kisah kehidupannya.
The Ballad of Seoul - juga dikenal sebagai "Conspiracy in the Court", kisah ini dimulai dari sebuah misteri yang melibatkan intrik istana yang mengelilingi raja dan para menterinya yang konservatif.
Eight Days, Assassination Attempts against King Jeongjo- drama 10 episode, menggambarkan kejadian-kejadian misterius yang mengelilingi Jeongjo ketika ia bepergian ke situs lengkap Hwaseong, dimana ia berencana untuk memindahkan ibu kota negaranya
Hong Guk-yeong - Drama ini mengisahkan tentang Hong Guk-Yeong, tangan kanan Jeongjo.
Sungkyunkwan Scandal - Sebuah drama sejarah Korea tentang seorang gadis yang memasuki universitas sungkyunkwan selama masa pemerintahan Jeongjo pada waktu ketika wanita dilarang untuk sekolah dengan penalti hukuman pancung bila tertangkap.
The Fatal Encounter (2014) - Sebuah film mengisahkan perjuangan raja Jeongjo mereformasi kerajaannya dan segala upayanya membersihkan nama ayahnya yaitu pangeran Sado.
The Red Sleeve (2021) drama fiksi yang di perankan oleh Lee Jun Ho sebagai Yi San dengan seorang dayang istana bernama Sung Dok Im yang di perankan oleh Lee Se Young.
^Queen Heongyeong is also called "Lady Hyegyeong" (혜경궁)
^Daughter of Kim Si-muk (김시묵) and Madame Hong of the Namyang Hong clan
^Daughter of Hong Nak-chun (홍낙춘) and younger sister of Hong Guk-yeong (홍국영). She became Noble Royal Consort 1778, but she died suddenly a year after receiving the title.
^Daughter of Yun Chang-yun (윤창윤). She became Noble Royal Consort in 1781, conceived, but the child was stillborn.
^Daughter of Seong Yun-u (성윤우) and Lady Im. She did not receive the title Noble Royal Consort until her son became Grand Prince in 1782. She died suddenly in 1786, just months after the death of her son.
^Daughter of Park Jun-won (박준원) and Lady Won. Also called Royal Noble Consort Hyeon(현빈). She became Noble Royal Consort in 1787.
^Son of Jeongjo's half-brother, Prince Euneon. After the banishing and death of Hong Guk-yeong, he is also banished for treason and committed suicide by poison.