Jadwiga dari Silesia
Santa Jadwiga dari Silesia (bahasa Polandia: Święta Jadwiga Śląska), juga Santa Jadwiga dari Andechs (bahasa Jerman: Heilige Hedwig von Andechs, bahasa Latin: Hedvigis; 1174 – 15 Oktober 1243) merupakan seorang Adipati Silesia dari tahun 1201 dan Wielkopolska dari tahun 1231 dan juga Adipati Agung Polandia dari tahun 1232 sampai 1238. Ia adalah seorang anggota komital Bayern, yang berasal dari Wangsa Andechs. Ia dilaporkan di dalam atlas sejarah dua volume Herman Kinder dan penulis lainnya yang hebat di dalam perang dan dibela oleh Kesatria Teutonik. Ia dikanonisasikan oleh Gereja Katolik Roma pada tahun 1267. KehidupanJadwiga adalah putri Comte Berthold IV dari Merania dan istri keduanya, Agnes dari Rochlitz,[3] yang lahir di Kastil Andechs di dalam Kadipaten Bayern. Kakak perempuannya, Agnes dari Merania menikah dengan Raja Philippe II dari Prancis (dibatalkan tahun 1200) dan saudarinya, Gertrud (dibunuh pada tahun 1213) Raja András II dari Hungaria, sementara yang bungsu Matilda, (Mechtild) menjadi kepala suster di Biara Benediktin, Kitzingen, Franken, dimana Jadwiga juga menerima pendidikannya. Saudara Jadwiga adalah Uskup Ekbert dari Bamberg , Comte Andechs-Merania. Saudara lainnya adalah Berthold, Uskup Agung Kalocsa dan Patriark Aquileia. Melalui saudarinya Gertrud, ia adalah bibi Santa Erzsébet dari Hungaria. PermaisuriPada usia dua belas tahun, Jadwiga menikah dengan Henryk Brodaty, putra dan pewaris Piast Adipati Bolesław yang Tinggi dari Silesia. Begitu Henryk menggantikan ayahandanya pada tahun 1201, ia harus berjuang dengan kerabat Piastnya, mula-mula dengan pamandanya Adipati Mieszko I Plątonogi yang segera menangkap Dataran tinggi Silesia, Kadipaten Opole. Pada tahun 1206 Henryk dan sepupunya Adipati Władysław Laskonogi dari Wielkopolska setuju untuk menukar Tanah Lubusz Silesia terhadap wilayah Kalisz, yang mendapat protes keras oleh keponakan Władysław III, Władysław Odonic. Ketika Henryk pergi ke Gąsawa pada tahun 1227 untuk bertemu dengan sepupu-sepupu Piastnya, ia nyaris kehilangan nyawanya, sementara Adipati Agung Leszek Biały dibunuh oleh orang-orang Adipati Pomerelia, Świętopełk II, yang dihasut oleh Władysław Odonic. Tahun berikutnya sekutu Henryk, Władysław Laskonogi menggantikan Leszek I sebagai Adipati Agung; namun karena ia masih ditentang oleh keponakannya di Wielkopolska, ia ditunjuk Henryk sebagai gubernurnya di Kraków, di mana Adipati Silesia sekali lagi terjerat di dalam perselisihan atas Provinsi Senioral. Pada tahun 1229 ia ditangkap dan ditawan di Kastil Płock oleh saingannya Adipati Konrad I dari Masovia. Jadwiga pergi ke Płock untuk memohon agar Henryk dapat dibebaskan. Tindakannya mempromosikan pemerintahan suaminya: Setelah kematian Adipati Agung Władysław Laskonogi pada tahun 1231, Henryk juga menjadi Adipati Wielkopolska dan tahun berikutnya bertindak sebagai Adipati Agung Kraków. Dengan demikian ia adalah keturunan Piast Silesia pertama Władysław II Wygnaniec yang mendapat kekuasaan atas Silesia dan Provinsi Senioral sesuai dengan Testamen Bolesław III tahun 1138. MenjandaPada tahun 1238, setelah kematiannya, Henryk dimakamkan di biara kesusteran Sistersien, Biara Trzebnica (Kloster Trebnitz), yang ia bangun pada tahun 1202 atas permintaan Jadwiga. Jadwiga menerima kematian suami tercintanya dengan pasrah. Ia berkata:[4]
Janda itu pindah ke biara, yang dipimpin oleh putrinya Gertrud, dengan mengenakan Jubah religius saudari awam, tetapi ia tidak mengambil sumpah-sumpah. Ia mengundang berbagai tokoh religius German dari Kekaisaran Romawi Suci ke dalam tanah-tanah Silesia, juga pemukim Jerman yang mendirikan banyak kota dan desa selama masa Ostsiedlung, sambil menanami bagian tandus Silesia untuk pertanian. Jadwiga dan Henryk memiliki beberapa putri, meski hanya seorang putra yang masih hidup, Henryk II Pobożny, yang menggantikan ayahandanya sebagai Adipati Silesia dan Adipati Agung Polandia. Namun janda itu harus menyaksikan pembunuhan putranya, dengan sia-sia menunggu dukungan dari Kaisar Friedrich II, selama Invasi Mongol ke Polandia di Pertempuran Legnica (Wahlstatt) pada tahun 1241. Harapan untuk mempersatukan kembali Polandia hilang dan bahkan Silesia terfragmentasi menjadi beberapa kadipaten di bawah putra-putra Henryk II. Jadwiga dan menantunya, janda Henryk II, Anna dari Bohemia, mendirikan sebuah Biara Benediktin di lokasi pertempuran di Legnickie Pole, menetap dengan para rahib yang berasal dari Opatovice di Bohemia. Jadwiga dan Henryk menjalani kehidupan yang sangat saleh, dan Jadwiga tekun imannya. Ia mendukung suaminya menyumbang di biara Agustinian, Nowogród Bobrzański (Naumburg) dan komando Kesatria Kenisah di Oleśnica Mała (Klein Oels). Jadwiga selalu membantu yang miskin, janda-janda, dan yatim piatu, mendirikan beberapa rumah sakit untuk orang sakit dan penderita kusta, dan menyumbangkan seluruh kekayaannya kepada Gereja. Ia tidak mengijinkan siapapun untuk membiarkannya merasa tidak nyaman, dan ia pernah menghabiskan sepuluh minggu mengajarkan Doa Bapa Kami kepada seorang wanita miskin. Menurut legenda, ia berjalan tanpa alas kaki bahkan di musim dingin, dan ketika ia didesak oleh Uskup Wrocław untuk mengenakan sepatu, ia menjinjingnya di tangannya.[4]Pada tanggal 15 Oktober 1243, Jadwiga meninggal dan dimakamkan di Biara Trzebnica bersama dengan suaminya, sementara relikuinya dilestarikan di Biara Andechs dan Katedral Santa Hedwig di Berlin. PemujaanJadwiga dikanonisasikan pada tahun 1267 oleh Paus Klemens IV, seorang pendukung ordo Sistersien, atas saran cucunya Pangeran-Uskup Agung Władysław dari Salzburg. Ia merupakan Santo pelindung Silesia, Andechs, dan Keuskupan Agung Wrocław dan Keuskupan Katolik Roma Görlitz. Kalender orang kudusnya dirayakan Kalender Romawi umum pada tanggal 16 Oktober. Sebuah legenda abad ke-17 mengatakan bahwa Jadwiga saat sedang berziarah ke Roma, berhenti di Bad Zell, Austria, di mana ia membuat sumber air penyembuhan yang sampai hari ini masih menyandang namanya. Pada tahun 1773 Raja Prusia, Friedrich II dari Prusia, menaklukkan dan mencaplok sebagian besar Silesia di dalam Perang Silesia Pertama, mendirikan Katedral Santa Hedwig di Berlin untuk imigran Katolik di Dataran tinggi Silesia, yang sekarang menjadi ibu gereja Keuskupan Agung Berlin. Kaca Jadwiga dinamakan seperti Jadwiga dari Andechs. KeturunanJadwiga dan Henryk I memiliki tujuh orang anak:
Lihat pulaReferensi
Pranala luar
|