Jacklevyn Frits Manuputty
Jacklevyn Frits Manuputty (lahir 20 Juli 1965) adalah Pendeta Gereja Protestan Maluku yang terpilih sebagai Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) masa pelayanan 2024 – 2029 berdasarkan sidang lima tahunan di Toraja Utara. [1] Ia menjadi Ketua Umum PGI menggantikan Gomar Gultom.[2] Riwayat HidupIa memulai panggilannya tahun 1997 sebagai Ketua Majelis Jemaat GPM Haria Klasis Lease juga Direktur Badan Penelitian Pengembangan BALITBANG Sinode GPM (2011-2017). Bersama Pdt Pieter Manoppo (alm.) yang kala itu menjadi Sekretaris Klasis Lease, Ia mulai terlibat dalam gerakan melawan rencana industri pertambangan di pulau-pulau kecil antara lain Pulau Haruku Maluku Tengah yaitu tempat kelahirannya. Kerja-kerja advokasinya berbuah manis, rencana pertambangan tak jadi dilanjutkan. “Jacky memiliki passion advokasi yang kuat dan hebat” kata Pendeta Manoppo suatu waktu di Jakarta. Kelak advokasi Save Aru menjadi kisah sukses advokasinya. Ia pernah menjadi pengajar Filsafat di Fakultas Teologi Universitas Kristen Indonesia Maluku Ambon. Pada tahun 1998, Ia turut memprovokasi para mahasiswa untuk menggelorakan reformasi menjelang Suharto tumbang. Alumni STT Jakarta dan STF Driyarkara Jakarta serta Hartford Seminary, Hartford Connecticut U.S. (MA Program on Muslim-Christian Relationship) juga menjadi saksi dan provokator damai ketika konflik Maluku terjadi pada tahun 1999. Bersama Ustadz Abidin Wakanno, Hasbollah Toisuta dan tokoh Islam Maluku lainnya dan juga Uskup Amboina kala itu Monsigneur PC Mandagi, Ketua Sinode GPM saat itu Pdt Brury Hendriks, dan berturut-turut pendeta John Ruhulessin, pendeta AJS Werinussa dan pendeta ET Maspaitella, Pdt Jacky menjadi ‘rekan sepelayanan’ yang terus menyemai benih-benih perdamaian dan toleransi di bumi Maluku dan Indonesia. Ia terpilih secara aklamasi di Sidang Raya PGI empat tahun lalu 2019 di Waingapu, Sumba NTT sebagai Sekretaris Umum PGI. PenghargaanPada tahun 2007, Ia menerima penganugerahan Ma’arif Award untuk dedikasi di bidang pembangunan perdamaian dan hubungan antar–iman. Selanjutnya, pada tahun 2012 Ia dianugerahi “Peacemakers in Action Award” oleh Tanenbaum Center for Interreligious Understanding, New York City. Pada tahun 2017, Ia diangkat sebagai Asisten Utusan Khusus Presiden Untuk Dialog dan Kerjasama Antar–agama dan Antar–peradaban dan secara khusus membidangi hubungan antaragama. Setahun kemudian, pada tahun 2018 mewakili Indonesia ia menerima penganugerahan “the World Harmony Week Prize” dari Raja Jordania, Abdullah II. Ia diberi gelar Doktor Honoris Causa (Dr.HC) oleh almamaternya.[3] Kehidupan PribadiIa adalah suami dari Loisye Maspaitella-Manuputty [3] Referensi
|