Islam di Malta

Masjid Mariam Al-Batool di Paola


Islam di Malta, meskipun baru belakangan diperkenalkan kembali dalam jumlah yang cukup besar di paruh kedua abad ke-20, telah memiliki pengaruh historis yang sangat besar terhadap negara ini - terutama bahasa dan pertaniannya - sebagai konsekuensi dari penguasaan dan kehadiran Muslim berabad-abad sebelumnya di kepulauannya. Saat ini, organisasi utama Islam yang memainkan peran di Malta adalah Organisasi Dakwah Islam Internasional Libya dan minoritas Ahmadiyah.[1]

Sejarah

Sebelum kekuasaan Muslim, Kekristenan Timur sudah besar pengaruhnya di Malta pada masa kekuasaan Yunani-Romawi Timur.[2][3] Tesis mengenai kesinambungan Kristen di Malta selama kekuasaan Arab, meski populer, secara historis tidak berdasar.[4]

Kekuasaan Muslim: 870-1091

Mdina, ibu kota Malta pada masa pemerintahan Muslim.

Islam diyakini telah diperkenalkan ke Malta ketika Aghlabiyyah Afrika Utara, pertama dipimpin oleh Halaf al-Hadim dan kemudian oleh Sawada bin Muhammad,[5] merebut pulau-pulau dari Kekaisaran Romawi Timur, setelah tiba dari Sisilia pada tahun 870[6] (sebagai bagian dari Peperangan Romawi Timur-Arab yang lebih luas).[7] Namun, juga telah diperdebatkan bahwa pulau-pulau tersebut diduduki oleh umat Islam pada awal abad ke-9, dan mungkin abad ke-8.[8] Aghlabiyyah mendirikan ibu kota mereka di Mdina.[9] Benteng Romawi kuno, yang kemudian menjadi Benteng St Angelo, juga diperluas.[10]

Menurut penulis sejarah dan ahli geografi Arab Muhammad bin Abd al-Munim al-Himyari (pengarang Kitab al-Rawḍ al-Miṭar), setelah serangan dan penaklukan Muslim, Malta praktis tidak berpenghuni hingga dijadikan kolonisasi oleh Muslim dari Sisilia pada tahun 1048-1049, atau mungkin beberapa dekade lebih awal.[5] Sebagaimana diakui oleh sejarawan Malta yang terkenal, Godfrey Wettinger, penaklukan Arab memutus kesinambungan dengan penduduk pulau sebelumnya. Hal ini juga konsisten dengan temuan linguistik Joseph Brincat bahwa tidak ada substrata lebih jauh untuk bahasa Arab dalam bahasa Malta, kejadian yang sangat jarang yang hanya dapat dijelaskan oleh selang drastis antara satu zaman dengan zaman berikutnya.[4]

Zaman Abad Pertengahan: 1091-1224

Malta kembali dalam kekuasaan Kristen bersamaan dengan penaklukan Norman tahun 1127.[4] Yakni, bersamaan dengan Noto di ujung selatan Sisilia, kubu Arab terakhir di wilayah ini direbut kembali oleh orang-orang Kristen yang bangkit kembali.[11]

Administrasi pemerintahan Arab pada awalnya tetap dipertahankan[12] dan umat Islam diperkenankan untuk mempraktikkan agamanya secara bebas hingga abad ke-13.[13] Bangsa Norman mengizinkan seorang amir tetap berkuasa dengan pengertian bahwa dia akan membayar upeti tahunan kepada mereka dalam bentuk bagal, kuda, dan amunisi.[14] Sebagai akibat dari lingkungan yang kondusif ini, umat Islam terus mendominasi Malta secara demografis dan ekonomi setidaknya selama 150 tahun setelah penaklukan Kristen.[15]

Referensi

  1. ^ Jørgen S. Nielsen; Jørgen Nielsen; Samim Akgönül; Ahmet Alibasi; Egdunas Racius. Yearbook of Muslims in Europe, Volume 4. hlm. 390–391. ISBN 978-90-04-22521-3. Diakses tanggal June 25, 2014. 
  2. ^ Kenneth M. Setton, "The Byzantine Background to the Italian Renaissance" in Proceedings of the American Philosophical Society, 100:1 (Feb. 24, 1956), pp. 1–76.
  3. ^ Daftary, Farhad (1990). The Ismāʻı̄lı̄s: Their History and Doctrines. Cambridge University Press. ISBN 0-521-37019-1. 
  4. ^ a b c Godfrey Wettinger,Malta in the High Middle Ages, Speech at the Ambassadors’ Hall, Auberge de Castille, on 7 December 2010
  5. ^ a b Travel Malta. The Arab period and the Middle Ages: MobileReference. ISBN 9781611982794. 
  6. ^ Christian W. Troll; C.T.R. Hewer (12 Sep 2012). "Journeying toward God". Christian Lives Given to the Study of Islam. Fordham Univ Press. hlm. 258. ISBN 9780823243198. 
  7. ^ David W. Tschanz (October 2011). "Malta and the Arabs". hlm. 4. Diakses tanggal 1 June 2014. 
  8. ^ Martijn Theodoor Houtsma (1993). E.J. Brill's First Encyclopaedia of Islam, 1913-1936 (edisi ke-reprint (volume 5)). BRILL. hlm. 213. ISBN 9789004097919. 
  9. ^ Simon Gaul (2007). Malta, Gozo and Comino (edisi ke-illustrated). New Holland Publishers. hlm. 236. ISBN 9781860113659. 
  10. ^ "Arab Legacy - Arab Rule in Malta". Malta Tourism Authority. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-04-23. Diakses tanggal 10 May 2014. 
  11. ^ Previté-Orton (1971), pg. 507-11
  12. ^ Krueger, Hilmar C. (1969). "Conflict in the Mediterranean before the First Crusade: B. The Italian Cities and the Arabs before 1095". Dalam Baldwin, M. W. A History of the Crusades, vol. I: The First Hundred Years. Madison: University of Wisconsin Press. hlm. 40–53. 
  13. ^ Arab Heritage in Malta | The Baheyeldin Dynasty
  14. ^ Stefan Goodwin (1 Jan 2002). "2 (Islam and Realignments)". Malta, Mediterranean Bridge (edisi ke-illustrated). Greenwood Publishing Group. hlm. 23. ISBN 9780897898201. 
  15. ^ Stefan Goodwin (1 Jan 2002). "2 (Islam and Realignments)". Malta, Mediterranean Bridge (edisi ke-illustrated). Greenwood Publishing Group. hlm. 31. ISBN 9780897898201. Of greater cultural significance, the demographic and economic dominance of Muslims continued for at least another century and a half after which forced conversions undoubtedly permitted many former Muslims to remain. 

Bacaan lebih lanjut

  • "The Arabs in Malta". Diarsipkan dari versi asli (various publications by different authors on Islam in Malta) tanggal 2022-06-26. Diakses tanggal 2017-12-13. Note: The following contributions to the history of the Arabs in Malta are arranged in chronological order of publication. 
  • Stefan Goodwin (1 Jan 2002). "Chapter 2 (Islam and Realignments)". Malta, Mediterranean Bridge (edisi ke-illustrated). Greenwood Publishing Group. hlm. 13–35. ISBN 9780897898201. 
  • Martin R. Zammit (12 Oct 2012). Jørgen S. Nielsen; Jørgen Nielsen; Samim Akgönül; Ahmet Alibasi; Egdunas Racius, ed. Yearbook of Muslims in Europe, Volume 4. Malta: BRILL. hlm. 389–397. ISBN 9789004225213. 
Kembali kehalaman sebelumnya