Indolakto
PT Indolakto merupakan perusahaan yang menghasilkan jenis minuman yang bermarkas di Jakarta, Indonesia. Dimiliki oleh Indofood CBP, produknya berupa susu (bubuk, cair dan kental manis), mentega, es krim dan produk-produk turunan dari susu lainnya. Merek yang dimiliki oleh PT Indolakto antara lain, Indomilk, Cap Enaak (Krimer Kental Manis), Tiga Sapi (Krimer Kental Manis), Kremer, Milkuat, Orchid Butter, dan Indofood Ice Cream. SejarahCikal-bakal perusahaan ini dapat ditarik pada pendirian PT Australia Indonesian Milk Industries (AIMI, selanjutnya dikenal dengan nama dagang Indomilk), yang merupakan perusahaan patungan antara NV Marison dengan Australian Dairy Produce Board (kemudian menjadi Australian Dairy Corporation/ADC). Adapun NV Marison merupakan perusahaan yang dimiliki oleh keluarga Nahar Zahiruddin Tanjung (kakak politisi Golkar, Akbar Tanjung),[2] sedangkan Australian Dairy merupakan lembaga pemerintah Australia yang bergerak di bidang peternakan sapi. PT AIMI didirikan pada 15 Desember 1967 dengan sahamnya dimiliki Australian Dairy 75% dan Marison 25%. Pabriknya dibangun mulai 1 Mei 1968, selesai pada Juni 1969 dan mulai memproduksi susu pada 3 Juli 1969. Produk awalnya adalah susu kental manis merek Indomilk, yang disusul susu pasteurisasi dan mentega. Adapun kerjasama juga dijalin dengan PT Dairyville yang memproduksi es krim bermerek Peters (kini menjadi Indofood Ice Cream) dalam penyediaan bahan baku.[3] Dengan cepat, produk PT AIMI meraih pasar yang besar, dengan susu kental manisnya di tahun 1970-an memiliki pangsa 50% dibanding pesaingnya.[4] Namun kongsi tersebut hanya bertahan selama kurang lebih tiga belas tahun, dan di tahun 1981, ADC mulai menjajaki rencana penjualan sahamnya di PT AIMI. Pada awalnya 50% saham ADC hendak dijual kepada PT Kebun Bunga, perusahaan milik Raj K. Singh.[5] Namun kemudian pemerintah ikut campur dan menekan ADC, dengan target menjual sahamnya ke pihak koperasi.[6] Sikap hampir serupa juga diperlihatkan Nahar Tanjung yang menolak Singh menjadi partner-nya dalam bisnis susu ini.[7] Sayangnya Nahar tidak memiliki dana cukup untuk membeli saham ADC tersebut. Konflik Nahar-ADC-Singh-pemerintah ini sempat menjadi isu panas di awal 1980-an. Namun, akhirnya karena Nahar kenal dengan Anthony Salim, "putra mahkota" kerajaan bisnis Salim Group, konglomerasi tersebut kemudian masuk menjadi pemegang saham PT AIMI menggantikan ADC.[2] Mulai 1986, statusnya yang awalnya berupa penanaman modal asing, berganti menjadi penanaman modal dalam negeri.[8] Salim kemudian juga mengundang grup Sinar Mas sebagai pemegang saham, dengan persentase kepemilikan menjadi Salim grup 60%, Sinar Mas 20% dan Marison 10%.[3] Dalam perkembangannya PT AIMI juga membawahi beberapa perusahaan yang memproduksi produk turunan susu, meliputi:
Adapun kepemilikan Salim Group di perusahaan ini sempat harus dilepas akibat upaya membayar Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) ke Bank Central Asia milik grup tersebut. Seluruh perusahaan di bawah PT AIMI kemudian diambilalih BPPN, dan selanjutnya dijual kepada PT Bakti Maju Bersama Abadi sebesar US$ 127 juta.[14] Adapun PT Bakti merupakan perusahaan yang dimiliki oleh Marison, yang membuat Indomilk sempat dikuasai kembali oleh keluarga Tanjung bersamaan dengan Sinar Mas.[15] Meskipun lepas dari tangan Salim, produk PT AIMI seperti Indomilk, Kremer, Crima, Tiga Sapi dan Enaak tetap berkembang di pasaran, termasuk diekspor ke luar negeri.[16] Pada 1 April 2008, PT AIMI, PT Indoeskrim Dairy Food, PT Indomurni Dairy Industries dan PT Ultrindo Inti Jaya dimerger ke dalam PT Indolakto sebagai surviving company dalam rangka mensinergikan bisnis di bawah grup Indomilk.[17] Di tahun yang sama, seluruh saham Indolakto dikuasai oleh PT Indofood Sukses Makmur Tbk (kemudian dialihkan ke Indofood CBP). Dalam transaksi senilai US$ 350 juta itu, Indofood menguasai Indolakto lewat Drayton Pte. Ltd., yang memiliki 68,5% saham Indolakto. Adapun 100% saham Drayton dibeli Indofood dari Pastilla Investment.[18] Sedangkan sisa saham di Indolakto masih dimiliki oleh Marison.[1] Alasan akuisisi ini adalah untuk mengembangkan kinerja perusahaan di tengah konsumsi produk susu yang makin meningkat. Maka, kembalilah Indolakto dan Indomilk ke tangan Grup Salim hingga saat ini.[19] Pada Desember 2014, Indolakto mengakuisisi 100% saham PT Danone Dairy Indonesia, perusahaan milik Danone yang memproduksi produk susu. Dalam transaksi senilai Rp 250 miliar ini, Indolakto juga membeli hak merek dan desain produk "Milkuat" dari Danone. Transaksi pembelian Danone Dairy dilakukan meningkatkan kapasitas produksi dan memperkuat posisi perseroan dalam industri susu di Indonesia. Pasca-akuisisi, nama PT Danone Dairy Indonesia diganti menjadi PT Indokuat Sukses Makmur.[20] Adapun perusahaan tersebut didirikan di tahun 2004, mulanya sebagai patungan Danone dan Wahaha Group dari China.[21] Selain Milkuat, PT Danone Dairy juga pernah memproduksi yogurt "Activia".[22] Referensi
Pranala luar |