Hutan hujan dataran rendah Sulawesi
Hutan hujan dataran tinggi Sulawesi (bahasa Inggris: Sulawesi lowland rain forest), adalah sebuah ekoregion, di dalam bioma hutan tropis dan subtropis basah berdaun lebar, dari pulau Sulawesi di Indonesia, Asia Tenggara. Wilayah ini merupakan habitat dari hewan-hewan paling unik di Bumi.[1] Pulau ini termasuk dalam wilayah yang dikenal dengan nama Wallacea, yang berisi fauna khas yang merupakan perpaduan antara spesies Asia dan Australasia. Seekor babi pemakan buah dengan gading besar, kerbau kurcaci, kera endemik, dan kuskus menggambarkan komunitas mamalia yang unik. Sulawesi, yang terletak di tengah Indonesia, dikelilingi oleh berbagai cekungan laut, termasuk Laut Flores, Laut Banda, Laut Maluku, Laut Jawa, dan Selat Makassar, serta beragam pulau seperti Kalimantan, Jawa, Flores, Halmahera, dan Filipina bagian selatan. Lebih dari separuh hutan asli telah dibersihkan, dan sebagian besar hutan yang tersisa telah berkurang. GeografiEkoregion ini tertutup oleh hutan dataran rendah (kurang dari 1.000 m) di Sulawesi dan pulau-pulau sekitarnya di Kepulauan Banggai dan Sula di timur dan Talaud dan Sangihe di utara. Hampir seluruh wilayah Sulawesi bergunung-gunung. Tidak ada daerah dataran rendah yang cukup luas di pulau ini, dengan luas maksimum mencapai sekitar 1.000 m dengan titik tertinggi 3.455 m di Gunung Rantemario. Wilayah pulau Sangihe pada umumnya bergunung-gunung, dengan titik tertinggi mencapai 1.784 m, berbanding terbalik dengan Talaud yang termasuk wilayah rendah. Fisiografi Kepulauan Sula termasuk berbukit-bukit, dan pegunungan yang mencapai titik di atas 800 m hanya berada di pulau Taliabu (Stattersfield et al 1998). Daerah dataran tinggi (lebih dari 1.000 m) Sulawesi membentuk ekoregion yang terpisah, hutan hujan pegunungan Sulawesi. Berdasarkan sistem klasifikasi iklim Köppen, ekoregion ini terletak di zona iklim basah tropis (National Geographic Society 1999). Hutan dataran rendah didominasi oleh hutan hujan tropis cemara dan semi cemara tropis, dengan beberapa hutan monsun di ujung semenanjung tenggara dan daerah kecil di hutan rawa air tawar dan rawa gambut (Whitten et al 1987; Stattersfield et al 1998). Jenis hutan yang khas pada batu kapur didistribusikan di sekitar Sulawesi Selatan dan di tanah ultrabasa di lokasi yang tersebar di seluruh pulau. Hutan dataran rendah dan bukit mengandung sebagian besar jenis pohon, walaupun hutan-hutan ini tidak didominasi oleh satu keluarga pohon; Hanya tujuh spesies dipterocarpus yang ditemukan di Sulawesi. EkologiEkoregion ini menunjukkan endemisme tanaman yang tinggi, dan beberapa jenis hutan yang berbeda menjadi habitat bagi jumlah wilayah dengan mamalia endemik tertinggi di Asia dan beberapa burung endemik. FloraFlora di Sulawesi memiliki kaitan erat dengan flora daerah kering di Filipina, Maluku, Kepulauan Sunda Kecil, dan Jawa. Hutan dataran rendah memiliki kemiripan dengan yang berada di Papua Nugini, sedangkan daerah dataran tinggi lebih mirip dengan Borneo. Tiga Pusat Keanekaragaman Tanaman terletak di dataran rendah Sulawesi: Taman Nasional Dumoga-Bone, Flora Kapur Sulawesi, dan Flora Ultramafik Sulawesi (Davis et al 1995). FaunaDari 104 spesies mamalia di ekoregion ini, 29 termasuk hewan endemik atau hampir endemik. Terdapat dua kuskus yang bersifat Australasia (kuskus peleng Phalanger pelengensis dan kuskus kurcaci Strigocuscus celebensis), dan mamalia yang tersisa memiliki sifat-sifat hewan Asia, termasuk kera besar (Macaca nigra), moor macaque (M. maura), Macaque boot (M. ochreata), anoa dataran rendah (Bubalus depressicornis), spektral tarsius (Tarsius spectrum), dan babirusa (Babyrousa babyrussa). Kera jambul, macan moor dan anoa dataran rendah dimasukkan ke dalam golongan terancam punah oleh IUCN pada tahun 2000. Lihat jugaReferensi
Pranala luar |