Hubungan Brunei dengan Myanmar
Brunei Darussalam dan Myanmar menjalin hubungan diplomatik pada tahun 1993. Brunei memiliki kedutaan besar di Yangon, dan Myanmar memiliki kedutaan besar di Gadong, Bandar Seri Begawan.[1] Kedua negara berbagi kerja sama bilateral yang bersahabat di bidang pendidikan, kesehatan dan ketenagakerjaan.[2] SejarahHubungan kedua negara telah terjalin sejak 21 September 1993.[1] Hubungan tersebut bersahabat dan kedua negara juga tengah berupaya di sektor kesehatan dan pendidikan untuk membangun perdagangan bilateral dan menandatangani perjanjian penghindaran pajak berganda.[3] Pada tahun 1998, Sultan Brunei Hassanal Bolkiah berkunjung ke Myanmar. Sejak saat itu, kementerian dan personel dari kedua negara telah menjalin hubungan dan pertukaran jangka panjang. Banyak akademisi, intelektual dan inteligensia, tenaga medis, perawat, dan pekerja Burma juga berkontribusi terhadap pembangunan Brunei.[4] Brunei juga mendukung Myanmar untuk menjadi ketua ASEAN pada tahun 2015 dengan melatih pejabat Burma untuk peran tersebut.[5] Hubungan ekonomiDalam hubungan ekonomi, Perusahaan Minyak Nasional Brunei (BNP) merupakan salah satu perusahaan yang memenuhi syarat untuk melakukan eksplorasi minyak dan gas di darat di blok Myanmar.[5] Kedua negara juga fokus pada pendidikan kesehatan dan bantuan teknis serta bekerja sama dalam pengembangan kapasitas dan sumber daya manusia.[6][7] Lihat pulaReferensi
Pranala luar
|