Hubungan Amerika Serikat dengan Kuba
Hubungan diplomatik antara Kuba dan Amerika Serikat kembali didirikan pada 20 Juli 2015, yang sebelumnya memburuk pada tahun 1961 selama Perang Dingin. Perwakilan diplomatik AS di Kuba dipegang oleh Kedutaan Besar Amerika Serikat di Havana, sementara perwakilan diplomatik Kuba di AS dipegang oleh Kedutaan Besar Kuba di Washington, D.C.. Namun, Amerika Serikat tetap memberlakukan embargo komersial, ekonomi, dan keuangan, sehingga perusahaan AS tidak dapat melakukan usaha dengan Kuba. Pemimpin di Kongres dan Presiden Donald Trump mendukung embargo, walau pemerintah Kuba menginginkan agar segera dicabut. Kepemilikan wilayah Kekaisaran Spanyol di Amerika berkurang pada tahun 1820-an sebagai akibat dari Perang Kemerdekaan Amerika Hispanik; hanya Kuba dan Puerto Rico yang tetap berada di bawah kendali Spanyol hingga Perang Spanyol–Amerika Serikat (1898) yang terjadi karena hasil dari Perang Kemerdekaan Kuba. Dalam Perjanjian Paris, Kuba menjadi wilayah protektorat AS; AS mendapatkan pengaruh ekonomi dan politik di pulau tersebut yang tetap bertahan sampai kemerdekaan Kuba secara resmi pada tahun 1902. Setelah Revolusi Kuba pada tahun 1959, hubungan kedua negara memburuk secara signifikan. Pada tahun 1961, AS memutuskan hubungan diplomatik dengan Kuba dan mulai untuk melakukan operasi rahasia untuk menjatuhkan pemerintah komunis.[1] Lebih lanjut, AS memberlakukan dan kemudian memperberat serangkaian pelarangan dan embargo yang kemudian dibalas oleh pemerintah Kuba dengan melakukan nasionalisasi perusahaan AS di Kuba. Sementara itu, beberapa lembaga, termasuk Majelis Umum PBB, menyerukan untuk mengakhiri embargo yang dilakukan oleh Amerika Serikat."[2] Pada tanggal 17 Desember 2014, Presiden AS Barack Obama dan Presiden Kuba Raúl Castro mengumumkan proses perbaikan hubungan diplomatik antara Kuba dan AS, yang dinamai dengan "Pencairan Kuba". Negosiasi ini dilakukan secara rahasia di Kanada dan Vatikan[3] selama sebulan dan dengan bantuan Paus Fransiskus, perjanjian ini menghasilkan pencabutan larangan berpergian warga AS ke Kuba, pengurangan pembatasan terhadap remitansi, bank AS dapat beroperasi di Kuba,[4] dan pendirian Kedutaan Besar AS di Havana, yang telah ditutup setelah Kuba bersekutu dengan Uni Soviet pada tahun 1961.[5][6] Masing-masing "kantor kepentingan" di ibu kota kedua negara diubah menjadi kedutaann besar pada 20 Juli 2015.[7] Pada 20 Maret 2016, Presiden Barack Obama mengunjungi Cuba, menjadi presiden pertama dalam 88 tahun yang mengunjungi Kuba.[8] Referensi
Bacaan lebih lanjut
Sumber utama
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Relations of Cuba and the United States.
|