Hebefilia merujuk pada ketertarikan seksual terhadap anak-anak yang telah memasuki awal masa pubertas atau remaja awal, biasanya dalam rentang usia 11 hingga 14 tahun. Seorang anak perempuan biasanya memulai proses pubertas pada usia 10 atau 11; anak laki-laki pada usia 12 atau 13. Hebefilia berbeda dari efebofilia, yang mengacu pada preferensi seksual untuk individu dalam masa remaja kemudian,[1] dan dari pedofilia, yang mengacu pada preferensi seksual untuk anak-anak prapuber.[2] Sementara orang dengan preferensi seksual untuk orang dewasa (yaitu, teleiofiles) mungkin memiliki minat seksual pada individu yang dibawah umur,[3] istilah hebefilia diperuntukkan bagi mereka yang lebih memilih orang dibawah umur di bandingkan dengan orang dewasa. Istilah ini diperkenalkan oleh Glueck (1955),[4] yang kemudian dikreditkan, tanpa kutipan, untuk Paul Benedict.[5]
Seperti dengan preferensi seksual secara umum, tidak diketahui apa yang menyebabkan seseorang menjadi tertarik secara seksual pada anak-anak prapuber daripada dengan individu dewasa.
Prevalensi hebefilia versus pedofilia
Ada sampel klinis dan koreksional dimana pelanggar seksual laki-laki hebefilik melebihi jumlah laki-laki pedofil.[14][15][16] Selain itu, sebuah survei anonim orang ketertarikan seksual seseorang pada pada anak-anak lebih sering melaporkan minat erotis pada masa puber bukan pada masa prapuber.[17][18]
^Krafft-Ebing, R., & Moll, A. (1924). Psychopathia sexualis. Stuttgart: Ferdinand Enke.
^Krafft-Ebing, R. von. (1886). Psychopathia sexualis: A medico-forensic study (1965 trans by H. E. Wedeck). New York: G. P. Putnam’s Sons.
^Freund, K., Langevin, R., Cibiri, S., & Zajac, Y. (1973). Heterosexual aversion in homosexual males. British Journal of Psychiatry, 122, 163-169.
^Glueck, B. C., Jr. (1955). Final report: Research project for the study and treatment of persons convicted of crimes involving sexual aberrations. June 1952 to June 1955. New York: New York State Department of Mental Hygiene.
^Hammer, E. F., & Glueck, B. C. (1957). Psychodynamic factors in sex offenders: A four-factor theory. Psychiatric Quarterly, 31, 325–345.
^Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah;
tidak ditemukan teks untuk ref bernama blanchard
^Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah;
tidak ditemukan teks untuk ref bernama green
^Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah;
tidak ditemukan teks untuk ref bernama cpn
^Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah;
tidak ditemukan teks untuk ref bernama franklin
^Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah;
tidak ditemukan teks untuk ref bernama moser
^Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah;
tidak ditemukan teks untuk ref bernama Donohue
^Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah;
tidak ditemukan teks untuk ref bernama dsm5
^Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah;
tidak ditemukan teks untuk ref bernama Cantor2004
^Gebhard, P. H., Gagnon, J. H., Pomeroy, W. B., & Christenson, C. V. (1965). Sex offenders: An analysis of types. New York: Harper & Row.
^Studer, L. H., Aylwin, A. S., Clelland, S. R., Reddon, J. R., & Frenzel, R. R. (2002). Primary erotic preference in a group of child molesters. International Journal of Law and Psychiatry, 25, 173–180.
^Bernard, F. (1975). An enquiry among a group of pedophiles. The Journal of Sex Research, 11, 242–255.
^Wilson, G. D., & Cox, D. N. (1983). Personality of paedophile club members. Personality and Individual Differences, 4, 323–329.