Hattori Naoaki
Hattori Naoaki (服部 直彰 , Naoaki Hattori) (September 1899[1] – 17 Oktober 1949[2]) adalah seorang birokrat Jepang yang mengabdi untuk kepolisian dan Angkatan Darat Kekaisaran Jepang. Ia pernah menjadi Gubernur (Shūchōkan) Sumatera Barat pada masa pendudukan Jepang sejak 6 April 1944 sampai April 1945.[3] Hattori Naoaki menjadi Gubernur Sumatera Barat menggantikan Yano Kenzo yang mengundurkan diri. Sebelumnya, ia bertugas sebagai Naiseiboetjo di kantor pusat pemerintahan militer Jepang di Bukittinggi dan Gubernur Tapanuli.[4] Audrey Kahin menyebut Hattori Naoaki sebagai "seorang yang sangat hati-hati dan waspada".[5] Ia meninggal dunia pada Oktober 1949 di rumah sakit Boolweg, Medan karena menderita sakit TBC. Sebelumnya, pada 27 Desember 1948, ia dijatuhi hukuman 10 tahun oleh pengadilan tentara Belanda sementara di Medan atas tuduhan sebagai penjahat perang,[3] Kehidupan awalHattori lahir di Fujii, Desa Daido, Distrik Kamoto, Prefektur Kumamoto (saat ini Kota Yamaga).[6] Lulus dari Sekolah Menengah Pertama Kamoto Prefektur Kumamoto[6] dan Sekolah Menengah Daigo. Pada bulan November 1922, lulus Ujian Pegawai Negeri Sipil Tinggi. Lulus dari Fakultas Hukum Universitas Kekaisaran Tokyo pada 1923.[1][7] KarierIa awalnya bekerja untuk Kementerian Dalam Negeri Jepang dan bertugasdi Prefektur Chiba Setelah itu, ia bekerja di Departemen Kepolisian Prefektur Oita, Departemen Kepolisian Prefektur Yamanashi, Departemen Kepolisian Prefektur Osaka, Panitera Prefektur Kyoto, Sekretaris/Kepala Polisi Prefektur Kagoshima, Direktur Keamanan Departemen Kepolisian Metropolitan, Kepala Detektif Departemen Kepolisian Metropolitan, Direktur Departemen Urusan Umum Prefektur Fukuoka, Direktur Departemen Urusan Umum Prefektur Osaka.[1] Pada Januari 1941, ia diangkat menjadi Gubernur Prefektur Kochi. Ia bekerja keras memperkuat struktur pemerintahan dalam menghadapi perang.[1] Pada 7 Juli 1942, ia diangkat sebagai Kepala Administrasi Militer Angkatan Darat (AD),[8] dan pada 1 Agustus 1942, ia diangkat sebagai Gubernur Provinsi Tapanuli di bawah kekuasaan AD ke-25, jabatan yang dipegangnya hingga Desember 1942. Pada April 1943, ia diangkat sebagai Kepala Departemen Dalam Negeri di Administrasi Militer AD. Dari April 1944 sampai April 1945, ia menjabat sebagai Gubernur Provinsi Pantai Barat (beribu kota di Padang).[9] Pada April 1945, ia kembali ke Jepang dan bertugas di Biro Administrasi Militer Kementerian Perang Jepang.[10] Pada Juni tahun yang sama, ia diangkat menjadi Wakil Inspektur Wilayah Chugoku.[11] Pada Agustus 1945, meskipun terluka akibat luka bakar di pergelangan tangan kiri karena bom atom, ia tetap berupaya melakukan upaya pertolongan.[6] Istrinya, Masa[12] tewas dalam ledakan.[6] Pada Oktober tahun yang sama, ia mengundurkan diri dari jabatannya.[13] Setelah tinggal sebentar di kampung halamannya, ia pindah ke Tokyo dan menikah lagi, tetapi ditahan dan diadili karena dicurigai sebagai penjahat perang saat menjabat sebagai hakim agung. Penyebab tuduhan tersebut adalah dia "menerima tindakan bawahannya yang menangkap, menahan, dan menganiaya banyak aktivis anti-Jepang". Saat menjalani hukuman 10 tahun, ia meninggal karena sakit di kamp Langyin di Medan, Sumatera pada bulan Oktober 1949.[2][6][14] Situasi ketika bom atom dijatuhkanPada saat terjadinya bom atom, ia sedang berada di ruangan Wakil Inspektur Jenderal di Kantor Inspektur Jenderal yang terletak di gedung utama Universitas Sastra dan Sains Hiroshima (kelak menjadi Gedung 1 Fakultas Sains Universitas Hiroshima).[15] Ia berhasil selamat karena dengan cepat menghindar dari meja.[6] Hattori menjauh dari gedung dan menuju Markas Besar Angkatan Darat Umum Kedua, yang telah dipindahkan ke sebuah bunker di Gunung Futabayama, untuk menyampaikan berita kematian Inspektur Jenderal Isei Otsuka dan hilangnya fungsi pemerintahan kota, serta mempercayakan Angkatan Darat untuk mengambil alih kontrol. Sekitar pukul 17.00 hari yang sama, ia tiba di Kuil Tamon-in di Hijiyamashita, yang telah ditetapkan sebagai tempat evakuasi darurat jika terjadi bencana perang, dan mendirikan "kantor inspektur jenderal sementara". Ia selanjutnya berdiskusi dengan Gubernur Prefektur Hiroshima Takano Genshin dan Kepala Polisi Ishihara Torayoshi; menyerahkan otoritas kepda Gubernur Takano untuk menangani kerusakan akibat perang.[15] Catatan kaki
Referensi
|