Hassan Adli Arshad
Dato' Haji Hassan Adli bin Haji Muhammad Arshad (Jawi: حسن عدلي بن حاج محمد ارشاد) (17 April 1929 – Oktober 1987), lebih dikenal dengan sapaan Pak Aji adalah mantan politisi asal Malaysia yang pernah menjadi legislator untuk daerah pemilihan Bagan Datok.[1] Hassan Adli mengawali karier politik sebagai kader Partai Islam Se-Malaysia pada 1953, hingga kemudian diangkat sebagai Ketua Dewan Pemuda PAS setahun berikutnya. Puncaknya ketika dirinya diberhentikan oleh partai pada 8 November 1977 setelah Hassan mendukung Rancangan Undang-Undang Darurat Negeri Kelantan disahkan. Setelah itu, ia bergabung dengan Organisasi Kebangsaan Melayu Bersatu dan diberi jabatan duta besar oleh Pemerintah Malaysia.[2] Asal usulHassan Adli memiliki darah keturunan suku Banjar dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Nenek dari nasab ayahnya merupakan keturunan bangsawan yang berasal dari Kepulauan Kei, Maluku Tenggara. Ayahnya, Muhammad Arshad Muhammad Salleh ialah seorang ulama terkemuka dari sebuah daerah perkampungan kecil di Kepulauan Kei. Pada 1918, Mohd Arshad merantau ke daerah Banjarmasin hingga menetap di Perak, lebih tepatnya Bagan Datuk. Ayahnya mendirikan Madrasah al-Ulum as-Syar'iyyah, Bagan Datuk dan menjadi guru besar di sekolah tersebut pada 1953. Ibundanya, Saiyah Ujal dari Kampung Parit Dayang menikah dengan ayahnya ketika melaksanakan ibadah haji. Hassan Adli banyak menghabiskan masa kecilnya di Kampung Parit Dayang, di mana tempat tersebutlah ia dibesarkan. PendidikanSejak kecil, Hassan Adli bersekolah di sekolah agama, sehingga ia dididik untuk menjadi religius. Ia memulai masa persekolahannya di Sekolah Melayu Bagan Pasir dan juga di Madrasah Al-Ulum Al-Syariah, Bagan Datuk yang didirikan oleh ayahnya, Mohd Arshad. Pada 1941, ia melanjutkan pendidikannya di Madrasah Al-Akhlak Al-Islamiyah, Bagan Serai. Kepala sekolahnya adalah Abdul Rahman Arshad, sepupu dari ayahnya. Dalam kurun waktu 1954 hingga 1955, Hassan Adli berperan sebagai seorang guru di sekolah yang didirikan oleh ayahnya di Bagan Pasir. Bersama dengan Abdul Samad Noh, ia membentuk Persatuan Guru Sekolah Agama Rakyat Perak. Dia kerap mengkaji pemikiran Muhammad Abduh, Hasan al-Banna, Mustafa Al-Ghalayin, Abdullah Fahim, Tahir Jalaluddin, Fadhlullah Shuhaimi, Burhanuddin al-Hilmi, Abu Bakar Baqir, Hamka, Mohammad Natsir, Ahmad Hassan, dan Abdul Qahar Muzakkar. Kariernya sebagai pengajar terhenti pada 1955 akibat dirinya terlibat dalam politik praktis. Kekagumannya pada Soekarno terlihat ketika dia memberikan pidatonya dengan semangat yang berapi-api. Ia seringkali mendengar pidatonya melalui Radio Republik Indonesia. Selain itu, ia juga meminati puisi berjudul "Aku" yang dikarang oleh Chairil Anwar. Penghargaan
Referensi
Pranala luar
|