Harlan Bekti
Harlan Bekti merupakan seorang pengusaha Indonesia. Ia bersama Edi Koswara membentuk PT Tehnik Umum untuk menjadi pelaksana proyek Hotel Indonesia, Air Mancur Monas, dan Hotel Ambarukmo di Yogyakarta.[1] Masa kecil dan keluargaDi masa kecilnya, Harlan bercita-cita menjadi dokter. Namun ayahnya yang merupakan mantan kepala stasiun kereta api di Yogyakarta menentang keinginan Harlan. Ayahnya juga keberatan ketika Harlan ingin menjadi pengacara. Kemudian ayahnya setuju jika Harlan menjadi seorang insinyur. Harlan kemudian memutuskan berkuliah di THS (sekarang ITB), tetapi dia mengalami kesulitan biaya. Di masa tersebut muncul bakat bisnisnya. Setiap ada tugas menggambar, ia membuat banyak rangkapan untuk dijual kepada teman-temannya. Kemudian dia juga membuka les untuk murid MULO (SMP). Ketika Jepang masuk ke Indonesia, THS ditutup dan ia berhenti berkuliah. Awal mula bisnisHarlan mulai fokus dalam berdagang. Ia memperjualbelikan buku pelajaran bahasa Jepang hingga ke luar Kota Bandung. Hasil penjualan buku ia belikan rokok Mascot[2] untuk dijual di Bandung. Pada zaman revolusi, Harlan Bekti tetap berdagang. Ia menyediakan ransum untuk tentara.Ia juga melakukan barter madat (opium) dengan pakaian seragam. Ia pernah berdagang kayu bakar di Mojokerto, tetapi tidak membuahkan hasil. Lantas, ia pindah ke Jakarta untuk memulai usaha konstruksi. Kini Harlan menjadi direktur utama sekitar 13 perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan, impor-ekspor, industri, konsultasi, tekstil, riset pemasaran, perjalanan, dan penangkapan ikan. PolitikHarlan mempunyai teman yang menjadi penasihat A.H. Nasution. Diduga teman yang dimaksud adalah Oejeng Soewargana yang membantu A.H Nasution mendirikan IPKI. Menurut Basyaruddin Rahman Motik yang juga seorang pengusaha, Harlan Bekti memiliki kencenderungan dekat dengan pihak komunis.[1]
|