Gonsalo Garcia
Santo Gonsalo Garcia, O.F.M., (bahasa Latin: Gundisalvus Garcia, bahasa Portugis: Gonçalo) (1556 – 5 Februari 1597) adalah seorang bruder Fransiskan Katolik Roma dari India Portugis, yang meninggal sebagai seorang martir di Jepang dan diangkat sebagai seorang santo, salah satu dari Dua Puluh Enam Martir Jepang yang diangkat. Orang kelahiran India pertama yang dijadikan santo tersebut[1] lahir di kota pesisir barat Vasai, sekarang sebuah exurb dari kota Mumbai,[2] ia berlayar dari kota tersebut—yang kemudian dikenal sebagai Baçaim dalam bahasa Portugis, kemudian Bassein dalam bahasa Inggris—pada waktu itu, kota tersebut berada dibawah kekuasaan kolonial Portugis. Perayaan St. Gonsalo diadakan pada hari Minggu pertama setelah Natal di Vasai.[2]
Latar belakangBassein atau Vasai berjarak sekitar 30 mil dari utara Bombay. Portugis menguasai tempat tersebut selama sekitar 205 tahun (1534-1739 Masehi). Pada 1498 Masehi, Vasco da Gama datang ke pelabuhan Calicut (Kozhikode) di pesisir barat India. Hal ini terjadi setelah Portugis membangun kekuatan mereka di pesisir barat India. Pada waktu itu, John III dari Portugal naik tahta di Portugal. Ia melantik Nuno da Cunha sebagai gubernur Goa dalam rangka merebut pulau Diu dari sultan Gujarat. Pada masa kepemimpinannya, Portugis mulai bersiap untuk menaklukan pulau Diu. Portuguis berusaha untuk mengepung Bassein, karena mereka percaya bahwa dengan menaklukan Bassein maka mereka memiliki kesempatan bagus untuk menaklukan Diu. Pada waktu itu, Gubernur Nuno da Cunha mengetahui bahwa Sultan Bahadur Shah dari Gujarat telah mengirim para pasukannya untuk membangun sebuah benteng kecil di Bassein. Fidalgos Portugis dan ribuan pasukan angkatan laut dikerahkan dibawah pengarahan Bassein pada 150 kapal. Sebuah pertempuran terjadi antara pasukan Portugis dan pasukan Sultan Gujarat pada 20 Januari 1533, yang dimenangkan oleh Portugis pada hari perayaan Santo Sebastian. Benteng tersebut jatuh ke tangan Portugis pada 23 Desember 1534 ketika Bahadurshah menandatangani sebuah perjanjian dengan Portugis untuk pengambilalihan kekuasaan sepenuhnya dari Bassein. Setelah peristiwa tersebut, Kapten Garcia de Sá memutuskan untuk membangun benteng Bassein, pekerjaan tersebut dimulai pada 20 Januari 1536. Sejumlah Fidalgos Portugis kaya tinggal di kota yang berbeda.[3] Mereka datang ke Bassein dan membangun kastil mirip istana. Karena hal tersebut, wilayah tersebut jadi memiliki karakteristik kota Eropa. Raja Portugis mengeluarkan sebuah perintah khusus dan memberikan kota tersebut status ‘Évora’ yang biasanya diberikan pada sebuah kota di Portugal. Portugis menjuluki kota tersebut sebagai "Dom Baçaim (Bassein)" karena sejumlah orang "Dom (sebuah gelar Portugis untuk Sir)" tinggal di kota Bassein. KelahiranSt. Gonsalo Garcia lahir dengan nama Gonçalo Garcia pada 1557. Dokumen-dokumen dalam Arsip Lisbon (ANTT) menyebut Gonsalo Garcia sebagai seorang ‘natural de Agaçaim ’ atau desa ‘penduduk agashi’ di Bassein. Ayahnya adalah seorang prajurit Portugis dan ibunya adalah seorang Canarim, yang merupakan sebutan Portugis yang ditujukan kepada penduduk Konkan. Istilah ini sering ditujukan kepada seluruh orang pribumi dari tempat yang masuk dalam wilayah kekuasaan India Portugis pada waktu itu. Orang-orang terpelajar modern seperti Gense dan Conti menyatakan bahwa ibu Gonsalo berasal dari Bassein. Menurut pengikut Garcia, Marcelo de Ribandeneira, yang menjadi seorang sejarawan dan dianggap sebagai sumber paling otentik dari kehidupan St. Gonsalo Garcia, santo tersebut suatu saat mengatakan bahwa ibunya berasal dari Bassein dan ayahnya seorang prajurit Portugis. Bulla Kepausan yang mendeklarasikan Gonsalo Garcia sebagai seorang santo menyatakan bahwa ia adalah Basseinite (Orang asli dari Bassein). Sebagai anak dari seorang ayah Eropa dan ibu India, ia merupakan seorang Mestiço dalam istilah Portugis. Di Benteng BasseinGonsalo Garcia menghabiskan delapan tahun (1564-1572) di Benteng Bassein. Benteng tersebut digunakan oleh orang-orang Eropa dan para pelayan mereka. Menurut kebijakan yang diadopsi oleh pemerintah Portugis, beberapa orang Portugis menikah dengan wanita lokal. Ayah Gonsalo keluar dari pekerjaannya dan tinggal di benteng tersebut sebagai orang awam, dan karena itu, keluarganya tinggal di dalam benteng tersebut. Ia belajar di sekolah Yesuit di Benteng Bassein dan memberikan bantuan di di "Igreja do Santo Nome de Jesus", yang dalam bahasa Indonesia artinya ‘Gereja Nama Kudus (sekarang dikenal sebagai Gereja St. Gonsalo Garcia)’. Disana, St. Gonsalo Garcia bertemu dengan Fr. Sebastião Gonsalves yang menjadi teman dan pemandu di sepanjang hidupnya. Pada saat ia tinggal bersama para Yesuit, Ia mempelajari Tata bahasa, Filsafat dan Sejarah Roma. Pergi ke JepangGonsalo Garcia ikut dengan para misionaris Yesuit dari Bassein ke Jepang. Pada 1569 ia diajak oleh Fr. Sebastian Gonsalves untuk ikut ke wilayah Timur, namun ia menolaknya karena ia terlalu muda. Namun pada 1572 Fr. Sebastian mengajaknya kembali ketika ia berusia lima belas tahun. Dua misionaris tersebut meninggalkan Bassein pada minggu pertama Maret 1572 dan sampai ke Jepang pada bulan Juli. Pada saat perjalanannya tersebut, Gonsalo Garcia mempelajari bahasa Jepang dengan dibantu orang Jepang yang mengikutnya di kapal yang sama. Sebagai seorang katekisGonsalo Garcia dipilih sebagai seorang katekis oleh para misionaris Yesuit. Lihat pulaCatatan
Sumber"INDIA’S ONLY CANONIZED SAINT:ST GONSALO GARCIA OF BASSEIN By Dr. Regin D’silva", St Gonsalo Garcia Publications, Bassein, pp95, 2003. Pranala luar
|