Gangguan kepribadian narsistik
Gangguan kepribadian narsistik (bahasa Inggris: Narcissistic personality disorder, disingkat NPD), adalah suatu gangguan kepribadian dimana terdapat susunan jangka panjang dari perilaku abnormal yang dikarakteristikkan oleh perasaan berlebihan terhadap diri sendiri, kebutuhan untuk penyanjungan dan kurangnya pemahaman perasaan orang lain.[6][3][4] Orang yang menyandang kondisi ini sering kali menghabiskan waktu dengan berpikir tentang meraih kekuasaan atau kesuksesan, atau tentang penampilan mereka. Mereka sering memanipulasi orang-orang sekitar mereka. Perilaku tersebut biasanya dimulai pada awal masa dewasa, dan terjadi pada berbagai keadaan.[4] Penyebab gangguan kepribadian narsistik tidak diketahui.[2] Gangguan tersebut merupakan sebuah gangguan kepribadian yang terklasifikasikan dalam kluster B oleh Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders.[4] Diagnosis-nya didapat dari seorang profesional dalam perawatan kesehatan yang mewawancarai orang yang ditanyainya.[3] Kondisi tersebut dibutuhkan untuk membedakannya dari gangguan mania dan gangguan penggunaan zat.[4] Pengobatan secara pasti belum dipahami Terapi dan sering kali sulit, karena orang dengan gangguan ini sering tidak menganggap diri mereka sendiri memiliki sebuah masalah.[3] Sekitar satu persen orang meyakini dampak pada beberapa titik kehidupan mereka.[2] Gangguan tersebut lebih sering muncul pada laki-laki ketimbang perempuan dan berdampak pada kaum muda ketimbang kaum tua.[3][4] Kepribadian tersebut mula-mula disebutkan pada tahun 1925 oleh Robert Waelder, sementara nama saat ini untuk kondisi tersebut mulai digunakan pada 1968.[7] Berbeda dengan anggapan kebanyakan orang, presentase penyandang gangguan kepribadian narsistik sebenarnya sangat rendah, sekitar 0,5 hingga 1 persen populasi dunia. Salah kaprah sering terjadi karena menganggap orang dengan kecenderungan narsis atau punya percaya diri tinggi pasti memiliki gangguan kepribadian narsisistik, padahal keduanya sama sekali berbeda.[8] SejarahIstilah "narsisme" berasal dari sebuah buku yang ditulis pada tahun 8 M, tepat pada abad pertama oleh seorang penyair Romawi yang bernama Ovid.[9] Metamorphoses Book III adalah buku yang berisikan mitos tentang dua karakter utama, Narcissus dan Echo. Narcissus adalah seorang pemuda tampan yang menolak rayuan dari banyak wanita. Ketika Narcissus menolak nimfa Echo, para dewa menghukumnya dengan membuatnya jatuh cinta dengan bayangannya sendiri di genangan air. Ketika Narcissus menyadari bahwa objek cintanya tidak bisa membalas cintanya, dia perlahan tenggelam dan mati.[10] Konsep keegoisan telah dicatat sepanjang sejarah. Di Yunani kuno, konsep itu dipahami sebagai bentuk dari keangkuhan. Pada akhir 1800-an, narsisme kemudian didefinisikan dalam sudut pandang psikologi. Pendefinisian tersebut berasal dari beberapa psikolog, seperti:[11]
Freudian awalSigmund Freud pernah berpendapat tentang perasaan angkuh yang ada pada orang dewasa dengan mengatakan bahwa "sikap ini adalah sebuah bentuk pengakuan jujur yang berasal peninggalan megalomania pada masa bayi"[15] dan ia kemudian menyimpulkan bahwa "kita dapat mendeteksi elemen megalomania pada sebagian besar pasien penderita gangguan paranoik. Kami memiliki dasar untuk berasumsi bahwa megalomania pada dasarnya bersifat kekanak-kanakan, dan seiring berkembangnya suatu individu, megalomania tersebut akan menghilang karena pertimbangan sosial."[16] EpidemiologiDalam sebuah penelitian menyatakan bahwa tingkat gangguan kepribadian narsistik secara permanen dalam seumur hidup diperkirakan 1% pada populasi umum dan berkisar antara 2% hingga 16% pada populasi klinis.[17] Sebuah tinjauan meta pada tahun 2010 dari 7 studi menunjukkan bahwa prevalensi rata-rata NPD adalah 1,06 dalam sampel komunitas.[18] Selain itu, jumlah kasus baru NPD pada pria per tahun sedikit lebih besar daripada wanita.[19] Sebuah tinjauan tahun 2015 menemukan bahwa tingkat NPD relatif stabil baik pada pria dan wanita selama periode tiga puluh tahun ketika data-data tersebut dikumpulkan.[19] DiagnosaDalam daftar DSM-5 diindikasikan bahwa, "Banyak individu yang sukses dalam hidup memiliki sifat yang bisa dianggap narsisistik. Hanya jika sifat ini tidak fleksibel, maladaptif, dan berlangsung terus-menerus, dan menyebabkan gangguan fungsional, maka baru bisa dikategorikan sebagai gangguan kepribadian narsisistik. Karena biasanya tidak mengalami masalah dengan fungsi dalam kehidupan, maka beberapa orang dengan NPD mungkin saja tidak merasa dirinya menyandang kondisi ini. Walaupun kepercayaan diri berlebih cenderung membuat orang-orang dengan gangguan kepribadian narsistik sangat ambisius, hal ini tidak selalu menyebabkan mereka meraih pencapaian yang tinggi dan kesuksesan, terutama jika mereka menolak mengambil resiko, dengan tujuan tidak ingin gagal atau terlihat gagal dalam hidupnya. Lebih jauh lagi, ketidakmampuan secara psikologis untuk menoleransi perbedaan, kontradiksi, dan kritik, membuat penyandang kondisi ini kesulitan untuk bekerjasama dengan orang lain atau membina hubungan jangka panjang." Berdasarkan DSM 5, setidaknya 5 dari kriteria ini harus dimiliki sebelum ditetapkan mengidap NPD:
ICD-11 dan ICD-10Gangguan kepribadian narsisistik dikenal dalam klasifikasi International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems edisi 11 yang diterbitkan WHO, disebutkan kriteria gangguan kepribadian terjadi jika ada disfungsi dalam penilaian, kesulitan, dan perilaku yang maladaptif. Begitu diagnosa ditegakkan, petugas medis bisa mendasarkan diagnosanya atas lima karakter untuk menentukan penyebab partikuler dari disfunsi ini, yang kemudian akan mempengaruhi penanganannya. Gangguan kepribadian narsisistik, sebagaimana dikonsepkan sebelumnya, akan memiliki karakter disosialitas, yang termasuk di dalamnya cenderung memusatkan perhatian ke diri sendiri (merasa besar, haus perhatian, penghargaan, dan egosentris) dan kurangnya empati (tebal muka, kejam, manipulatif, dan melakukan eksploitasi interpersonal, serta memusuhi orang lain). Dalam edisi sebelumnya, ICD-10, gangguan kepribadian narsisistik dikategorikan sebagai "gangguan kepribadian lainnya yang spesifik", yang berarti ICD-10 menentukan bahwa penentuan diagnosa ini harus memenuhi seluruh kriteria yang ditentukan dalam DSM-5. KategorisasiNarsisistik bisa muncul dengan berbagai kondisi, yang bisa dibedakan atas:
KontroversiLuasnya kontroversi tentang narsisme terlihat ketika komite gangguan kepribadian untuk Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental Edisi ke-5 (2013) merekomendasikan penghapusan Gangguan Kepribadian Narsistik dari manual. Debat tiga tahun yang kontroversial akhirnya terjadi di komunitas kedokteran dengan salah satu kritikus paling tajam adalah John Gunderson. Dia adalah orang yang memimpin komite gangguan kepribadian DSM untuk edisi ke-4 manual.[21] Perumusan, deskripsi, dan definisi gangguan kepribadian narsistik dari American Psychiatric Association (APA) sebagaimana yang dipublikasikan dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth Ed., Text Revision (DSM-IV-TR, 2000), dikritik oleh kalangan kedokteran. Hal itu disebabkan karena definisi NPD yang ada pada buku tersebut tidak cukup menggambarkan jangkauan dan kompleksitas gangguan kepribadian NPD itu sendiri. Dikatakan bahwa definisi itu terlalu terfokus pada "pola interpersonal eksternal, gejala, atau sosial individu narsis yang pada akhirnya mengabaikan kompleksitas internal dan penderitaan individu". Definisi tersebut yang kemudian justru mengurangi kegunaan klinis definisi NPD dalam DSM-IV-TR.[22] Ketika merevisi kriteria diagnostik untuk gangguan kepribadian, komite kerja untuk daftar "Kepribadian dan Gangguan Kepribadian" mengusulkan penghapusan gangguan kepribadian narsistik (NPD) sebagai entri yang berbeda dalam DSM-5. Hal itu menyebabkan pergantian pendekatan kategoris untuk NPD dengan pendekatan yang lebih dimensional karena didasarkan pada tingkat keparahan domain sifat-kepribadian disfungsional.[23] Para kedokteran yang kritis terhadap revisi DSM-5 menganggap sistem diagnostik baru sebagai "kumpulan model-model yang berbeda yang sulit untuk digunakan secara bersamaan dengan baik". Revisi DSN-5 tersebut mengakibatkan kegunaan sistem diagnostik yang terbaru menjadi sangat terbatas dalam praktik klinis.[24] Terlepas dari itu semua, pendefinisian ulang oleh APA mengenai NPD tetap diterima dan dimasukkan ke dalam daftar gangguan kepribadian DSM-5. Referensi
Bacaan tambahan
Pranala luar
|