Galerina marginata
Galerina marginata adalah jenis jamur pelapuk putih dalam keluarga Cortinariaceae (Agaricales). Secara filogenetik ia berbeda dengan jamur pelapuk putih Pleurotus ostreatus dan Phanerochaete chrysosporium. Jamur ini merupakan jamur yang sangat beracun karena mengandung amatoksin, penghambat RNA polimerase II.[1] Jamur ini dapat dijumpai di Eropa bagian tengah dan utara, Asia, Amerika Utara dan Australia.[2][3] SejarahSpesies ini pertama kali diperikan pada tahun 1789 oleh ahli jamur dari Jerman, August Johann Georg Karl Batsch (1761-1820) dengan nama Agaricus marginatus. Saat itu semua jamur yang memiliki lamela dikelompokkan dalam genus Agaricus. Nama ilmiahnya yang sekarang, Galerina marginata diberikan oleh ahli jamur dari Jerman lainnya, Robert Kuhner (1903-1996).[2] CiriDibandingkan dengan kebanyakan spesies dalam genus Galerina, Galerina marginata cukup berbeda. Galerina marginata berukuran cukup besar bila dibandingkan dengan spesies Galerina lainnya yang berukuran mungil dan membutuhkan mikroskop untuk pengenalannya. Galerina marginata juga tidak tumbuh pada lumut tetapi langsung pada batang kayu dan sering bergerombol. Ciri khas lainnya yaitu jejak sporanya berwarna coklat seperti karat. Cincin pada batangnya tampak tipis dan bisa pula tidak tampak.[4] Kandungan racunPada tahun 1963 racun amatoksin ditemukan pada Galerina venenata. Setelah penemuan ini penelitian dilanjutkan pada spesies Galerina lainnya. Penelitian kemudian menemukan bahwa Galerina marginata mengandung jejak beta amanitin dan 0,1-0,8 mg alfa amanitin dalam tiap gram jamur kering. Kultur miselium diketahui juga dapat memproduksi amatoksin. Meskipun kadar amatoksin-nya lebih rendah dibandingkan kelompok jamur Amanita, Galerina marginata masih termasuk jamur beracun yang mematikan. Dosis mematikannya kemungkinan sekitar 100 sampai 150 gram jamur segar, tetapi jumlah yang sedikit pun masih dapat mengakibatkan keracunan yang berbahaya.[5] Spesies serupaJamur Armillaria memiliki ciri yang mirip dengan Galerina marginata karena warnanya yang kecoklatan. Hanya saja ukuran Armillaria lebih besar dan menghasilkan deposit spora putih. Perbedaan yang sangat kentara tampak pada bulu kaku berwarna hitam pada tudung Armillaria.[6] Galeri
Sumber
|