Gabriela Sabatini
Gabriela Beatriz Sabatini (lahir 16 Mei 1970) adalah mantan petenis profesional Argentina. Dia adalah salah satu pemain perempuan terkemuka di akhir 1980-an dan awal 1990-an. Dia memenangkan gelar tunggal putri di AS Terbuka pada tahun 1990, gelar ganda putri di Wimbledon tahun 1988, dua WTA Tour Championships pada tahun 1988 dan 1994, dan medali perak di Olimpiade 1988. Ia memiliki julukan "Putri dari Pampas". Permainan yang luwes dan daya tariknya membuatnya memiliki banyak pendukung. Pada awal kemunculannya Sabatini merupakan saingan berat bintang muda Jerman saat itu yaitu Steffi Graf. Namun kehadiran Monica Seles membuat posisinya turun lagi setingkat sebagai saingan Steffi Graf. Walau demikian trio Graf-Seles-Sabatini sempat mendominasi WTA tour dari 1990 sampai 1992. Alasan mental yang mengakibatkan Sabatini terpuruk dibawah kedigjayaan Graf dan Seles adalah pengakuannya bahwa Sabatini menghindari pers dan pusat perhatian dunia, serta keterbatasannya berbahasa inggris yang mengaharuskan pemain berpidato setelah menjuarai turnamen sehingga Sabatini sering kali kalah di babak semifinal. Hal ini sangat disayangkan karena dari segi teknik pukulan Sabatini terbilang lengkap dan sangat berbakat. KarierSebelum masuk ke level senior atau profesional, Sabatini adalah petenis junior nomor 1 dunia. Di usia 13 tahun Sabatini tampil sebagai juara termuda turnamen junior ternama orange bowl tahun 1983. Pada tahun berikutnya Sabatini menjuarai Grand Slam junior di french open setelah mengalahkan bintang Bulgaria Katerina Maleeva di final. Pada tahun pertama karier profesionalnya tahun 1985, Sabatini langsung mencuri perhatian dengan masuk final turnamen family circle diusianya yg belum genap 15 tahun, kalah dari pemain veteran Chris Evert 4-6,2-6. Kemudian masuk semifinal Grand Slam French Open kalah lagi dari Evert. Di bulan Oktober 1985 Sabatini meraih gelar senior pertamanya di Tokyo setelah mengalahkan petenis AS, Linda Gates di final 6-3,6-4. Pada tahun 1986 Sabatini kembali meraih gelar ke 2 nya setelah menjuarai turnamen di kota kelahirannya Buenos Aires pada bulan Desember 1986 dengan mengalahkan bintang muda spanyol Arantxa Sanchez di final dengan mudah 6-1,6-1. Pada tahun 1987 kariernya semakin matang dengan menjuarai 3 turnamen dalam kurun waktu 3 bulan berturut-turut, yaitu Tokyo (mengalahkan Manuela Maleeva 6-4,7-6), Brighton (mengalahkan Pam Shriver 7-5,6-4) dan mempertahankan gelarnya di Buenos Aires (mengalahkan Isabel Cueto 6-0,6-2). Pada tahun 1988 Sabatini menjadi penantang serius bagi Steffi Graf karena hanya dia dan Pam Shriver yang bisa mengalahkan Graf pada tahun tersebut, bahkan sekelas Martina Navratilova dan Chris Evert pun tidak mampu mengalahkan Graf saat itu. Di usianya yang masih 18 tahun Sabatini masuk final Grand Slam untuk pertama kalinya yaitu di US Open walau akhirnya kalah 3 set dari petenis nomor 1 dunia saat itu Graf. Dan di ajang Olimpiade Seoul juga Sabatini mendapat kehormatan membawa bendera Argentina di acara pembukaan multi event 4 tahunan itu tapi kembali kandas di final dengan meraih medali perak kalah dari Graf 3-6,3-6. Sabatini pada tahun ini meraup 4 gelar di Virginia Slims Boca Raton Florida (kandaskan Graf 2-6,6-3,6-1), Italian Open di Roma (hempaskan Helen Kelesi 6-1,6-7,6-1), Canadian Open di Montreal (sikat Natalia Zvereva 6-1,6-2), dan turnamen puncak akhir tahun Virginia Slims Championships New York dengan mengalahkan Pam Shriver 3 set langsung 7-5,6-2,6-2. Di kategori ganda putri, Sabatini dan Graf juga akhirnya bisa meraih gelar ganda Grand Slam nya yaitu di Wimbledon 1988 dengan mengalahkan pasangan kuat Soviet Natalia Zvereva dan Larisa Savchenko 6-3,1-6,12-10 lewat pertarungan sengit 3 set. Tahun 1989 Sabatini juga meraih 4 gelar yaitu di Key Biscayne Florida (kalahkan Chris Evert 6-1,4-6,6-2), Bausch & Lomb di Amelia Island (jinakkan Steffi Graf 3-6,6-3,7-5), Italian Open di Roma (taklukkan Arantxa Sanchez 6-2,5-7,6-4), dan di Filderstadt (gulung Mary Joe Fernandez 7-6,6-4). Tahun 1990 adalah tahun kematangannya dengan meraih gelar tunggal Grand Slam pertamanya yaitu di US Open dengan mengalahkan musuh bebuyutannya Graf 2 set langsung 6-2,7-6. Dan di ajang ini lah untuk pertamakalinya Sabatini dan Graf berpisah untuk bermain ganda putri dan justru inilah momen awal Sabatini muncul sebagai lawan tangguh bagi Graf yang selama ini selalu menjegal Sabatini di berbagai turnamen. Selain US Open, Sabatini juga menjuarai Virginia Slims Boca Raton Florida dengan mengalahkan bintang baru pujaan Amerika Jennifer Capriati 6-4,7-5 yang pada saat itu belum genap 14 tahun. Di turnamen penutup akhir tahun di Madison Square Garden New York, Sabatini kembali menjegal Graf di semifinal sebelum kalah dari Monica Seles lewat pertarungan keras 5 set dan ini merupakan sejarah untuk pertama kalinya di kancah WTA berlangsung 5 set dalam satu partai. Tahun 1991 kembali menjadi momok yang sangat menakutkan bagi Graf. Pada tahun ini Sabatini menjegal Graf 3x yaitu di turnamen Toray Pan Pacific Tokyo, Virginia Slims Boca Raton Florida, dan Bausch & Lomb Amelia Island. Dan di 5 bulan pertama tahun ini Sabatini sukses meraih 5 gelar juara sekaligus menjadi penantang kuat bagi Seles dan Graf untuk memperebutkan posisi nomor 1 dunia. Namun apa daya, kesuksesan Sabatini di paruh awal 1991 tidak diikuti di sisa paruh akhir 1991 dimana tidak ada gelar juara yang diraih. Di ajang bergengsi Wimbledon, Sabatini harus kalah tipis dari Graf di final 4-6,6-3,6-8 padahal Sabatini sempat serving for the match 2 kali di set 3. Memulai 1992 Sabatini berhasil meraup 5 gelar juara, yaitu di Sydney (gilas Arantxa Sanchez Vicario 6-1,6-1), Toray Pan Pacific di Tokyo (kalahkan Martina Navratilova 6-2,4-6,6-2), Family Circle di Hilton Head (sikat Conchita Martinez 6-1,6-4), Bausch & Lomb di Amelia Island (lumpuhkan Graf 6-2,1-6,6-3), dan Italian Open di Roma (lumat Monica Seles 7-5,6-4). Seperti halnya pada tahun 1991, pada tahun 1992 ini juga tidak ada gelar yang diraih di paruh akhir tahun nya. Hambatan serius mulai menghampiri Sabatini pada tahun 1993, dimana pada tahun ini tidak ada satupun gelar yang diraih, ini merupakan kali pertama dalam kurun 9 tahun terakhir karier profesionalnya Sabatini tidak mendapat gelar seperti hal nya yang dia raih dari tahun 1985 sampai 1992. Penantian lama 2,5 tahun tanpa gelar dan hanya menjadi 7x finalis, akhirnya berbuah manis di penghujung tahun 1994 ketika Sabatini meraup gelar bergengsi di Madison Square Garden New York untuk kedua kalinya dengan mengalahkan bintang muda saat itu Lindsay Davenport 3 set langsung 6-3,6-2,6-4. Pada tahun 1995 dimulai dengan manis dengan menjuarai Sydney dengan kembali mengalahkan Davenport 6-3,6-4. Ini merupakan gelar ke 27 sekaligus tanpa diduga merupakan gelar terakhirnya di karier profesionalnya. Sabatini gantung raket di penghujung 1996 berbarengan dengan ajang turnamen bergengsi akhir tahun di Madison Square Garden New York. Usia yang terbilang masih muda yaitu di usia 26 tahun tapi Sabatini memutuskan untuk pensiun dini setelah 12 tahun karier profesionalnya. Melengkapi kejayaannya di dunia tenis yang telah mengharumkan nama besarnya, Sabatini pada tahun 2006 masuk International Tennis Hall of Fame (ITHF). Dengan total 27 gelar tunggal (1 diantaranya Grand Slam US Open 1990) dan 14 gelar ganda (1 diantaranya Grand Slam Wimbledon 1988) serta menempati ranking terbaik di posisi 3 dunia untuk tunggal dan ganda, sangatlah layak jika Sabatini disejajarkan dengan bintang lainnya di ITHF. Banyak yang berpendapat bahwa Sabatini muncul pada era yang salah, era dimana dominasi petenis veteran masih kuat yaitu Navratilova dan Evert, dan muncul pada era keemasan Graf dan Seles. Halangan dari dominasi 4 kampiun Grand Slam seperti Navratilova, Evert, Graf dan Seles menjadikan Sabatini kesulitan meraih prestasi maksimalnya. Jika tidak, bukan tidak mungkin Sabatini akan meraih lebih banyak gelar dan tentunya ranking 1 dunia. StatistikGrand SlamTunggal: 3 (1 title, 2 runner–ups)
Ganda Putri: 4 (1 title, 3 runner–ups)
Pranala luar
|