Fondasi cakar ayam

Fondasi cakar ayam atau fondasi tapak beton adalah jenis fondasi dangkal yang bentuknya menyerupai kaki pada ayam atau akar serabut pada pohon kelapa. Desainnya pertama kali dibuat oleh  Sedyatmo. Bahan utama pembuatan fondasi cakar ayam adalah beton dan tulangan besi. Rasio antara kedalaman penanaman fondasi cakar ayam dengan lebar tapaknya kurang dari 1. Fondasi cakar ayam umumnya digunakan pada rumah tinggal bertingkat dua yang galian fondasinya dangkal. Perhitungan blok-blok fondasi cakar ayam telah ditetapkan masing-masing oleh Sedyatmo dan Roosseno Soerjohadikoesoemo.

Penemu

Desain fondasi cakar ayam pertama kali dibuat dan diperkenalkan oleh Sedyatmo. Ide dasar dari pembuatan fondasi cakar ayam adalah bentuk dari cakar ayam atau akar serabut dari pohon kelapa. Fondasi cakar ayam didesain oleh Sedyatmo untuk memperoleh sebuah fondasi yang kokoh tetapi berbiaya murah dalam pembauatannya. Fondasi cakar ayam yang dibuatnya ini dapat digunakan pada kondisi tanah yang lunak dan tidak stabil.[1]

Inspirasi untuk membuat fondasi cakar ayam berawal dari perjalanan piknik oleh Sedyatmo dan keluarganya pada tahun 1961 ke Pantai Cilincing, Jakarta Utara. Ketika itu, Sedyatmo melihat sebuah pohon kelapa yang diterpa angin dan ombak tetapi tidak tumbang. Akhirnya Sedyatmo memahami bahwa akar serabut pada pohon kelapa yang membuatnya tidak tumbang karena kokoh. Akar serabut ini tumbuh tidak terlalu dalam di bawah permukaan tanah yang lunak. Inspirasi ini kemudian membuat Sedyatmo mencoba untuk menemukan bentuk fondasi yang sesuai dengan tanah lunak yang dangkal. Pada saat itu, ia berencana menggunakannya untuk mengatasi kendala pembangunan tower listrik tegangan tinggi di daerah Ancol yang bertanah lunak. Tanah keras baru didapati di kedalaman 25 meter dari permukaan tanah. Akhrinya, Sedyatmo berhasil membuatnya dengan menggunakan lempengan beton bertulang. Ketebalan beton antara 10–15 cm berbentuk cakar ayam yang ditanam di atas permukaan tanah yang lunak. Di bawah lempengannya diberi pipa beton bertulang yang mencegah lempengan beton menukik ketika diberi beban. Diameter pipa betonnya adalah 50 cm dengan jarak antara pipa sejauh 1–1,5 meter. Bagian lempengan dan pipa beton ini menyatu secara monolitik. Fondasi cakar ayam ini mampu menahan beban dari tower listrik tegangan tinggi di atasnya.[2]

Karakteristik

Bahan

Pembuatan fondasi cakar ayam bersifat cepat.[3] Fondasi cakar ayam juga menggunakan bahan yang harganya murah.[4] Bahan baku pembuatan fondasi cakar ayam adalah adonan beton yang diaduk. Bagian kerangkanya hanya menggunakan tulangan besi.[5]

Bentuk dan Ukuran

Nama cakar ayam diberikan pada fondasi cakar ayam karena bentuknya yang menyerupai kaki ayam.[6] Nama lainnya ialah fondasi tapak beton.[7] Fondasi cakar ayam termasuk jenis fondasi dangkal. Artinya, rasio antara kedalaman penanaman fondasi dengan lebar tapaknya kurang dari 1.[8]

Pemakaian

Fondasi cakar ayam merupakan salah satu jenis fondasi yang umum digunakan pada rumah tinggal.[9] Pemakaian fondasi cakar ayam sesuai untuk rumah bertingkat dua. Ketentuannya ialah daya dukung tanah di bawah rumah cukup kuat, tetapi galian fondasi hanya mampu kurang dari 1,5 meter.[5]

Perhitungan

Cara untuk menghitung kebutuhan blok-blok fondasi cakar ayam telah ditetapkan masing-masing oleh Sedyatmo dan Roosseno Soerjohadikoesoemo. Perhitungan oleh Roosseno sendiri mendasari perhitungannya dari perhitungan Sedyatmo. Namun Roosseno menerapkan perhitungan atas tekanan pasif tanah samping terhadap fondasi cakar ayam. Roosseno menganggap kaki-kaki pada fondasi cakar ayam sebagai sebuah blok fondasi dangkal. Kapasitas tekanannya kemudian dihitung dari penjumlahan secara kumulatif terhadap jumlah tekanan pasif tanah samping dari seluruh kaki fondasi cakar ayam.[10]

Referensi

  1. ^ Utama, Ditdit Nugeraha (Januari 2017). Sistem Penunjang Keputusan: Filosofi, Teori dan Implementasi. Yogyakarta: Penerbit Garudhawaca. hlm. 51. ISBN 978-602-6581-01-3. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-23. Diakses tanggal 2023-06-20. 
  2. ^ Pranowo, Lilih Prilian Ari (2009). 30 Tokoh Penemu Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Narasi. hlm. 78. ISBN 978-979-168-176-6. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-23. Diakses tanggal 2023-06-20. 
  3. ^ Sasmita, Asa (Juni 2009). Tips Hemat Membangun Rumah. Depok: Penebar Swadaya. hlm. 56. ISBN 978-979-661-099-0. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-23. Diakses tanggal 2023-06-20. 
  4. ^ Dmaximus arc. (Juli 2010). 24 Desain Rumah di Bawah 80 Juta. Jakarta Timur: Griya Kreasi. hlm. 157. ISBN 978-979-661-217-8. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-23. Diakses tanggal 2023-06-20. 
  5. ^ a b Zainal A.Z. Menghitung Anggaran Biaya Bangunan. Gramedia Pustaka Utama. hlm. 2. ISBN 978-979-511-336-2. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-23. Diakses tanggal 2023-06-20. 
  6. ^ Wicaksono, Andie A. (Maret 2009). Kiat Praktis Jual Beli Properti. Jakarta: Niaga Swadaya. hlm. 56. ISBN 978-979-26-3686-4. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-23. Diakses tanggal 2023-06-20. 
  7. ^ Mistra (September 2015). Burhadi, F., ed. Teknik Meningkat Rumah Cara DAK. Jakarta Timur: Griya Kreasi. hlm. 38. ISBN 978-979-661-265-9. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-23. Diakses tanggal 2023-06-20. 
  8. ^ Hanafiah, Jaya, Z., dan Reza, M. (2020). Erang, Theodorus, ed. Rekayasa Fondasi. Yogyakarta: Penerbit ANDI. hlm. 3. ISBN 978-623-01-0326-1. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-23. Diakses tanggal 2023-06-20. 
  9. ^ Kusjuliadi P., Danang. Membangun Rumah Kuat dan Artistik dengan Biaya Murah. Niaga Swadaya. hlm. 13. ISBN 978-979-263-607-9. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-23. Diakses tanggal 2023-06-20. 
  10. ^ Masjkuri (1984). Prof. Dr. Ir. Roosseno Soerjahadikoesoemo: Karya dan Pengabdiannya. Jakarta: Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional. hlm. 56. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-23. Diakses tanggal 2023-06-20. 
Kembali kehalaman sebelumnya