Fibula Meldorf

Fibula Meldorf adalah sebuah fibula berjenis pegas khas Jermanik yang ditemukan di Meldorf, Schleswig-Holstein, Jerman Barat pada tahun 1979. Meskipun keadaan pasti dari pemulihan fibula tidak diketahui, diperkirakan berasal dari kuburan kremasi, mungkin dari wanita. Berdasarkan rupa tulisan, fibula tersebut diperkirakan dibuat pada paruh pertama abad ke-1 M, dan mungkin memuat tulisan alfabet Rune tertua.[1]

Tulisan

Tulisan tersebut termuat pada bagian bawah fibula dan ditulis dengan teknik tusukan tremolo atau pengujian, tetap masih diperdebatkan. Kontroversi terutama berkisar pada apakah grafem ditulis dalam huruf-huruf Rune, Proto-Rune, atau Latin. Temuan dari Vimose – khususnya sisir dengan tulisan harja diperkirakan ditulis pada 160 SM – umumnya dianggap sebagai artefak alfabet Rune yang pernah ditemukan. Jika tulisan di fibula Meldorf adalah Rune, maka memberi petunjuk yang luas mengenai pertanyaan tentang asal usul dan perkembangan alfabet Rune Futhark Kuno.[2]

Penafsiran

Tulisan pada fibula Meldorf yang telah dipindai (Düwel (1981), hlm. 160)

Düwel dan Gebühr (1981) mengemukakan bahwa prasasti tersebut berisi empat huruf Rune, terbaca (dari kiri ke kanan) hiwi, yang ditafsirkan sebagai "untuk pasangan (suami/istri)" atau "keluarga ibu". Kata-kata kerabat yang memiliki bukti tertulis mencakup: Sachsen Kuno dan Jerman Hulu Kuno hīwa, berarti "pasangan (suami/istri)"; Sachsen Kuno dan Jerman Hulu Kuno hīwiski, "keluarga"; Sachsen Kuno hīwian dan Jermanik Hulu Kuno hīwan, berarti "menikah"; Gotik heiwa- dalam heiwa-frauja, berarti "tuan rumah", "kepala rumah tangga", atau "suami". Namun, penafsiran-penafsiran tersebut telah banyak dikritik sebagai tidak teratur secara epigrafis dan linguistik (Odenstedt 1989, Mees 1997).

Penafsiran oleh Düwel mendapat perhatian baru dengan ditemukannya Wijnaldum B, sebuah liontin emas kecil yang kemungkinan dibuat di pesisir Laut Tengah yang dibuat k. 600 SM, ditemukan malah jauh dari tempat pembuatannya, yaitu di Leeuwarden, Friesland pada tahun 1990. Di bagian belakang terdapat prasasti alfabet Runeyang menurut Looijenga (1997) dan Düwel (2001) terurai sebagai hiwi, berarti "untuk keluarga ibu". Sejak penafsiran itu, Looijenga (2021:383, n.7) tidak menanggap penafsirannya sebagai benar, tetapi hanya menampilkan goresan-goresan yang tidak berarti.

Odenstedt (1989) menduga tulisan itu disusun dalam alfabet Latin, dibaca (dari kanan ke kiri) IDIN, yang ditafsirkan sebagai sebuah nama orang, yang gendernya masih belum pasti; jika feminin berarti ditafsirkan sebagai "untuk Ida", tetapi jika maskulin, ditafsirkan sebagai "untuk Iddo". Seebold (1994) juga setuju dengan penafsiran tersebut.

Mees (1997), seperti Düwel, menduga tulisan itu disusun dalam alfabet Rune, tetapi dibaca dari kanan ke kiri, yaitu iṛiḷi, yang ditafsirkan sebagai "untuk ahli (Rune)".

Kemungkinan lain diuraikan dalam alfabet Latin yaitu nidi, Rune atau Latin yaitu irih, hiri, atau Rune yaitu iwih, iþih, hiþi.

Fibula ini sekarang disimpan di Gottorp, Schleswig-Holstein, Jerman.

Lihat pula

Referensi

Catatan kaki

  1. ^ Düwel, Klaus: Runenkunde. 4., überarbeitete und aktualisierte Auflage, Stuttgart 2008, S. 23; außerdem: Beschreibung der Fibel von Meldorf durch das Runenprojekt Kiel Diarsipkan 2017-09-18 di Wayback Machine. sowie
  2. ^ Düwel, Klaus: Runenkunde. 4., überarbeitete und aktualisierte Auflage, Stuttgart 2008, S. 23 sowie Beschreibung der Fibel von Meldorf durch das Runenprojekt Kiel Diarsipkan 2017-09-18 di Wayback Machine.

Daftar pustaka

  • Anderson, Carl Edlund (2005); The Runic System as a Reinterpretation of Classical Influences and as an Expression of Scandinavian Cultural Affiliation [1] Diarsipkan 2022-10-17 di Wayback Machine.
  • Düwel, Klaus (1981), The Meldorf Fibula and the Origin of Runic Writing in Michigan Germanic Studies no. 7, pp. 8–14.
  • Düwel, Klaus/Gebühr, Michael (1981); Die Fibel von Meldorf und die Anfänge der Runenschrift in Zeitschrift für deutsches Altertum und deutsche Literatur no. 110, pp. 159–75.
  • Düwel, Klaus (1994), ed., Runische Schriftkultur in ERGA no. 10, Berlin, New York.
  • Düwel, Klaus (2001); Runenkunde, Weimar: J. B. Metzger, pp. 23–4, 87. ISBN 3-476-13072-X
  • Hines, John, and Nelleke IJssennagger-van der Pluijm (2021) eds., Frisians of the Early Middle Ages, Woodbridge: Boydell.
  • Looijenga, Tineke (1997); Runes Around the North Sea and on the Continent AD 150-700, Groningen: SSG Uitgeverij; pg. 129, 186. [2] Diarsipkan 2022-01-12 di Wayback Machine.
  • Looijenga, Tineke (2021); Runic literacy in north-west Europe, with a focus on Frisia, in Hines and IJssennagger-van der Pluijm (2021), pp. 375-400.
  • Mees, Bernard (1997); A New Interpretation of the Meldorf Fibula Inscription in Zeitschrift für deutsches Altertum und deutsche Literatur no. 126, pp. 131–39.
  • Odenstedt, Bengt (1989); Further Reflections on the Meldorf Inscription in Zeitschrift für deutsches Altertum und deutsche Literatur no. 118, pp. 77–85.
  • Orel, Vladimir (2003). A Handbook of Germanic Etymology. Leiden: Brill Publishers. pg. 173. ISBN 90-04-12875-1.
  • Seebold, Elmar (1994); Die sprachliche Deutung und Einordnung der archaischen Runeninschriften in Düwel (1994), pp. 56–94.

Pranala luar

Kembali kehalaman sebelumnya