Ethiopian Airlines Penerbangan 961
Ethiopian Airlines Penerbangan 961, Boeing 767-200ER, dibajak pada tanggal 23 November 1996[1] di tengah penerbangan dari Addis Ababa ke Nairobi dalam rute Addis Ababa–Nairobi–Brazzaville–Lagos–Abidjan[2] oleh tiga orang Etiopia yang hendak mencari suaka di Australia.[3] Pesawat ini mendarat jatuh di Samudra Hindia dekat Grande Comore, Kepulauan Komoro, karena kehabisan bahan bakar; 125 dari 175 penumpang dan awak kabin tewas beserta ketiga pelaku.[3] Laporan kecelakaan resmi menyatakan bahwa penumpang yang selamat tanpa luka berjumlah empat orang. PesawatPesawat yang terlibat dalam kecelakaan ini adalah Boeing 767-260ER, registrasi ET-AIZ, c/n 23916, yang terbang perdana pada tanggal 17 September 1987.[4] Dilengkapi dua mesin Pratt & Whitney JT9D-7R4E, pesawat ini dikirimkan ke Ethiopian Airlines tanggal 22 Oktober 1987.[4][5] Pesawat ini menghabiskan masa gunanya di dalam armada Ethiopian Airlines, tetapi sempat disewa oleh Air Tanzania pada Mei 1991 sampai Februari 1992 .[4] Ketika insiden ini terjadi, pesawat ini berusia 9 tahun. Kapten Leul Abate (42), seorang pilot dengan pengalaman terbang 11.5500 jam, adalah pilot bertugas. Kopilotnya adalah Yonas Mekuria (34) dengan pengalaman terbang 6.500 jam.[6] Penerbangan ini ditunda agar penumpang dari penerbangan lain bisa menaiki pesawat ini. Pesawat lepas landas pukul 08:09 UTC.[7] DeskripsiPembajakanSekitar pukul 08:29 UTC,[7] ketika pesawat berjulukan Zulu ini[8] masih terbang di atas Etiopia,[9] tiga pria Etiopia menyerbu kokpit dan membajak pesawat setelah mengambil kapak dan APAR dari kokpit.[10] Menurut Airdisaster.com, "Salah satu pembajak berlari menuju kokpit, meneriakkan kata-kata yang tidak bisa dipahami, lalu diikuti dua rekannya." Airdisaster melaporkan bahwa mereka "muda (20 tahunan), tidak berpengalaman, psikologisnya rapuh, dan mabuk."[9] Radio pemerintah Etiopia mengidentifikasi pelaku sebagai dua lulusan SMA yang masih pengangguran dan satu perawat; mereka bernama Alemayehu Bekeli Belayneh, Mathias Solomon Belay, dan Sultan Ali Hussein (urutan nama tidak sesuai urutan identifikasi).[11] Mereka mengancam meledakkan pesawat di udara apabila pilot tidak memenuhi tuntutan mereka.[12] Mereka mengaku ada 11 pembajak di pesawat, padahal kenyataannya cuma tiga.[8][12] Setelah memukul dan memaksa kopilot Yonas Mekuria masuk kabin, mereka membuat pengumuman. Melalui interkom, mereka mengatakan dalam bahasa Amharik, Prancis, dan Inggris bahwa apabila siapapun mencoba ikut campur, mereka akan meledakkan bom di pesawat.[8][12] Pihak berwenang kemudian menemukan bahwa "bom" tersebut sebenarnya botol minuman keras.[13] Pelaku meminta agar pesawat diterbangkan ke Australia.[3] Leul mencoba menjelaskan bahwa bahan bakar pesawat hanya cukup untuk rute yang ditetapkan sehingga tidak bisa terbang seperempat jalan ke Australia, tetapi pelaku tidak percaya.[8] Salah satu pelaku membawa majalah pesawat Selamta ke kokpit dan membuka halaman armada, lalu menunjukkan bahwa 767 mampu terbang selama 11 jam.[12] Bukannya terbang ke Australia, kapten menyusuri pesisir Afrika ke arah selatan. Pelaku sadar bahwa daratan masih terlihat dan memaksa pilot berbelok ke timur. Leul diam-diam terbang ke Kepulauan Komoro yang berada di antara Madagaskar dan benua Afrika.[8] Pendaratan jatuhPesawat hampir kehabisan bahan bakar ketika memasuki wilayah kepulauan Komoro, tetapi para pembajak mengabaikan peringatan kapten. Karena kehabisan opsi, Abate mulai terbang mengelilingi daerah itu supaya bisa mendarat di bandara utama Komoro. Abate pun terpaksa mendarat dengan kecepatan lebih dari 175 knot (324 km/h; 201 mph).[8] Abate mencoba melakukan pendaratan darurat di Bandar Udara Internasional Prince Said Ibrahim di Grande Comore, tetapi perkelahian dengan para pembajak di menit-menit terakhir membuatnya kehilangan acuan visual. Ia pun tidak bisa mengarahkan pesawat ke bandara. Di tengah perkelahian, ia mencoba mendaratkan pesawat di perairan dangkal 500 yard (457 m) dari Le Galawa Beach Hotel, dekat Mitsamiouli, di ujung utara Pulau Grande Comore. Abate mencoba mendarat sejajar dengan gelombang agar pendaratannya mulus. Beberapa detik sebelum mendarat di air, pesawat belok sekitar 10 derajat ke kiri;[14] mesin kiri dan ujung sayap kiri menghantam air lebih dulu. Mesin langsung dibanjiri air dan menabrak terumbu karang sehingga memperlambat laju belok pesawat dan memiringkan pesawat ke kiri secara mendadak. Badan pesawat mendarat dengan tidak seimbang sehingga terbelah. Kecuali bagian belakang pesawat, seluruh badan pesawat tenggelam dengan cepat.[14] Banyak penumpang yang tewas karena mengembangkan baju pelampung di dalam kabin[9][13] sehingga mereka terjebak dan tenggelam. Penduduk pulau dan wisatawan, termasuk penyelam skuba dan beberapa dokter Prancis yang sedang berlibur, langsung membantu para korban.[15][8] Seorang wisatawan merekam video pendaratan jatuh ET-AIZ. Ia mengatakan bahwa ia mulai merekam karena mengira pesawat itu bagian dari pertunjukan udara untuk wisatawan.[16] PenangananKorban selamat awalnya dilarikan ke Rumah Sakit Mitsamiouli. Lokasi kejadian berjarak kurang dari 2 kilometer (1,2 mi) dari rumah sakit ini. Mereka dipindahkan ke Pusat Rumah Sakit Daerah El-Maarouf (Centre Hospitalier National El Maarouf) di Moroni pada hari itu juga.[17] Dua orang Prancis yang selamat dan 19 korban cedera dibawa ke Réunion.[18] Di Réunion, salah satu korban luka meninggal dunia sehingga total korban tewas berjumlah 125 jiwa.[19] Selain ke Réunion, korban selamat juga dipindahkan ke Nairobi dan Afrika Selatan.[18] Waktu itu tidak ada kamar mayat di Moroni. Jadi, 124 jenazah disimpan di ruang pendingin.[19] InvestigasiPada tanggal 3 Desember 1996, Direction Generale de l'Aviation Civile des Comores Komoro sepakat untuk menyerahkan penyelidikan ET961 kepada Ethiopian Civil Aviation Authority (ECAA).[20] Air Accidents Investigation Branch (AAIB) menganalisis perekam penerbangan.[21] KorbanLaporan kecelakaan resmi mencantumkan daftar penumpang dan awak yang selamat dan meninggal dunia. Ke-12 awak kabin merupakan warga negara Etiopia. Enam di antaranya selamat, termasuk pilot dan kopilot.[22] Penumpang berasal dari 36 negara. Berikut daftar penumpang pesawat (termasuk pembajak; kecuali awak kabin):
Tiga pelaku pembajakan turut menjadi korban tewas.[23] 42 penumpang di antaranya berangkat di Bombay, termasuk:[24]
Sisanya berangkat di Addis Ababa. Dari 175 penumpang dan awak, 125 tewas, termasuk tiga pembajak. Menurut laporan kecelakaan, keenam awak dan 38 penumpang yang selamat mengalami cedera parah, dua penumpang cedera ringan, dan empat penumpang tidak cedera.[25] Seorang anak warga negara Etiopia merupakan salah satu korban tewas.[26] Banyak korban tewas awalnya selamat dari pendaratan jatuh, tetapi mereka tidak peduli atau tidak mendengar peringatan kapten agar tidak mengembangkan baju pelampung di dalam pesawat. Ketika air membanjiri pesawat, penumpang yang telanjur mengembangkan baju pelampungnya semakin terperangkap ke atas langit-langit. Karena tidak dapat melepaskan diri, mereka tenggelam. Sekitar 60 sampai 80 penumpang diduga tenggelam karena belum melepaskan sabuk pengamannya.[27][28] Leul dan Yonas selamat. Atas keberaniannya, Leul dianugerahi Flight Safety Foundation Professionalism in Flight Safety Award.[29] Penumpang ternamaSalah satu korban meninggal adalah Mohamed Amin, fotojurnalis perang dan penerbit Selamta, majalah pesawat Ethiopian Airlines.[30] Ia diketahui berdiri di dekat pintu kokpit sambil bernegosiasi dengan pembajak dan menjaga kokpit pada detik-detik terakhir kecelakaan. Brian Tetley, kolega Amin, juga meninggal dunia.[31] Pejabat CIA, Leslianne Shedd, yang ditugaskan ke Ethiopia, meninggal dalam kecelakaan ini. Dalam upacara Annual Memorial Ceremony to Honor Fallen Colleagues tahun 2012, CIA mengatakan bahwa sejumlah korban selamat memberitahu CIA bahwa "Leslianne...menghabiskan masa-masa terakhirnya menenangkan para penumpang di sekitarnya."[32] Franklin Huddle, Konsul Jenderal A.S. di Bombay, bersama istrinya, Chanya "Pom" Huddle, selamat dalam peristiwa ini.[33] Huddle mengatakan bahwa ia memilih terbang dengan Ethiopian Airlines ketika merencanakan liburan safari ke Kenya karena reputasinya bagus; Ethiopian Airlines adalah salah satu maskapai Afrika yang mendapat sertifikasi Federal Aviation Administration. Huddle ingin terbang pada siang hari karena "lebih aman."[8] Ia merasa dirinya dan istrinya selamat setelah memutuskan pindah ke kelas bisnis pada menit-menit terakhir.[34] Penumpang lain yang tewas adalah Letjen Purnawirawan Antal Annus, duta besar Hungaria untuk Kenya[35] dan seorang pejabat Kementerian Luar Negeri Prancis.[36] PetaBuntutUpacara peringatan diadakan di Galawa pada tanggal 30 November 1996.[19] Insiden ini menjadi kasus pembajakan terkenal karena ada rekamannya.[16] Ini merupakan salah satu pendaratan air yang melibatkan pesawat berbadan besar dan kasus pendaratan air pertama yang disebabkan oleh pembajakan. Kapten dan kopilot menerima penghargaan atas aksi mereka dan tetap melanjutkan kariernya di Ethiopian Airlines.[8] MediaKecelakaan ini dibahas dalam tiga episode Mayday (Air Emergency, Air Crash Investigation). Kasus ini pertama kali muncul dalam musim pertama untuk menjelaskan apa yang mungkin saja terjadi apabila Air Transat Penerbangan 236 mendarat di air alih-alih di bandara terdekat. Dalam musim ketiga, episode "Ocean Landing" membahas Penerbangan 961 secara lebih rinci. Kasus ini dibahas di musim ke-10, episode US Airways Penerbangan 1549, untuk menjelaskan risiko keputusan mendaratkan pesawat di Sungai Hudson. Kasus ini juga dibahas dalam episode seri I Survived... tahun 2010 di Biography Channel; seorang korban selamat menceritakan detik-detik peristiwa ini.[37] Lihat pula
Referensi
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Ethiopian Airlines Flight 961.
|