Efavirenz
Efavirenz (EFV), dengan nama dagang Sustiva dan lainnya, adalah obat antiretroviral yang digunakan untuk mengobati dan mencegah HIV/AIDS.[1] Efavirenz digunakan secara bersamaan dengan obat ARV lain.[1] Efavirenz digunakan sebagai pencegahan setelah tertusuk jarum suntik atau setelah terpapar dengan risiko yang berpotensi menularkan HIV.[1] Efavirenz dijual dalam bentuk tunggal dan dalam kombinasi efavirenz/emtrisitabin/tenofovir.[1] Obat ini diminum sekali sehari.[1] Efek samping yang umum terjadi antara lain ruam, mual, sakit kepala, rasa lelah, dan sulit tidur.[1] Dalam beberapa kasus, ruam yang parah sindrom Stevens-Johnson mungkin terjadi.[1] Efek samping berat yang mungkin terjadi antara lain depresi, pikiran untuk bunuh diri, gangguan hati, dan kejang.[1] Efavirenz tidak direkomendasikan untuk digunakan pada pasien hamil.[1] Efavirenz termasuk dalam obat golongan inhibitor transkriptase balik non-nukleosida (non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor/NNRTI) dan bekerja dengan cara menghambat transkriptase balik.[1] Efavirenz memperoleh persetujuan oleh FDA pada tahun 1998.[1] Efavirenz termasuk dalam Daftar Obat Esensial Organisasi Kesehatan Dunia.[2] Per tahun 2015, efavirenz masih belum tersedia dalam versi generik.[3] Biaya pengobatan dengan efavirenz di negara berkembang adalah sekitar US$3,27−9,15 per bulan.[4] Pada 2015 biaya untuk satu bulan pengobatan di Amerika Serikat lebih dari US$200.[3] Di Indonesia, pengobatan untuk HIV ditanggung oleh pemerintah. Pasien dapat menerima obat ARV secara gratis di beberapa fasilitas kesehatan yang tersebar di Indonesia.[5][6] IndikasiUntuk infeksi HIV yang belum pernah diobati sebelumnya, Kementerian Kesehatan dan Layanan Masyarakat Amerika Serikat merekomendasikan penggunaan efavirenz dalam kombinasi dengan tenofovir/emtrisitabin (Truvada) sebagai piluhan utama pengobatan berbasis NNRTI pada pasien dewasa, remaja,[7] dan anak-anak.[8] Kementerian Kesehatan Republik Indonesia merekomendasikan kombinasi efavirenz, tenofovir, dan lamivudin (atau emtrisitabin) sebagai terapi HIV lini pertama.[9] Efavirenz juga digunakan dalam bentuk kombinasi dengan antiretroviral lain untuk profilaksis pascapajanan agar mengurangi risiko infeksi HIV pada orang yang terpajan risiko penularan (misalnya tertusuk jarum suntik, behubungan seks tanpa perlindungan, dll).[10][11] Kehamilan dan menyusuiEfavirenz aman digunakan selama trimester pertama kehamilan.[12] ASI yang dikeluarkan memiliki kadar efavirenz sehingga terdapat kemungkinan bayi dapat terpapar efavirenz.[13] KontraindikasiPasien yang mengalami reaksi alergi harus menghindari penggunaan obat ini. Reaksi hipersensitivitas yang terjadi antara lain sindrom Steven-Johnson dan eritema multiforme.[14] Efek sampingEfek samping yang umum terjadi adalah gangguan psikis seperti gangguan tidur (mimpi buruk, insomnia, dan rasa lelah di siang hari), pusing, sakit kepala, vertigo, penglihatan kabur, kecemasan, dan gangguan kognitif (rasa bingung, dan gangguan ingatan serta konsentrasi), dan depresi, termasuk rasa ingin bunuh diri.[15][16] Beberapa orang mengalami euforia.[15] Ruam dan mual mungkin dapat terjadi.[14] Penggunaan efavirenz dapat menghasilkan hasil positif palsu pada pemeriksaan ganja melalui urin.[17][18] Efavirenz akan memperpanjang interval QT, sehingga tidak boleh digunakan pada pasien dengan risiko torsades de pointes.[19] Efavirenz dapat menyebabkan kejang pada pasien dewasa dan anak-anak yang memiliki riwayat kejang akibat epilepsi.[14] Interaksi obatEfavirenz dimetabolisme dihati oleh enzim golongan sitokrom P450, seperti CYP2B6 dan CYP3A4.[14] Efavirenz adalah substrat dari enzim ini dan dapat menurunkan metabolisme obat lain yang membutuhkan enzim yang sama.[14] Namun, efavirenz juga dapat menginduksi enzim ini. Hal ini membuat aktivitas enzim meningkat, sehingga metabolisme obat lain yang membutuhkan CYP2B6 dan CYP3A4 akan meningkat.[14] Salah satu golongan obat yang dipengaruhi efavirenz adalah inhibitor protease (PI) yang juga merupakan obat untuk HIV/AIDS. Efavirenz akan menurunkan kadar inhibitor protease dalam darah seperti aprenavir, atazanavir, dan indinavir.[14] Efavirenz juga mempengaruhi obat antijamur dengan mekanisme yang serupa pada golongan PI. Efavirenz menurunkan kadar obat antijamur dalam darah seperti vorikonazol, itrakonazol, ketokonazol, dan posakonazol.[14] Mekanisme kerjaEfek anti-HIVEfavirenz termasuk dalam ARV kelas NNRTI. Baik RTI nukleosida dan non-nukleosida menghambat enzim yang sama, enzim transkriptase balik, enzim virus yang mentranskripsi RNA virus menjadi DNA.[1] Efavirenz tidak efektif terhadap HIV-2, karena kantung transkriptase balik HIV-2 memiliki struktur yang berbeda dibandingkan HIV-1, sehingga resisten terhadap ARV kelas NNRTI.[20] Karena NNRTI bekerja pada lokasi yang sama, virus yang resisten terhadap efavirenz biasanya juga resisten terhadap NNRTI lain seperti nevirapin dan delavirdin . Mutasi yang paling umum diterjadi setelah pengobatan efavirenz adalah pada K103N yang juga diamati setelah pengobatan dengan NNRTI lainnya.[14] inhibitor transkriptase balik nukleosida (NRTI), PI, dan efavirenz memiliki target yang berbeda, sehingga tidak akan terjadi resistensi silang.[1] Efek neuropsikiatriPer tahun 2016, mekanisme efek samping neuropsikiatrik efavirenz masih belum diketahui dengan pasti.[15][16] Kemungkinan efavirenz memiliki efek neurotoksisitas dengan mengganggu mitokondria akibat penghambatan kreatin kinase atau merusak membran mitokondria atau dengan mengganggu persinyalan nitrat oksida.[15] Beberapa efek samping neuropsikiatrik dapat dimediasi melalui reseptor kanabinoid, atau melalui aktivitas pada reseptor 5-HT2A. Namun, efavirenz berinteraksi dengan banyak reseptor SSP lainnya, sehingga masih belum diketahui dengan jelas penyebab efek samping ini.[15] Efek samping neuropsikiatrik berkaitan dengan jumlah dosis yang diberikan.[15] Referensi
|