Dreamsnake
Dreamsnake adalah novel fiksi ilmiah tahun 1978 karya penulis Amerika Vonda N. McIntyre. Buku ini merupakan ekspansi dari novelet tahun 1973 "Of Mist, and Grass, and Sand" yang memberikan McIntyre Penghargaan Nebula pertamanya.[1][2] Kisah Dreamsnake berlatar di bumi setelah holokaus nuklir. Sang tokoh utama, Snake, adalah seorang penyembuh yang menggunakan ular-ular hasil modifikasi genetik untuk mengobati penyakit. Salah satu ularnya adalah seekor "ular mimpi" (dreamsnake) alien, yang racunnya dapat memberikan mimpi indah kepada orang-orang yang sekarat. Novel ini menceritakan kisah Snake yang berupaya mencari pengganti ular mimpinya setelah mati. Novel ini dianggap sebagai contoh feminisme gelombang kedua dalam fiksi ilmiah. McIntyre menyubversikan narasi bergender konvensional dengan menulis kembali sebuah pencarian kepahlawanan guna menempatkan seorang wanita di tengah-tengah, dan dengan menggunakan peranti seperti menghindari pronomina persona demi menantang ekspektasi mengenai identitas gender para tokoh. Dreamsnake juga menjelajahi beragam struktur sosial dan paradigma seksual dari sudut pandang feminis, dan menyelidiki tema-tema penyembuhan dan interaksi antarbudaya. Novel ini disambut dengan hangat, dan memenangkan Penghargaan Nebula, Penghargaan Hugo, dan Penghargaan Locus untuk novel terbaik pada 1979.[3][4] Kekuatan dan kemandirian Snake sebagai seorang protagonis digarisbawahi oleh beberapa komentator. Para pengulas juga menyanjung penulisan McIntyre serta tema-tema dalam bukunya. Akademisi Diane Wood menulis bahwa Dreamsnake mencontohkan "potensi fiksi ilmiah untuk menghasilkan kenikmatan estetis melalui eksperimen sandi kebahasaan dan kebudayaan".[5] dan pengarang Ursula K. Le Guin menyebut buku ini sebagai salah satu pengaruh bagi karya-karyanya.[6] Latar belakang dan pelataran ceritaPada tahun 1971, Vonda N. McIntyre, yang saat itu tinggal di Seattle mendirikan lokakarya Clarion West bagi penulis. Ia membantu mengelola lokakarya tersebut hingga tahun 1973, yang menghadirkan Ursula K. Le Guin sebagai salah satu instrukturnya. Selama suatu sesi lokakarya pada tahun 1972, sebuah penugasan yang diberikan adalah menciptakan suatu cerita dari dua kata yang terpilih secara acak, satu pastoral, dan satunya lagi terkait teknologi. Tugas McIntyre pada akhirnya menjadi cerpen tahun 1973 yang berjudul "Of Mist, and Grass, and Sand". Kisah tersebut berkembang menjadi Dreamsnake, dan digunakan tanpa perubahan sebagai bab pertama dari novelnya,[7] yang juga berisikan dua karangan lain karya McIntyre: "The Broken Dome" dan "The Serpent's Death", keduanya terbit tahun 1978.[8] Dreamsnake, novel kedua McIntyre,[9] diterbitkan oleh Houghton Mifflin pada tahun 1978 dengan ilustrasi sampul karya Stephen Alexander.[10] Cerita ini berlatar selepas holokaus nuklir yang "menghancurkan semua orang yang tahu atau peduli tentang alasan-alasan mengapa peristiwa itu terjadi".[11][12] Sebagian besar spesies hewan sudah punah, beberapa wilayah di planet tersebut bersifat radioaktif, dan langit pun tertutup debu.[13] Masyarakat manusia digambarkan berada dalam apa yang wartawan Sam Jordison sebut sebagai "tribalisme teknologi rendah";[12] sebagai contoh, tokoh Arevin dalam novelnya belum pernah melihat sebuah buku.[14] Pengecualian satu-satunya ialah sebuah kota bernama Center, yang memiliki teknologi yang canggih dan dapat berhubungan dengan planet-planet lain, tetapi juga mempunyai struktur hierarkis yang ketat dan tidak mengizinkan orang asing masuk.[15] Kota tersebut juga menjadi latar dari novel pertama McIntyre, The Exile Waiting (1975).[16] Snake adalah sang protagonis Dreamsnake, seorang penyembuh yang menggunakan bisa ular dalam perdagangannya. Ia berkelana bersama tiga ular yang termodifikasi secara genetik: seekor ular derik bernama Sand, seekor kobra bernama Mist, dan seekor "ular mimpi" (dreamsnake) bernama Grass,[11] yang berasal dari dunia luar dan dapat melegakan rasa sakit pasien yang sekarat dengan membuat mereka bermimpi.[17] SinopsisNovel ini dibuka dengan Snake mendatangi sebuah suku nomaden untuk mengobati seorang anak, Stavin, yang memiliki tumor. Selagi kobranya, Mist, menghasilkan sebuah penawar dalam kelenjar racunnya, ia meninggalkan Grass, si ular mimpi, dengan Stavin untuk membantunya tidur.[18] Salah seorang nomad, Arevin, membantu Snake mengendalikan Mist yang mengalami kejang sepanjang malam, terlepas dari ketakutan orang-orang terhadap para ular. Snake kembali menemui Stavin pada pagi hari, tetapi ia mendapati Grass telah dilukai hingga mati oleh orang tua Stavin yang khawatir putra mereka akan terluka. Meskipun murka, ia membolehkan Mist menggigit Stavin dan menyuntikkan penawarnya. Tetua para nomad memohon maaf kepada Snake, dan Arevin memintanya untuk tetap bersama mereka, tetapi Snake menjelaskan bahwa ia membutuhkan seekor ular mimpi untuk bekerja dan oleh karenanya ia harus kembali pulang guna meminta seekor lagi. Ia mengungkapkan ketakutan akan penyembuh lain yang mungkin akan mengambil ular-ularnya dan justru mengucilkannya. Selagi beranjak pergi, Arevin memintanya untuk kembali suatu hari nanti.[19][a] Snake berhenti di sebuah oasis, tempat ia diminta untuk membantu Jesse, seorang wanita yang terluka akibat terjatuh dari kuda. Pasangan Jesse, Merideth, mengantar Snake menuju kemah mereka, meninggalkan barang bawaan Snake di oasis. Snake mendapati bahwa tulang belakang Jesse telah patah, membuatnya lumpuh, sesuatu yang tidak mampu Snake sembuhkan.[20] Merideth dan Alex, seorang lagi pasangan, meyakinkan Jesse bahwa mereka sebaiknya kembali ke Center, tempat asal Jesse, dengan harapan bahwa para alien mungkin bisa membantunya.[21] Mengembara di sekitar kemah, Snake melihat tubuh kuda Jesse dan menyadari bahwa wilayah tempat si kuda terjatuh bersifat radioaktif; Jesse telah terbaring di sana cukup lama untuk mengalami keracunan fatal. Snake menawarkan Jesse untuk digigit oleh Mist dan dilegakan rasa sakitnya; Jesse mengiakan, dan Merideth serta Alex mengucap selamat tinggal. Sebelum meninggal dunia, Jesse memberitahukan Snake bahwa keluarganya berutang pada Snake dan dapat membantunya mencari ular mimpi yang baru dari planet lain.[22] Kembali ke oasis, Snake mendapati bahwa seseorang telah mengusik barang-barang miliknya dan mencuri jurnalnya. Grum, seorang pemimpin karavan yang juga berkemah di sana, mengatakan bahwa jurnal tersebut dicuri oleh si "orang gila".[23] Di antara para nomad, Arevin memutuskan untuk menyusuli Snake.[24] Snake melintasi gurun barat menuju kota Mountainside, tempat putra sang wali kota, Gabriel, memintanya untuk menyembuhkan ayahnya.[25] Saat menginap bersama mereka, Snake mengundang Gabriel untuk tidur bersama. Setelah mengungkapkan keengganan, Snake mengetahui bahwa Gabriel telah menghamili seorang teman sebagai akibat dari pengajaran "biokontrol" yang salah, dan bahwa hal ini berujung pada hubungan yang sulit dengan ayahnya.[26] Snake mengatakan pada Gabriel bahwa ia masih bisa belajar, dan menyarankannya untuk menemukan guru yang berbeda ketika ia meninggalkan Mountainside, yang memanglah merupakan niat Gabriel.[26] Selagi memeriksa kuda-kudanya, Snake menemui Melissa, seorang gadis dengan luka bakar pada wajahnya yang membantu seorang penjaga istal yang merebut pengakuan dari jerih payahnya.[27] Luka yang ia punya membuatnya sadar diri akan penampilannya di kota yang penuh orang-orang rupawan.[28] Beberapa saat setelahnya, Snake diserang dalam perjalanannya menuju kediaman sang wali kota oleh seseorang yang ia anggap adalah si orang gila.[29] Snake menemukan bahwa Melissa telah dilecehkan secara fisik dan seksual oleh sang penjaga istal, dan menggunakan informasi tersebut guna meyakinkan sang wali kota untuk membebaskan Melissa. Melissa mengiringi Snake sebagai anak angkatnya saat Snake berangkat menuju Center.[28] Snake menjelaskan kepadanya bahwa ular mimpi sangat langka, dan bahwa para penyembuh tak menemukan cara untuk membuat mereka berkembang biak.[30] Sementara itu, Arevin sampai di kediaman sang penyembuh di utara Mountainside, tetapi ia diberitahukan bahwa Snake tidak sedang berada di sana, sehingga ia lanjut mengembara ke selatan demi menemukannya.[31] Di Mountainside, ia sebentar ditahan setelah dicurigai sebagai penyerang Snake, tetapi kemudian dilepaskan.[32] Snake dan Melissa menyeberangi gurun timur dan mencapai Center, tetapi mereka diusir sesampainya di sana, sama seperti utusan-utusan para penyembuh sebelumnya.[33] Beberapa waktu setelah mereka kembali ke pegunungan, mereka kembali diserang oleh si orang gila, yang menuntut diberikan si ular mimpi, dan pingsan ketika mendengar bahwa ularnya telah mati. Snake kemudian mengetahui bahwa ia kecanduan bisa ular mimpi.[34] Snake membuat si orang gila mengantarkannya menuju sebuah komunitas yang pemimpinnya, North, memiliki sejumlah ular mimpi, dan terkadang membolehkan para pengikutnya digigit sebagai hadiah.[35] Komunitas tersebut tinggal dalam sebuah "kubah rusak", peninggalan peradaban kuno.[36] North, yang membenci seluruh penyembuh, menempatkan Snake di parit yang besar nan dingin yang dipenuhi dengan ular mimpi.[37] Dalam parit tersebut Snake menyadari bahwa kedinginan yang intens membuat ular-ular di sana menjadi dewasa, dan mereka berkawin dalam pasangan tiga serangkai, alih-alih sepasang jenis kelamin di Bumi.[38] Kekebalannya terhadap bisa membolehkan Snake bertahan dalam parit, dan akhirnya berhasil memanjat keluar. Sementara para pengikut North tengah mengalami koma akibat racun, ia juga menemukan Melissa tak sadarkan diri, dan melarikan diri bersamanya dan sekantung ular mimpi. Di luar mereka menemui Arevin, yang membantu Melissa memulihkan diri.[39] Tema dan strukturDreamsnake dianggap sebagai salah satu contoh feminisme gelombang kedua dalam fiksi ilmiah, yang kebanyakan telah dikhususkan bagi petualangan maskulin sebelum karya-karya karangan wanita pada tahun 1960‑an dan 1970‑an menyubversikan narasi konvensional.[40] McIntyre menggunakan pelataran pasca-apokaliptik untuk menjelajahi berbagai struktur sosial dan paradigma seksual dari sudut pandang feminis.[41] Dengan menempatkan hasrat perempuan pada posisi yang menonjol, ia menelusuri hubungan gender dalam komunitas-komunitas yang dikunjungi oleh Snake.[42] Sebagaimana dalam buku-buku Starfarers McIntyre yang mengikuti, wanita digambarkan dalam berbagai kedudukan kepemimpinan.[43] Arketipe perjalanan pahlawan pun ditulis kembali; sang tokoh utama adalah seorang wanita,[44] dan tantangan yang ia hadapi membutuhkan penyembuhan dan kepedulian, alih-alih kekuatan, untuk ditanggulangi.[45] Pola fiktif konvensional yang melibatkan seseorang, sang kekasih wanita, mengejar atau menanti sang pahlawan, dibalikkan dalam novel ini dengan Arevin menyusuli Snake, yang menerima bantuannya, tetapi tidak memerlukan penyelamatan.[46] Ekspektasi gender turut disubversikan melalui tokoh Merideth, yang jenis kelaminnya tidak pernah diungkapkan, sebab McIntyre sepenuhnya menghindari penggunaan pronomina gender,[47] oleh karenanya mencipta suatu "konstruksi feminis" yang menyiratkan bahwa karakter dan kesanggupan seseorang lebih penting dari jenis kelamin mereka.[48] Tokoh-tokoh dalam buku ini kerap kali diperkenalkan dengan merujuk kepada profesi mereka, sebelum diungkapkan sebagai seorang wanita, dengan demikian menyubversikan ekspektasi pembaca.[49] Tema-tema feminis dalam novel ini juga bertalian dengan penjelajahan penyembuhan dan keutuhan, menurut akademisi Inge-Lise Paulsen. Snake adalah seorang penyembuh profesional, tampaknya sesuai dengan stereotipe wanita yang mengasihi, tetapi McIntyre menggambarkannya sebagai seseorang yang menjadi penyembuh karena ia dilatih dan sebab itu adalah pilihan yang etis, bukan sebagai konsekuensi dari feminitasnya. Meskipun ia menemukan keluarga dalam Arevin dan Melissa, hal tersebut bukanlah tempat Snake mencari "pemenuhan akhir sebagai sebagai seorang wanita";[50] kegemilangannya pada akhir cerita datang dari penemuannya akan kebiasaan kawin ular mimpi. Hubungan digambarkan tidak cukup dengan sekadar cinta: Arevin harus belajar memercayai kekuatan Snake dan menentang hasrat untuk melindunginya. Cita-cita penghormatan timbal balik juga dipampangkan dalam struktur utopis dari masyarakat para nomad. Para nomad menghargai kehendak individual, bertolak belakang dengan orang-orang kota yang mengasingkan diri mereka dari dunia atas keinginan melindungi diri mereka sendiri.[51] Paulsen memandang hal tersebut sebagai kecenderungan kultural yang mirip seperti patriarki, dan menulis bahwa penggambaran McIntyre terhadap sebuah kebutuhan etis akan keutuhan dan pemahaman atas hubungan antara berbagai segi masyarakat juga dapat ditemukan dalam karya Le Guin dan seri Canopus in Argos karya Doris Lessing.[51] Dalam Dreamsnake, McIntyre menggunakan bahasa yang menyampaikan makna ganda nan kompleks, maka dari itu menantang pembaca untuk tenggelam membaca lebih dalam.[5] Nama Snake (yang berarti "Ular") dan ular-ular yang ia gunakan, menggugah citra-citra agama dan mitologi. Sebagai contoh, para dokter modern menggunakan caduceus, yakni tongkat dengan dua ular yang saling melilit, sebagai lambang; dalam mitologi Yunani, caduceus adalah simbol Hermes, dan menandakan bahwa pemegangnya adalah penyimpan pengetahuan ilahiah.[52] Ular memiliki makna simbolis lainnya, termasuk kematian maupun peremajaan. Mereka adalah motif yang kerap timbul dalam fiksi, digambarkan dalam beragam peran dan bentuk.[53] Asosiasi simbolis mereka dengan racun dan juga penyembuhan, sebagai contoh, menghubungan protagonis McIntyre dengan Asklepios, sang dewa Romawi penyembuhan yang memegang sebuah tongkat terlilit ular.[54] Pemaknaan ganda serupa diilustrasikan oleh Grass si ular mimpi, yang dalam kisahnya adalah sebuah alat yang ampuh sekaligus dipandang sebagai ancaman bagi warga gurun.[55] Penggunaan ular oleh Snake memainkan mitos Kejadian alkitabiah, membalikannya sehingga sang wanita mengendalikan para ular.[56] Penggambaran Center, suatu tempat dengan teknologi mutakhir yang memencilkan dirinya dari masyarakat yang lain, bertalian dengan penjelajahan hubungan antara "pusat dan pinggiran, yang di dalam dan di luar, diri dan liyan" yang juga ditemukan dalam The Exile Waiting dan Superluminal (1983) karya McIntyre.[57] Center mencontohkan tatanan sosial yang kaku, sementara di luar, di tepian masyarakat, terjadi perubahan-perubahan sosial, menjadikan Center, yang namanya berarti "Pusat", justru tidak relevan.[58] Dreamsnake, berserta karya McIntyre lainnya, juga menelusuri dampak kebebasan dan pengurungan. Banyak tokoh karangannya mencoba membebaskan diri mereka dari berbagai jenis pasung, termasuk pembatasan psikologis yang dipaksakan pada diri sendiri, tantangan yang diakibatkan kerapuhan jasmani atau penampilan, dan penindasan oleh manusia lain.[59] Snake menemui dua budak merdeka yang bekerja untuk sang wali kota, yang membebaskan mereka dengan melarang perbudakan di kotanya. Salah seorang di antaranya mengenakan sebuah cincin di tumitnya sebagai peninggalan perbudakan; saat Snake memberitahukan kepadanya bahwa ia boleh melepasnya, ia teramatlah bahagia, meskipun proses melepaskan cincin tersebut dapat membuatnya pincang. Seorang yang lain berpikiran bebas, tetapi merasa diharuskan melayani setiap keinginan sang wali kota sebagai tanda terima kasih.[60] Melissa terkekang dengan cara yang berbeda: sebab luka bakar yang ia alami mengubah penampilannya, dalam sebuah masyarakat yang menghakimi orang-orang berdasarkan rupa mereka, ia menjalani hidup bersembunyi-sembunyi.[61] Tokoh-tokoh lain yang turut terantai antara lain North, yang mengidap gigantisme sehingga terus-menerus mengalami kemurkaan psikotik; si "orang gila", terjebak dalam percanduannya; Gabriel, malu akan kegagalannya mengendalikan kesuburan miliknya; dan Arevin, yang merasa tertangkap oleh tanggung jawab kekeluargaan.[62] Interaksi antara sandi kebudayaan merupakan tema yang sering dalam Dreamsnake, terkadang memampangkan makna ganda, sebagaimana ketika Snake dan Arevin membahas istilah "sahabat", yang bermakna lebih bagi Arevin, atau dalam tawaran bantuan figuratif yang digunakan orang-orang gunung untuk menawarkan hubungan seksual.[63] Keengganan Arevin pada awalnya dalam membagikan namanya kepada Snake, dan penjelasannya mengenai arti "sahabat" baginya menunjukkan kecurigaan sukunya yang mendarah daging terhadap orang asing; dan ketika ia pergi, ia berusaha menjelaskan kepada para penyembuh tentang faktor-faktor kultural yang berujung pada kematian Grass.[63] Bias kebudayaan juga mencegah para penyembuh untuk memahami biologi alien dari para ular mimpi. Pengetahuan mereka akan biologi Bumi membuat mereka salah berasumsi bahwa makhluk berkawin secara berpasangan; hanya situasi Snake yang membolehkan dirinya menemukan bahwa mereka berkawin tiga serangkai.[64] Narasi tersebut maka dari itu mengemukakan bahwa penerimaan akan perbedaan dapat menimbulkan pertumbuhan dan perubahan.[65] PenokohanSejumlah pengulas menyorot protagonis perempuan yang kuat dalam Dreamsnake.[66][67] Pemusatan pada Snake dalam bukunya membolehkan McIntyre untuk menjelajahi gender sebagai tema utama,[44] dan menyubversikan tropus bergender;[68] Snake, seperti kebanyakan protagonis McIntyre, adalah seorang wanita tangguh dalam peran yang secara tradisional biasa diemban oleh pria, walaupun ia adalah seorang penyembuh alih-alih arketipe pahlawan laki-laki.[69] sebagian besar tokoh pria dalam Dreamsnake digambarkan sehingga tampak negatif, sebagaimana dengan sang wali kota Mountainside, penjaga istal yang melecehkan, ataupun North; Arevin, yang bersifat "lembut dan gigih", lebih sering berada di latar belakang sepanjang bukunya.[70] Orson Scott Card mendeskripsikan karakter Snake sebagai seorang yang mandiri; ia menyelesaikan permasalahannya sendiri dan menyubversikan ekspektasi bahwa ia akan diselamatkan pada akhir novelnya. Bagi Card, Snake begitu mirip dengan Lone Ranger, memperbaiki kehidupan orang-orang dengan "kasih dan pemahaman": ia mengebalkan warga Grum, menyelamatkan Melissa, dan membantu Gabriel menanggulangi ketidakmampuannya dalam mengendalikan kesuburannya, yang dianggap sebagai "masalah mengerikan" dalam masyarakat mereka.[71] Akademisi Sarah LeFanu menggambarkan Snake sebagai versi "lebih tua dan bijaksana" dari Mischa, protagonis The Exile Waiting, yang berjuang menanggulangi serangkaian kesukaran sebelum melarikan diri dari kota Center. Snake dilukiskan "berani, setia, dan cerdas" dengan hasrat yang kuat untuk keadilan dan sifat yang mulia.[72] Akademisi Carolyn Wendell menulis bahwa Snake lebih sanggup menentukan pilihannya sendiri dibandingkan dengan berbagai tokoh lain dalam Dreamsnake. Kebebasannya memberikan Snake tanggung jawab yang lebih besar dan membolehkannya membebaskan orang lain, seperti Gabriel dan Melissa.[73] Sementara menjelajahi seksualitasnya, Snake juga lebih mempertahankan kehendaknya daripada tokoh-tokoh perempuan fiksi ilmiah pada umumnya.[74] Menurut LeFanu, melalui aktivitas seksual Snake, dan politik seksual dalam bukunya secara umum, McIntyre menyiratkan bahwa dalam dunia Dreamsnake, seseorang "bisa untuk menjadi seorang wanita sekaligus sepenuhnya manusia".[75] Tokoh Snake telah digambarkan sebagai contoh pengeklaiman kembali arketipe penyihir oleh feminisme; figur yang dikucilkan oleh masyarakat patriarkal, dilukiskan kembali menjadi citra kekuatan perempuan.[76] Sambutan dan penghargaanPenulisan McIntyre dalam Dreamsnake banyak digarisbawahi oleh para pengulas. Santa Cruz Sentinel menggambarkan buku sebagai "kisah yang sungguh menakjubkan",[66] sementara Sally Estes dari Asosiasi Perpustakaan Amerika Serikat mencirikan ceritanya "mendebarkan",[67] dan The Cincinnati Enquirer mendeskripsikannya sebagai salah satu "novel yang tertulis dengan paling sensitif dan puitis" dari tahun itu.[77] Le Guin memuji Dreamsnake sebagai kisah petualangan yang "merangsang" dengan "urgensi moral" yang melanggengkan relevansinya.Ia menjelaskan: "Dreamsnake tertulis dalam prosa yang jelas dan bergerak cepat, dengan pelukisan lanskap intens nan liris yang membawa pembaca langsung menuju dunia gurun ini yang sebagian familier, sebagian lagi ganjil, dan deskripsi menawan keadaan perasaan dan perubahan suasana hati para tokoh."[78] Pada tahun 1981, akademisi fiksi ilmiah Joe de Bolt berkomentar bahwa "autentisitas yang luwes nan puitis" dari petualangan Snake telah menjadikan buku ini salah satu pemenang Hugo dan Nebula yang paling mengesankan.[79] Retrospeksi The Guardian dari tahun 2012 menyebut karya ini sebagai sebuah "buku yang menantang serta meresahkan", dan mengatakan bahwa alam fiktif McIntyre "terlukis dengan mahir".[12] Tema, simbologi, dan bahasa yang digunakan dalam Dreamsnake juga mengundang komentar. Akademisi Diane Wood menulis bahwa novel ini menunjukkan "potensi fiksi ilmiah untuk menghasilkan kenikmatan estetis melalui eksperimen kebahasaan dan kebudayaan".[5] Wood juga menyanjung tema komunikasi antarbudaya McIntyre, menyebut gaya penulisan dan "penokohan evokatif" di dalamnya menguatkan pesan sang penulis tentang "belas kasihan dan pemahaman yang lebih besar", dan membuat "novelnya yang bertekstur kaya" sedap dibaca.[80] Kritikus Trent Walters menggambarkan Dreamsnake sebagai "titik puncak" di antara fiksi spekulatif lainnya yang turut menampilkan hubungan ular dan manusia.[81] Card juga menyoroti kemandirian tokoh Snake, dan menambahkan bahwa McIntyre telah berhasil dalam menalikan "kisah yang tampak episodik" dan mencipta sebuah "dunia yang kejam lagi indah" dengan tokoh-tokoh yang digambarkan dengan lihai.[71] Sejumlah pengulas mengomentari panjang dan struktur novel ini, dan beberapa di antaranya menyesali perluasan "Of Mist, and Grass, and Sand". Resensi The Charlotte Observer mengkritik Dreamsnake, mengatakan bahwa tidak ada peristiwa substansial yang terjadi dalam bukunya, dan bahwa ia merupakan contoh alasan mengapa cerpen yang cemerlang sekalipun tidak seharusnya dijadikan novel,[82] sementara Estes juga berujar bahwa Dreamsnake telah "kehilangan beberapa subtilitas" dari cerpen aslinya.[67] Beberapa pengulas lain beranggapan negatif terhadap kemunculan Arevin yang singkat, memandang hal ini tidak perlu. Wendell menulis pada tahun 1982 bahwa peranti yang tengah digunakan dalam Dreamsnake merupakan pembalikan dari tropus fiktif yang lazim, dan bahwa pengulas-pengulas tersebut mungkin tidak nyaman dengan seorang protagonis perempuan menyelesaikan permasalahannya sendiri.[46] Brian Stableford berkomentar bahwa Dreamsnake kekurangan alur, tetapi melanjutkan bahwa kisahnya tidak bergantung pada alur untuk mencapai keefektifan; ia menggambarkan bukunya sebagai "novel pengalaman", tertulis dengan "sejumlah besar pertimbangan dan ketulusan", dan amat terbaca.[83] Card menulis bahwa ia awalnya meragukan ekspansi "Of Mist, and Grass, and Sand", yang ia pandang sudah merupakan "permata yang terpoles dengan sempurna". Ia mengkritik beberapa hal, seperti penokohan Melissa yang cengeng, dan bagian-bagian yang ia rasa terlampau panjang, tetapi akhirnya mengaku bahwa ia tidak ingin bukunya berakhir.[71] Dreamsnake memenangkan sejumlah penghargaan, termasuk Penghargaan Nebula,[84][85] Penghargaan Hugo[85][86] dan Penghargaan Locus[85][87] untuk Novel Terbaik pada tahun 1979. Buku ini juga menyabet Penghargaan Penjual Buku Pasifik Barat Laut[88] dan dinominasikan untuk Penghargaan Ditmar tahun 1979 kategori Fiksi Internasional.[89] Pada tahun 1996, Dreamsnake terpilih dalam daftar pendek Penghargaan Retrospeksi James Tiptree Jr.[90] "Of Mist, and Grass, and Sand" sebelumnya telah memberikan Penghargaan Nebula pertama McIntyre untuk Novelet Terbaik pada tahun 1974,[1][2] sementara juga menerima nominasi Penghargaan Hugo untuk kategori yang sama[91] dan Penghargaan Locus untuk Fiksi Pendek Terbaik.[92] Pada tahun 1980, edisi sampul kertas novel ini dinominasikan untuk Penghargaan Buku Amerika.[93][b] Sejak diterbitkan, Dreamsnake telah disertakan sebagai bagian dari gelombang fiksi spekulatif feminis yang timbul pada tahun 1970‑an dan memapankan kedudukan pengarang perempuan dalam bidang tersebut yang awalnya memojokkan mereka. Karya-karya serupa juga mencakup karangan Le Guin, Kate Wilhelm, and James Tiptree Jr.[95] Catatan
Referensi
Daftar pustaka
Pranala luar |