Dompyong Kulon, Gebang, Cirebon

Dompyong Kulon
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Barat
KabupatenCirebon
KecamatanGebang
Kode Kemendagri32.09.30.2001 Edit nilai pada Wikidata
Luas218,7 km²
Jumlah penduduk... jiwa
Kepadatan... jiwa/km²
Peta
PetaKoordinat: 6°50′59″S 108°41′55″E / 6.84972°S 108.69861°E / -6.84972; 108.69861


Dompyong Kulon adalah sebuah desa di kecamatan Gebang, Cirebon, Jawa Barat, Indonesia. Desa ini memiliki Luas Wilayah kurang lebih 2.187,9000 Ha yang terdiri dari 4 Dusun yaitu Kedungsumur (Dusun 1), Campedak (Dusun 2), Dompyong (Dusun 3) dan Wanasari (Dusun 4). Selain itu dari setiap Dusunnya memiliki 4 RT. Bahasa sehari-hari yang dipakai adalah Bahasa Sunda. Desa ini dipimpin oleh seorang Kuwu atau Kepala Desa yaitu Bapak Khumaidi (Bang Aldi) yang dipilih secara langsung oleh masyarakat pada Bulan Oktober 2021 dan resmi menjabat 01 Januari 2022 setelah dilantik oleh Bupati Cirebon, Imron. Dompyong Kulon memiliki sebuah lapang sepak bola bernama Si Manuk Dadali yang merupakan kandang dari klub sepak bola Assado Dompyong yang sudah berdiri semenjak 1997.

Zaman dahulu kala daerah Gebang termasuk kedalam Kerajaan Cirebon yang disebut kefamilian Gebang yang dipimpin oleh Ki Gede atau Pangeran Sutajaya. Singkat cerita daerah Gebang termasuk daerah yang makmur dan membuat banyak orang pindah ke Gebang. Namun, semakin lama daerah Gebang menjadi sempit oleh orang yang berdatangan dan menetap, kemudian Ki Gede memerintahkan untuk memperluas daerah sebagai pemukiman. Ditetapkanlah sebuah daerah yang sekarang bernama blok Taman menjadi tempat pemukiman baru, tetapi di tengah-tengah pembangunan ada sebuah pohon yang di anggap angker dan terlarang, pohon tersebut bernama Pohon Widagori. Karena tidak ada yang bisa menebang pohon tersebut, Pangeran Sutajaya membuat sebuah sayembara yang isinya adalah "Barang siapa yang bisa menebang pohon itu akan mendapatkan wilayah di sekitar pohon tersebut". Sayembara itu terdengar sampai ke Kuningan dan terdengar oleh Raden Gentong yang berasal dari Cidahu, Kuningan. Raden Gentong yang bernama asli Ki Jembar, lantas berangkat dan berhasil menebang pohon Widagori tersebut. Pohon yang sudah ditebang tersebut kemudian dijadikan sebuah bedug yang terbuat dari Paku (Bahasa Jawa: Dom) Ketika sudah selesai bedug itu ditabuh sebanyak 3 kali dan berbunyi pyong... pyong... pyong... Dari peristiwa tersebut maka Raden Gentong menamakan daerah tersebut dengan nama Dompyong. Seiring berjalannya waktu, tahun 1983 Desa Dompyong dimekarkan menjadi 2 desa yaitu Desa Dompyong Kulon dan Dompyong Wetan.

Desa Dompyong Wetan memiliki lapangan sepak bola di Dusun 1 yang bernama Stadion Puser Bumi. Nama-nama tim sepak bola di Desa Dompyong Wetan adalah Buyut Gentong (Buygen FC) di Blok 2 Taman Sari, Perjaka FC di Blok 1 (lahir tahun 1986), Percasi (Blok Cimeong), Anpak (Blok Pakulen). Sementara itu, baru-baru ini, Karang Taruna Desa Dompyong Wetan membentuk SSB yang bernama SSB Jembaraya, yang diambil dari nama asli Raden Gentong, pendiri Desa Dompyong, yaitu Ki Jembar.


Kembali kehalaman sebelumnya