Cyrtodactylus celatus
Cyrtodactylus celatus adalah sejenis cecak jari-lengkung yang menyebar terbatas (endemik) di Timor Barat, Indonesia. EtimologiNama penunjuk spesies celatus berasal dari kata sifat bahasa Latin yang berarti 'tersembunyi'. Kata tersebut ingin menggambarkan bahwa bukan saja spesimen jenis tersebut telah tersembunyi di balik sebaris tulisan pendek (nama) yang diberikan oleh Smith (1927) dan tersembunyi secara fisik di antara rak-rak koleksi BMNH, namun juga telah tersembunyi dari ilmu pengetahuan selama hampir 200 tahun semenjak survai herpetologis yang pertama di Pulau Timor hingga dipertelakan sebagai jenis yang kemungkinan endemik di pulau itu.[1] PengenalanCecak yang berukuran kecil, panjang tubuh SVL (snout-vent length, moncong hingga anus) adalah 38,4 mm (holotipe). Dibedakan dari jenis-jenis Cyrtodactylus lain di Paparan Sunda melalui kombinasi ciri-ciri berikut:[1]
Habitat dan agihanC. celatus menyebar terbatas (endemik) di Timor Barat, Indonesia. Lokalitas tipe adalah "Djamplong, 55 kilometres by road from Kupang", sekarang Desa Camplong, Nusa Tenggara Timur.[1] Pada saat koleksi dilakukan, kondisi habitatnya disebutkan sebagai wilayah yang bergelombang, pada ketinggian antara 100-200 m dpl., yang tertutup baik oleh pepohonan (hutan?) dengan banyak sungai-sungai kecil.[2] Holotipe: BMNH 1926.10.30.45, betina dewasa, dikoleksi oleh Malcolm Smith antara tgl. 26 Februari dan 29 April 1924. Sekarang tersimpan dalam koleksi Museum Sejarah Alam London (BMNH, British Museum of Natural History).[1] Spesimen keduaKeberadaan spesimen kedua C. celatus (ZSM 556/2002) diterbitkan pada tahun 2016. Spesimen ini ternyata telah dikoleksi oleh Museum Zoologi München (ZSM, Zoologische Staatssammlung München), Jerman, semenjak 1911 di bawah nama Cyrtodactylus sp.; jadi 13 tahun lebih dahulu daripada holotipe. Spesimen kedua diperoleh C.B. Haniel dari suatu daerah yang disebut "Ofu" selama dilaksanakannya Ekspedisi Timor di bawah pimpinan ahli geologi bangsa Jerman, Johannes Wanner. Ofu atau Oefau (9.942781°LS, 124.468269°BT, ketinggian 800 m dpl.) sekarang termasuk wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan.[3] Spesimen kedua yang berkelamin jantan ini sedikit lebih besar daripada spesimen betina holotipe (SVL 41,4 mm vs. 38,4 mm), demikian pula panjang ekornya (TL 48,6 mm vs. 44,6 mm); namun proporsi tubuh keduanya terhadap ekor kurang lebih sama (SVL/TL 0,85 vs. 0,86). Sebagai ciri tambahan hewan jantan, spesimen kedua ini memiliki deretan pori prekloakal (di depan kloaka), yang tidak membentuk sudut tumpul. Kedua baris pori (dua pori di kiri dan dua di kanan) yang sedikit tersembunyi dalam lekuk ini bertemu di bagian tengah. Di belakangnya terdapat lima sisik kecil-kecil yang bersusun 2-2-1 dalam lekukan prekloakal. Selanjutnya lekuk prekloakal ini dikelilingi oleh sisik-sisik prekloakal yang lebih besar, yang ke belakangnya lagi beralih menjadi sisik-sisik kloakal yang kecil berbutir-butir.[3] Rujukan
Pranala luar
|