Choi Seung-hee
Choi Seung-hee (1911-1969) adalah seorang penari, penyanyi, dan bintang film dari Korea.[1][2][3][4] Ia dianggap sebagai seorang entertainer pertama dari Korea dan Asia yang dikenal luas oleh dunia internasional pada abad ke-20. Ia merupakan pencipta jenis tari kreasi baru Korea yang dinamakan dengan "sinmuyong". Walau menikmati popularitas tinggi di luar negeri, setelah Korea merdeka ia dikritik sebagai simpatisan Jepang yang membuatnya "membelot" ke Korea Utara.[1] Kehidupan awalChoi Seung-hee lahir dari keluarga bangsawan pada tahun 1911 di Hongcheon, Gangwon, pada awal masa Penjajahan Jepang di Korea. Semasa kecil, ia merupakan anak yang cerdas.[2] Ia menyelesaikan pendidikan sekolah dasar hanya dalam waktu empat tahun dan mendapat beasiswa masuk Sekolah Menengah Wanita Sookmyung. Saat menginjak usia 16 tahun, ia menonton pertunjukkan Baku Ishii, penari modern Jepang yang terkenal saat itu. Penampilan tersebut membuat Choi berniat untuk belajar tari modern dengan Ishii.[2] Kakak Choi Seung-hee, Choi Seung-il, yang sedang bekerja di stasiun radio, mendukung penuh niat adiknya dan mengizinkannya pergi ke Jepang belajar tari dengan Ishii. Choi Seung-hee berlatih dengan giat dan dengan cepat menjadi penari bintang di Ishii Dance Company dan menjadi populer di Korea dalam penampilannya bersama grup itu di Seoul pada tahun 1927 dan 1928. Ia mendirikan grup tarinya sendiri di Seoul pada tahun 1929 dan mengadakan pertunjukkan solo pertama pada tahun 1930.[2] Ia lalu mempelajari tarian tradisional Korea dengan Han Seong-jun. Pengetahuannya mengenai tradisi Korea kelak membantunya menemukan inspirasi untuk menciptakan tari fusi dari tari modern dan tradisional.[2] Tari-tari tradisional yang biasanya ditampilkan oleh penghibur kelas rendah dan dukun wanita kini diangkatnya menjadi pertunjukkan tari yang baru dan indah. Mencapai popularitasPada tahun 1931 Choi Seung-hee menikah dengan An Mak, sarjana lulusan sastra Rusia Universitas Waseda yang kemudian menjadi manajernya. Ia mengadakan pertunjukkan pertamanya yang memukau masyarakat Jepang pada tahun 1934 dengan tari-tarian tradisional Korea yang telah dimoderenisasi.[2] Pada tahun 1936, ia bermain dalam film laris, Bandou Muhui ("Gadis Penari dari Semenanjung"). Pada tahun 1937 ia pergi ke San Fransisco dan menandatangani kontrak dengan Metropolitan Music Company untuk pertunjukkan keliling Amerika Serikat selama 6 bulan. Pentas Choi yang didukung dengan daya tarik kecantikannya diterima para penonton Amerika dengan hangat. Setelah dari Amerika, ia melanjutkan pertunjukkannya ke negara-negara Eropa. Di Prancis, jenis topi tradisional yang ia kenakan dalam pertunjukkan tari choripdong di panggung dengan cepat menjadi tren.[2] Beberapa tokoh seniman Eropa diketahui menyukai penampilan Choi antara lain Picasso, Matisse, dan Rolland. Sampai akhir tahun 1930-an Choi telah mengadakan sekitar 150 konser di kawasan Eropa, Amerika Serikat, Amerika Tengah dan Amerika Selatan, membuatnya menjadi artis Korea pertama yang dikenal luas dunia internasional,[2] disejajarkan dengan Mei Lanfang dari Tiongkok dan Uday Shankar dari India. Selain itu ia juga merekam lagu, menjadi model iklan, pernah mengikuti kompetisi kecantikan. Ia mencetak rekor untuk 24 pertunjukkan solo secara berturut-turut di Tokyo pada tahun 1942 dan 1944, yang merupakan konser terpanjang oleh seorang penari. Pada tahun 1942 ia mendirikan Komite Balet Oriental yang mencoba menciptakan tari baru dari perpaduan tari Tiongkok dan Jepang. Pada saat itu ia pergi ke Manchuria dan Tiongkok untuk menghibur tentara Jepang. Pindah ke Korea Utara dan kematianChoi Seung-hee kembali ke negaranya dari Beijing setelah Korea merdeka tahun 1945. Karena dituduh sebagai simpatisan Jepang, akhirnya ia memutuskan untuk pindah ke Korea Utara pada tahun 1946 bersama sang suami yang merupakan pendukung komunisme.[4] Di Korea Utara Choi mendirikan Sekolah Tari Choi Seung-hee dengan dukungan penuh dari Kim Il-sung, pemimpin Korea Utara. Sekolah itu tidak hanya mengizinkannya menciptakan tari dan drama namun juga menciptakan fondasi tari-tari baru Korea Utara. Pada tahun 1951 ia juga membuka kelas tari di Akademi Drama Tiongkok di Beijing, sambil memperkenalkan tari tradisional Korea di sana. Pada tahun 1954 ia menciptakan sebuah drama tari berjudul "Cerita Istana Sado" yang kemudian diangkat ke layar lebar sebagai film berwarna. Di Korea Utara ia mencapai status tertinggi sebagai delegasi Majelis Tertinggi Rakyat, pemimpin Komite Persatuan Tari Korea Utara dan presiden Teater Tari Nasional. Namun pada tahun 1950-an, suaminya kehilangan status dari Partai Buruh Korea Utara yang berakibat pula pada dirinya.[3][4] Ia menghilang dari komunitas tari Korea Utara semenjak akhir dekade 1960-an.[4] Pada tahun 2003 Korea Utara mengeluarkan pernyataan resmi bahwa Choi telah meninggal tahun 1969.[4] Kontribusi dan pengakuanKarena populernya, Choi juga tidak bisa menolak untuk menghibur tentara Jepang yang pada saat itu menjajah negerinya, maka setelah Korea merdeka, di Korea Selatan ia dituduh sebagai simpatisan penjajah walaupun sepertinya menghibur siapa saja adalah keinginannya sebagai penari dan artis. Choi Seung-hee juga amat berpengaruh dalam perkembangan tari modern di Tiongkok. Ia selalu menekankan kepada murid-muridnya di Tiongkok bagaimana cara yang baik untuk memoderenisasikan tarian tradisional Tionghoa.[3] Di Korea Selatan, karena ia dianggap membelot ke Korea Utara, membicarakan tentangnya masih hal yang tabu sampai tahun 1980-an. Semenjak akhir 1980-an, Korea Selatan telah lebih terbuka dan diskusi tentang kehidupan Choi mulai diangkat beserta karya-karya dan kontribusinya. Memperingati 100 tahun kelahiran Choi Seung-hee, pada tanggal 24 November 2011 berbagai forum, simposium dan acara diselenggarakan oleh seniman-seniman di Seoul.[4] Dalam masa transisi masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, Choi adalah penggagas tari modern Korea dan mengembangkan jenis tari baru bernama sinmuyong. Di luar negeri, ia tidak hanya memperkenalkan tari tradisional Korea yang dimoderenisasi, tari juga tari-tari modern yang memasukkan unsur-unsur estetika Asia.[3] Promosi seni budaya lewat tari itu membuat ia dijuluki "Mutiara Asia", "Gadis Penari dari Semenanjung" atau Isadora Duncan-nya korea", bisa disamakan dengan bintang "hallyu"-nya Korea yang pertama.[3] Karya-karya tari dan drama
Buku
Pranala luar
Referensi
|