CetheCethe atau lelet adalah tradisi mengoleskan endapan kopi ke permukaan rokok. Kopi untuk membuat cethe biasanya disebut dengan kopi cethe/lelet.[1] Kata céthé diambil dari bahasa Jawa yang artinya ampas atau endapan kopi. Endapan ini kemudian bisa dioles-oleskan dengan menggunakan lidi atau tusuk gigi pada batang rokok untuk menciptakan gambar atau hiasan batik.[2] Melukis pada batang rokok dengan ampas kopi dipercaya juga dapat menambah kenikmatan rokok ketika dihisap.[3] IstilahCéthé berarti ampas kopi dalam bahasa Jawa. Istilah cethe lebih populer di daerah Jawa Timur, khususnya daerah Tulungagung dan sekitarnya.[4] Sementara itu, istilah lêlêt lebih populer di daerah Rembang dan sekitarnya untuk menyebut kegiatan yang sama.[5][3] SejarahKopi cethe muncul sekitar tahun 1980-an di antara para petani di Tulungangung, Jawa Timur. Para petani membuat lukisan-lukisan pada batang rokoknya setelah menikmati kopinya. Cethe juga dikaitkan dengan tradisi ngrawit, yakni membuat hiasan batik yang rumit dan indah.[6] Lesem yang terkenal dengan tradisi batiknya juga mengenal tradisi membatik di media rokok ini. Versi sejarah lain mengatakan kopi cethe sudah ada sejak 1930-an di Rembang dengan nama kopi sedulit.[3] Pemerintah Kabupaten Tulungangung pernah memecahkan Rekor MURI kegiatan membuat cethe terbanyak, yakni dengan 2.710 peserta.[7] BudayaKopi cethe tidak memiliki perbedaan mencolok dengan jenis kopi yang lain, perbedaannya terletak pada kekentalan racikan kopi dan lembutnya buliran pada kopi cete. Hal yang paling ikonik terletak pada cara menikmatinya, yakni dengan menggunakan ampas kopi untuk menggambar pada media rokok. Kopi cethe umumnya direbus bersamaan dengan gula, tidak dituangkan langsung pada gelas. Teknik ini dikenal dengan sebutan kothok. Banyak penggemar kopi cethe adalah para perokok. Perokok-perokok ini menggunakan endapan kopi yang sedang dinikmati untuk membuat lukisan-lukisa di batang rokok mereka. Referensi
|