Caridina linduensis
Caridina linduensis adalah udang air tawar yang termasuk ke dalam famili Atyidae. Salah satu ciri famili ini adalah adanya kumpulan setae (seperti rambut) di ujung kaki pertama dan kedua udang ini. DistribusiUdang ini hanya terdistribusi secara endemik di Danau Lindu dan sungai-sungai sekitarnya.[1] [2] [3] Distribusi yang terbatas ini menyebabkan C. linduensis sangat rentan mengalami kepunahan.[4] Salah satu ancaman yang dihadapi C. linduensis adalah kehadiran spesies udang invasif Macrobrachium lanchesteri yang populasinya cenderung bertambah banyak di Danau Lindu. [5] Sejarah taksonomiBerdasarkan sejarahnya, C. linduensis pertama kali dideskripsi dan dipublikasikan oleh J. Roux pada tahun 1904 berdasarkan spesimen udang air tawar yang dikoleksi oleh Paul Sarasin dan Fritz Sarasin di zona litoral Danau Lindu.[6] [7] Hingga saat ini, spesimen tersebut tersimpan di Museum Basel di Swiss. Setelah lebih dari satu abad lamanya, tidak ada update terbaru mengenai keberadaan spesies ini, hingga dua peneliti Indonesia, melakukan eksplorasi di Danau Lindu dan menemukan kembali keberadaan jenis udang air tawar ini.[1] Udang yang dikoleksi tersebut saat ini tersimpan sebagai spesimen koleksi di Museum Zoologicum Bogoriense BRIN Cibinong, Bogor. Nama lokalPenduduk lokal sekitar Danau Lindu menyebut C. linduensis dengan nama "lamale". Nama "lamale" ini sebenarnya adalah Bahasa Kaili untuk udang-udang berukuran kecil. Karena itu, penyebutan lamale bukan hanya berlaku untuk C. linduensis saja, tetapi umumnya juga untuk semua jenis udang lain yang berukuran kecil. Caridina linduensis dewasa memiliki ukuran tubuh sekitar 2 hingga 3 cm. KeunikanKeunikan C. linduensis adalah ukuran telurnya yang besar. Menurut Annawaty dan Wowor[1] udang ini memiliki ukuran diameter telur sekitar 1,1 mm x 0,7 mm. Telur berukuran besar umumnya dimiliki oleh udang-udang yang termasuk tipe land-lock species, yaitu udang air tawar yang dalam proses pemijahannya tidak lagi membutuhkan air laut atau air payau untuk menetaskan telurnya.[8] Udang caridina yang bersifat land-lock species di Sulawesi umumnya dijumpai pada jenis udang yang hidup di danau, sebagaimana yang ditemukan juga pada udang caridina yang ada di Danau Poso, Danau Towuti, Danau Mahalona, Danau Matano, Danau Masapi, dan Danau Wawantoa.[9] Peranan ekologisSebagaimana udang air tawar lainnya di perairan, C linduensis memiliki peranan ekologis sebagai detritivor dengan memakan detritus di dasar perairan, selain itu, udang ini juga berfungsi sebagai makanan bagi hewan-hewan air lainnya yang lebih besar,[10] karena itu udang C linduensis sangat berperan penting dalam rantai daur ulang material organik di perairan. Referensi
|