Candi Badut
Candi Badut adalah sebuah candi yang terletak di kawasan Tidar, di bagian barat Kabupaten Malang. Secara administratif candi badut terletak di Desa Karangwidoro, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Lokasi candi ini berada di dekat Universitas Ma Chung, sekitar 15 menit berjalan kaki dari sana ke arah Timur. Lokasi ini juga dapat ditempuh dengan angkot jurusan AT, terminal Arjosari-Tidar. Lokasi tersebut dapat dilihat di [1]. Tidak seperti arsitektur candi Jawa Timur lainnya seperti Candi Singasari atau Candi Kidal, candi ini mengikuti arsitektur yang lebih tua di Jawa Tengah. Diperkirakan dibangun pada 760 M, oleh karena itu dianggap sebagai yang tertua di Jawa Timur.[1] EtimologiKata Badut diduga berasal dari bahasa Sanskerta Bha-dyut yang berarti sorot Bintang Canopus atau Sorot Agastya. SejarahCandi Badut oleh Purbatjaraka dikaitkan dengan sebuah prasasti yang di temukan di kelurahan Merjosari, yaitu prasasti Dinoyo. Prasasti berbahasa sanskerta dan berhuruf Jawa kuno itu berangka tahun Candrasangkala: nayana vayu ras yang mengandung arti angka tahun saka 682 atau 760 Masehi. isi prasasti yang menceritakan raja Gajayana dari Kerajaan Kanjuruhan. KeunikanCandi Badut menghadap ke barat, tiga buah sisa_sisa candi perwara dihadapannya dan dahulunya di kelilingi oleh pagar tembok. Candi berdenah bujur sangkar dengan ukuran 11x11 meter itu tidak diketahui tingginya. Keistimewaan candi Badut adalah lapik setinggi dua meter tanpa hiasan sama sekali. Area di sekeliling Candi Badut Candi Badut tepatnya terletak disebelah Barat Sungai Metra merupakan daerah kering namun tumbuh beberapa jenis tanaman keras seperti pohon jambu, kelapa, randu, beringin, alpokat, akasia yang akarnya berpotensi merusak Candi Badut.[2] UsiaCandi ini diperkirakan berusia lebih dari 1400 tahun, merupakan yang tertua di Jawa Timur dan diyakini adalah peninggalan Prabu Gajayana, penguasa kerajaan Kanjuruhan sebagaimana yang termaktub dalam prasasti Dinoyo bertahun 760 Masehi. Candi Badut ini meninggalkan jejak purbakala sebagai peninggalan sejarah yang perlu di jaga dan dilestarikan keadaannya. BangunanPara ahli menyatakan bahwa candi Badut merupakan peralihan gaya bangunan Klasik dari Jawa Tengah ke Jawa Timur. Pada ruangan induk candi yang berisi lingga dan yoni, simbol Siwa dan Parwati. Sebagaimana umumnya percandian Hindu di Jawa, pada bagian dinding luar terdapat relung-relung yang semestinya berisi arca. Dua relung di kanan dan kiri pintu mestinya berisi arca Mahakala dan Nandiswara, relung utara untuk arca Durga Mahisasuramardini, relung timur untuk arca Ganesha, dan di sisi selatan terdapat relung untuk arca Agastya yakni Siwa sebagai Mahaguru. Namun di antara semua arca itu hanya arca Durga Mahisasuramardini yang tersisa di candi Badut. PenemuanCandi ini ditemukan pada tahun 1921 berupa gundukan bukit batu, reruntuhan dan tanah. Orang pertama yang memberitakan keberadaan Candi Badut adalah Maureen Brecher, seorang kontrolir bangsa Belanda yang bekerja di Malang. Candi Badut dipugar kembali pada tahun 1925-1927 di bawah pengawasan B. De Haan dari Jawatan Purbakala Hindia Belanda. Dari hasil penggalian yang dilakukan pada saat itu diketahui bahwa bangunan candi telah runtuh sama sekali, kecuali bagian kaki yang masih dapat dilihat susunannya. Asal Usul NamaRaja Gajayana memiliki nama kecil Liswa yang tercatat dalam Prasati Dinoyo. Liswa dalam kamus sansekerta memiliki arti pelawak, anak komedi, penari, Dewasa ini kata "Liswa" memiliki makna yang sama dengan kata badut. Badut memiliki makna seseorang yang memiliki tingkah lucu atau lawak. Hal tersebut yang menjadi asal usul mengapa bangunan suci umat Hindu ini diberi nama Candi Badut.[3] GaleriReferensi
Pranala luar
|