Burung-geluk
Burung-geluk ( Nucifraga ) adalah genus dari tiga spesies burung pengicau, dalam famili Corvidae, yang berkerabat dengan burung jalak-murai dan gagak . Genus Nucifraga diperkenalkan oleh ahli zoologi Perancis Mathurin Jacques Brisson pada tahun 1760 dengan burung-geluk tutul ( Nucifraga caryocatactes ) sebagai spesies tipenya .[1] [2] Nama genusnya adalah terjemahan Neo-Latin dari bahasa Jerman Nussbrecher, "pemecah geluk". [3] Spesies yang masih ada
Sumber makanan terpenting bagi spesies ini adalah biji ( kacang tusam ) dari berbagai jenis tusam( Pinus sp.), terutama spesies tusam putih ( Pinus subgenus Strobus ) yang beriklim dingin (jauh di utara atau dataran tinggi) dan berbiji besar: P .albicaulis, P. armandii, P. cembra, P. flexilis, P. koraiensis, P. parviflora, P. peuce, P. pumila, P. sibirica dan P. wallichiana, serta tusam pinyon dan tusam pepagan renda. Di beberapa daerah, di mana tidak ada pohon tusam yang tumbuh, biji pohon separ ( Picea sp.) dan bunduk ( Corylus sp.) juga merupakan bagian penting dari makanan. Paruh mereka adalah alat khusus untuk mengekstraksi biji dari pohon tusam. Benih berlebih selalu disimpan untuk digunakan nanti, dan genus inilah yang bertanggung jawab atas tumbuhnya kembali pohon-pohon rusak favorit mereka di wilayah yang luas, baik yang terbakar dalam kebakaran hutan atau ditebangi oleh manusia. Burung geluk dapat menyimpan sebanyak 30.000 buah tusam dalam satu musim, mengingat lokasi sebanyak 70% simpanannya, bahkan ketika terkubur di salju.[4] Burung geluk akan menyimpan benih sejauh 32 kilometer (20 mi) jauh dari tanaman induk, sekitar delapan kali lebih jauh dibandingkan tanaman penyebar sejenis seperti jalak-murai dan burung gagak, dan dengan demikian penting dalam membangun kembali hutan dan merespons perubahan iklim.[5] Berbagai serangga juga dimakan antara lain larva lebah dan tawon, telur dan anakan burung, serta bangkai jika ditemukan. Referensi
|