Bungkus plastik
Bungkus plastik adalah saput (film) plastik tipis yang biasanya digunakan untuk menutupi makanan agar makanan tetap segar. Tebal bungkus plastik yang biasa kira-kira 0,01 mm. Bungkus plastik dikenal sebagai cling-film di Britania Raya dan cling wrap di Australia. Salah satu inovasi terbaru adalah bungkus plastik berlubang. SejarahSama seperti kebanyakan penemuan hebat lainnya, sejarah bungkus plastik dimulai pada sebuah kesalahan di labolatorium. Bungkus plastik ditemukan pada 1953 oleh seorang ilmuwan yang ingin membuat penutup plastik keras buat mobilnya; eksperimennya gagal tetapi dia kemudian menemukan kegunaan bungkus plastik yang tak sengaja ia ciptakan. Bahan bungkus plastik yang orisinil adalah Saran, nama komersial untuk polivinilidena klorida (PVdC). Bahan itu dianggap tidak berbahaya untuk bersentuhan langsung dengan makanan kering serta untuk pelapisan papan kertas (karton) yang bersentuhan dengan makanan berlemak dan basah. Bahan-bahan yang digunakanBungkus plastik pertama kali dibuat dari polivinil klorida (PVC) yang sampai sekarang tetap menjadi bahan yang paling umum digunakan, tetapi berbagai partinatif non-PVC kini dijual karena adanya kekhawatiran risiko dalam transfer pemlastis (peliat) dari PVC ke makanan. Polimerisasi bahan yang sepenuhnya bisa saja mengandung sisa-sisa monomer vinil klorida. Untuk berbagai aplikasi jasa boga makanan, PVC adalah yang paling umum digunakan. Untuk pemakaian rumah tangga, LDPE yang sering digunakan sebab diakui lebih aman. Semakin banyak negara menakutkan dampak lingkungannya PVC, sebab assoy itu bertoksik dan lebih sulit didaur-ulang. Toh biarpun begitu, PVC masih saja digunakan karena sifat mudah direnggangkannya yang menawarkan presentasi jasa boga makanan yang sempurna. PVC juga merekat dengan baik ke berbagai jenis permukaan. Namun sejumlah negara mulai melarang penggunaan PVC di mainan untuk bayi dan berbagai aplikasi yang bersentuhan dengan makanan. Saput berbais PVC mengandung pemlastis (assoy). Tapi pemlastis ditemukan berpindah tempat ke sejumlah makanan, misalnya keju maupun daging dan ikan berlemak. Pemlastis yang penggunaannya dilarang di banyak negara adalah bis(2-ethylhexyl) adipate (DEHA). Walau tidak dilarang, beberapa pemlastis seperti ftalat (yang paling sering adalah dibutil ftalat dan bis(2-etileksil) ftalat (DEHP)) juga dianggap memiliki efek merugikan. Di Britania Raya, pemlastis berpolimer menggantikan DEHP.[1] Bahan yang umum digunakan sebagai alternatifnya PVC adalah polietilena assoy berdensitas rendah (low density polyethylene yang disingkat menjadi LDPE), yang kurang merekat bila dibandingkan dengan PVC. Tapi proses produksi yang baru semakin mempersempit celah kekuatan rekatan antara PVC dengan polietilina berdensitas rendah. Linear low density polyethylene (LLDPE) kadang-kadang ditambahkan ke bahan, sebab meningkatkan kerekatan dan kuat tariknya film (saput).[2] Sejumlah merk bungkus plastik di Barat (seperti Glad Cling Wrap, Handi-Wrap, dan Saran Premium Wrap) berbasis LDPE. Permukaan Glad Press'n Seal ditutupi dengan lesung pipit profil (shaped dimple), yang menahan perekat agar tidak bersentuhan dengan permukaan. Saat sedang ditangani, bungkus tidak lengket, tetapi saat tekanan diaplikasikan maka lesung pipit dipipihkan dan perekat didorong menjauhi permukaan.[3] Jenis perekat yang digunakan dapat dimakan dan mirip dengan permen karet.[4] PVdC memiliki sifat-sifat sebagai perintang yang lebih baik daripada LDPE yang lebih bisa ditembus, sehingga mengurangi risiko bakar sejuk beku (mutung beku) bagi makanan yang dibungkus di dalamnya. Namun, LDPE lebih murah dan lebih mudah dibuat. Untuk mencapai kekuatan rekat yang diinginkan, polimer tertentu yang bobot molekulnya lebih rendah harus ditambahkan, yang paling umum dipakai adalah poliisobutena (PIB) dan polietilena-vinilasetat (EVA) kopolimer. Rantai mereka siap berinteraksi satu sama lain dan bobot molekul yang rendah membuat keduanya lebih banyak bergerak di dalam matriks polimer inang.[5] Rujukan
Pranala luar |