Buahan, Tabanan, Tabanan

Desa Buahan

Secara Demografi, Desa Buahan, Kecamatan Tabanan, Kabupaten Tabanan merupakan daerah landai dengan ketinggian + 10 s/d 15 meter diatas permukaan laut.

Mengenai sejarah Desa Buahan tidak ada informasi yg menceritakan mulai adanya penduduk yg menghuni wilayah Desa Buahan secara pasti, karena tidak adanya peninggalan2 tertulis. Informasi sejarah yg ada berasal dari sesepuh Desa yg saat ini masih hidup. Informasi lain terkait dgn sejarah tentang Kebo Iwa.

Di dalam Babad Arya Tabanan diceritakan bahwa setelah terjadi musibah gugurnya Ki Patih Kebo Iwa di Jawa karena tipu muslihat dari Patih Gajah Mada pada Kerajaan Majapahit maka Bali merupakan kekuasaan Jawa di bawah Kerajaan Majapahit. Para Arya Kenceng menjadi Senopati Bala Yudha di Kerajaan Majapahit diberi kekuasaan memerintah di Wilayah Tabanan, Sira Ratu Arya Waringin diberikan kekuasaan di Gelgel, Sira Arya Sentong diberikan kekuasaan di Pacung dan Sira Arya Tan Wikan diberikan di Wilayah Kaba-kaba.

Pada saat pembagian Pemerintahan di Bali yg memegang kekuasaan adalah Sri Kresna Kepakisan yg berkedudukan di Srampangan.

Mengenai Sejarah Desa Buahan dapat diuraikan pada zaman itu diperintah oleh Sira Arya Kenceng yang merupakan murdaning Nayaka Jagat Tabanan yg Istana / Puri Beliau terletak di Desa Buahan (Pucangan) dengan jumlah rakyat pada saat memerintah sebanyak 10.000 orang dari berbagai warna (Catur Warna).

Di dalam Babad Tabanan diceritakan bahwa Puri Beliau bertempat di sebelah selatan Pura Bale Agung Desa Buahan (Kiduling Bale Agung) dan tamannya bertempat di sebelah tenggara Desa Buahan, wafatnya Beliau dibuatkan persemayaman untuk kebaktian dibuatkan Batur yg sampai saat ini masih berupa Bangunan Pura Batur Pucangan.

Selanjutnya diceritakan bahwa Sira Sri Arya Kenceng sangat setia maka Sira Arya Kenceng diberikan kehormatan sebagai Menteri yang berkuasa memerintah Raja-Raja yang ada di Bali.

Pada saat Beliau Wafat, menurut isi dari Babad Tabanan dibuatkanlah pemujaan di sebelah Barat Pura Batur Pucangan.[1]

Sejarah Tabanan dan Arya Kenceng

Sejarah berdirinya Kerajaan Tabanan berkaitan erat dengan Kerajaan Majapahit. Pada masa pemerintahan Tribhuanatunggadewi (1329-1350), Majapahit ingin menyatukan kembali Bali dalam kekuasaannya. Karena tidak dapat ditundukkan dengan cara diplomasi, Majapahit mengirim Gajah Mada dan Adityawarman (Arya Damar) bersama para Arya untuk menguasai Bali. Adityawarman adalah adipati Palembang yang mempunyai hubungan kekerabatan dengan Raja Majapahit dari garis ibu. Dalam serangan itu, Arya Kenceng, putra Adityawarman, memimpin pertempuran dari selatan. Pada 1343, Bali akhirnya jatuh ke tangan Majapahit. Untuk mengatasi kekosongan pemerintahan di Bali, Raja Majapahit melantik Sri Kresna Kepakisan menjadi Raja Bali pada 1352 M. Dalam pelantikan itu, juga diadakan pembagian wilayah Bali bagi para Arya, di mana Arya Kenceng ditugaskan di Tabanan. Setelah Arya Kenceng diangkat menjadi Anglurah Tabanan pada 1352, ia segera membangun istana Buahan di Desa Pucangan dan bergelar Bhatara Arya Kenceng. Arya Kenceng merupakan raja pertama yang menurunkan penguasa Kerajaan Tabanan selanjutnya. Pada masa kekuasaan raja ketiganya, yaitu Sirarya Ngurah Langwang atau Prabu Singasana, istana dipindahkan dari Desa Pucangan ke Puri Agung Tabanan.[2]

Sejarah Desa Buahan berkaitan dengan sejarah Arya Kenceng yang terdapat dalam Babad Arya Tabanan tahun saka 1859. Didalam Babad Arya Tabanan diceritakan bahwa Puri beliau terletak disebelah selatan Pura Bale Agung Desa Buahan (kiduling Bale Agun) dan tamannya terletak disebelah Tenggara Desa Buahan. Kemudian beliau wafat dan dibuatkan penghormatan atas jasa beliau dengan dibuatkannya bangunan Pura Batur Pucangan. Pura Batur Pucangan merupakan salah satu bangunan suci sebagai simbol penghormatan untuk beliau disungsung (dipuja) oleh masyarakat Desa Buahan dan masyarakat dari luar Desa Buahan, mengingat rasa baktinya pada beliau sebagai Raja Tabanan. Puri yang terdapat di Desa Buahan bernama Puri Pucangan. Puri Pucangan yang terletak di Selatan dari Pura Desa (kiduling Bale Agung) mengalami perubahan yang awalnya merupakan istana pada zaman kerajaan. Kemudian setelah zaman kerajaan hingga saat ini terjadi perubahan fungsi menjadi pura yang bernama Pura Agung Sira Arya Kenceng Buahan Pucangan. Adapun perubahan nama dan fungsi juga terjadi pada Taman Puri yang terletak di Tenggara Desa Buahan pada zaman kerajaan, saat ini difungsikan menjadi Pura Taman Sari. Berdasarkan sejarah di Desa Buahan pembagian ruang didasari konsep Tri Mandala, dimana Puri sebagai Utama Mandala, area terbangun atau permukiman sebagai Madya Mandala, dan area tak terbangun yang termasuk kedalamnya yaitu karang bengang merupakan bagian dari Nista Mandala,


8°29′39″S 115°08′59″E / 8.494182°S 115.149851°E / -8.494182; 115.149851

Buahan
Negara Indonesia
ProvinsiBali
KabupatenTabanan
KecamatanTabanan
Kode pos
82115
Kode Kemendagri51.02.05.2011
Luas3,75 km²[1]
Jumlah penduduk2.657 jiwa(2016)[1]
2.378 jiwa(2010)[2]
Kepadatan635 jiwa/km²(2010)
Jumlah KK802[1]
Peta
PetaKoordinat: 8°29′51.36″S 115°8′44.52″E / 8.4976000°S 115.1457000°E / -8.4976000; 115.1457000


Buahan adalah desa yang berada di Kecamatan Tabanan, Kabupaten Tabanan, Bali, Indonesia.[3][4]

Demografi

Penduduk desa Buahan sampai dengan tahun 2016 berjumlah 2.657 jiwa terdiri dari 1.304 laki-laki dan 1.353 perempuan dengan sex rasio 96,38.[1]

Tempat menarik

Referensi

  1. ^ a b c d "Kecamatan Tabanan dalam Angka 2017". Badan Pusat Statistik Indonesia. 2017. Diakses tanggal 16 Desember 2018. 
  2. ^ "Penduduk Indonesia Menurut Desa 2010" (PDF). Badan Pusat Statistik. 2010. hlm. 1385. Diakses tanggal 14 Juni 2019. 
  3. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Desember 2018. Diakses tanggal 3 Oktober 2019. 
  4. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Permendagri nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 25 Oktober 2019. Diakses tanggal 15 Januari 2020. 

Pranala luar

Kembali kehalaman sebelumnya