Belian Bawo

Belian Bawo adalah ritual yang dilakukan oleh sebagian masyarakat Dayak khususnya yang masih menganut agama Kaharingan seperti Suku Dayak Lawangan,Dayak Ma'anyan ,Dayak Meratus, Dayak Benuaq, Dayak Dusun dan suku Dayak lainnya yang bertujuan untuk menyembuhkan penyakit seseorang dengan bantuan roh leluhur, untuk menolak bala, serta membayar hajat. Nama lain dari ritual ini adalah Belian Sentiu, Basangiang atau Nyangiang, dan juga ritual Badewa.[1] [2]

Sejarah Dalam Perspektif Mitologi Dayak Benuaq

Ritual Belian Bawo[3] dimulai dari sebuh mitologi Dayak Benuaq. Konon ada sepasang suami istri yang memiliki sikap Pengewoyuq yang artinya cemburuan atau posesif , sehingga mereka memutuskan tinggal menjauh dari masyarakat. Mereka memilih tinggal di hutan yang tidak pernah atau jarang dikunjungi orang, dengan alasan supaya tidak ada seorangpun yang bisa mengganggu hubungan mereka. Hingga pada sutu saat, sang istri terserang penyakit dan akhirnya meninggal. Sudah menjadi kebiasaan kalau orang yang sudah mati dikuburkan. Kala itu ada kelompok mahluk gaib pemakan manusia atau dikenal dengan sebutan uwok. Mahluk ini biasanya memakan mayat orang. Sang suami tahu keberadaan mahluk uwok, sehingga ia sengaja mengubur jenazah sang istri di dalam teluk sungai dengan maksud agar tidak bisa genegauuwok (diganggu atau diamakan hantu). Menurut kelaziman, uwokberpantangan dengan air. Setelah menaruh jenazah istrinya, segera ia naik ke atas pohon untuk memantau jenazah sang istri. Tidak lama kemudian datanglah mahluk pemakan mayat, namun mereka kesulitan karena jenazah itu ditaruh di dalam teluk sungai.

Maka dipanggilah Kakah Uwok yang artinya kakek hantu atau pemimpin mahluk pemakan manusia. Ketika Kakah Uwok datang, tidak sulit baginya untuk mengangkat peti jenazah (Lungun) dari dalam teluk dengan hanya menunjuk saja ke arah teluk,maka timbulah peti jenazah tersebut. Seketika itu juga mahkluk-mahluk itu berebut hendak memakan jenazah, namun hal tersebut dihentikan oleh Kakah Uwok karena baginya mayat tersebut harus dihidupkan terlebih dahulu, kemudian baru mereka memakannya hidup-hidup.

Maka Kakah Uwok menghidupkan kembali jenazah tersebut.Melihat istrinya hidup kembali, sang suami segera turun dan menyerang mahluk uwok untuk merebut istrinya sehinngga banyak mahluk "uwok" yang mati. Melihat banyak mahluk uwok yang mati, maka Kakah Uwok mengambil jalan damai kepada sang lelaki pemberani tersebut, dan menyerahkan istrinya yang sudah hidup kembali. Selain itu Kakah Uwok juga memberikan ilmu menghidupkan orang yang sudah mati. Ilmu itulah yang dinamakan Belian Bawo.

Namun ilmu itu hanya berlaku bagi Turu Bungan Lou yang artinya tujuh rumah panjang (rumah adat Dayak). Pada mulanya ritual Belian Bawo dapat untuk menghidupkan orang mati, tapi sekarang Belian Bawo hanya dipergunakan sebagai usaha mendapatkan kesembuhan dari penyakit.

Prosesi

Pada ritual Belian Bawo, pemimpin ritual mengenakan rok yang dihias khusus, berwarna-warni (sempet) dengan pola bunga atau tokoh roh, ikat pinggang bersulam manik, kain kepala, dan menggunakan gelang pada pergelangan tanganyang terbuat dari kuningan berat (getakng), dua atau lebih tiga di masing-masing pergelangan tangan, yang digoncangkan sehingga getakng saling berbenturanmenghasilkan suara berderak untuk mengiringi tariannya. Nyanyiannya (tinga) dalam bahasa setempat.

Adapun yang hadir dalam ritual itu adalah relawan yang terlibat sebagai penitik tuukng yang artinya penabuh gendang, memukul tuukng tuhu atau gendang panjang yang digantung dengan tali rotan, bersandar pada sudut, ditabuh dengan keras dan cepat dengan dua rotan atau dua tongkat bambu. Sampai pada satu saat dimana pemimpin ritual masuk (bekawat) maka tabuhan gendang semakin cepat. Ketika pemimpin ritual sedang mencari penyebab penyakit, dalam posisi ini pemimpin ritual sedang senuan yang artinya dimasuki roh-roh. Ritual Belian Bawo lazimnya hanya berlangsung selama satu malam, tetapi bila penyakitnya belum ditemukan dan belum disembuhkan maka dapat dilanjutkan beberapa malam lagi.

Musik Tari Belian

Untuk irama dan ritme musik ada aturannya tersendiri, jika salah satu memainkan musik dengan tidak tepat maka ritual akan gagal dan si penari akan mengalami kesurupan yang tidak wajar. Jika hal tersebut terjadi, maka musik harus di netralkan kembali atau dibuat kembali seperti biasa.

Kostum dan Properti Tari Balian Bawo

Tari belian bawo menggunakan topeng dan kostum-kostum khas suku Dayak.

Referensi

  1. ^ "Belian Bowo, Ritual Adat Dayak Lawangan untuk Penyembuhan Penyakit". www.medcom.id. Diakses tanggal 2023-04-12. 
  2. ^ Arianti, Silvia; Wurdianto, Kukuh (2021-04-29). "Manyangiang Sebagai Ritual Pengobatan Suku Dayak Ngaju: MANYANGIANG AS A RITUAL TREATMENT OF DAYAK NGAJU TRIBE". Anterior Jurnal (dalam bahasa Inggris). 20 (2): 56–63. doi:10.33084/anterior.v20i2.1658. ISSN 2355-3529. 
  3. ^ Herrmans, Isabell (2015-03-01). Ritual Retellings. Berghahn Books. ISBN 978-1-78238-565-3. 
Kembali kehalaman sebelumnya