Barongan Blora

Barongan Blora merupakan salah satu bentuk kebudayaan Jenis Reog Ponorogo yang ada dan berkembang Kabupaten Blora.[1][2]Kabupaten tempat lahirnya sastrawan Pramoedya Ananta Toer ini dikenal juga sebagai Kota Barongan.[3]

Sejarah

Dalam babad Giyanti disebutkan bahwa Blora termasuk daerah mancangara yang merupakan bawahan dari bupati Ponorogo, Sehingga pengaruh budaya dari Ponorogo termasuk barongan Ponorogo juga mempengaruhi kebudayaan Di Blora.[4]

Barongan Blora adalah Kebudayaan suku Samin di Blora

Hingga begitu kuatnya pengaruh Ponorogo menyebabkan nama-nama grup barongan di Blora menggunakan nama khas Ponorogo, seperti Singo Lodro, Singo Lodoyo, Menggolo. Dalam perkembangannya, properti Barongan Blora selalu mengikuti properti Barongan Ponorogo atau Reog, dari busana, gerakan, dan sebagian musik. seperti barongan yang diperankan oleh dua orang, kini hanya di lakukan satu orang saja serta kepala barong yang botak di tengah. Pemerintah Blora mendeklarasikan Barongan Blora sebagai kesenian Khas Blora, meskipun di kota jawa tengah lainnya sendiri masih banyak terdapat group Barongan yang diperankan oleh dua orang, alias Reyog Tradisional.[5]

Selain itu, terdapat sejarah bahwa Barongan Blora sendiri dibawa dan dikembangkan oleh Samin Surosentiko setelah tinggal di Sumoroto, Ponorogo, tempat leluhurnya dimana nama Reyog di Sumoroto saat itu lebih populer dikenal Barongan. dari segi bentuk saat itu juga kepala Reyog dengan mulut terbuka dengan mahkota merak yang besar, namun saat di Blora sangat sulit untuk mendapatkan bulu merak karena pengawasan pihak kolonial Belanda, sehingga di ganti dengan bahan ijuk yang di bentuk seperti dadak merak dan di selipkan beberapa bulu merak saja pada ijuk sebagai rambut barongan Blora.[6]

Barongan Blora Saat Ini

Pada saat ini banyak peneliti dan seniman barongan mencoba membuat cerita sendiri tentang kisah penampilan barongan di Blora sebagai bentuk jati diri barongan di Blora dengan mencampurkan cerita Bantarangin dan Cerita Panji, karena sebagian seniman barongan di Blora enggan mengakui bahwa sejarah keberadaan barongan di Blora karena adanya pihak dari Ponorogo ataupun masih ketergantungannya properti, pakaian, alat musik Barongan Blora yang dari Ponorogo. Bahkan Sebagian seniman Barongan di Blora mengganggap bahwa Reog di Ponorogo berasal dari Blora, dengan membuat cerita sendiri,. Selain itu dihilangkannya tulisan Seni Reog Ponorogo pada krakap reog di Blora yang kemudian diganti dengan tulisan Seni Barong Blora atau Seni Reog Blora.[7]

Hal ini membuat seniman Blora terpecah menjadi beberapa kubu,

  1. Kubu yang masih mempercayai bahwa Barongan di Blora masih memiliki akar historis dari Ponorogo yang di bawa ke Blora, dari versi Babad Giyanti hingga tokoh Samin Raden Suro Sentiko yang merupakan anak bangsawan Ponorogo Raden Suro Wijoyo (samin Sepuh) bin Raden Brotodiningrat (Bupati Sumoroto, Ponorogo). Maka dari itu kubu ini masih berhubungan dengan seniman dan pengrajin Reog di Ponorogo.
  2. kubu yang percaya bahwa Barongan asli blora yang kemudian berkembang menjadi Reog di Ponorogo hingga Kuda Lumping. Meskipun kubu ini masih ketergantungan akan peralatan seni dari Ponorogo.
  3. Kubu yang percaya bahwa barongan hanya menampilkan barongan saja, tidak ada tokoh lain.

Tata dan gerak tari, pakaian hingga musik Barongan Blora saat ini tidak jauh beda dengan Reog Ponorogo, karena dalam pementasan barongan di blora juga mengadopsi tokoh tari dalam Reog, seperti Jathilan, Warok dan Bujang ganong.

Referensi

  1. ^ Ibda, Hamidulloh (2019-06-17). "STRATEGI GRUP BARONG SARDULO KRIDA MUSTIKA DALAM MELESTARIKAN SENI BARONGAN BLORA". Handep: Jurnal Sejarah dan Budaya (dalam bahasa Inggris). 2 (2): 161–186. doi:10.33652/handep.v2i2.35. ISSN 2684-7256. 
  2. ^ Kurniawan, Indra Bagus (2017). Sisi Lain Barongan Blora. Semarang: CV. Pilar Nusantara. ISBN 9786025046506. 
  3. ^ developer, mediaindonesia com (2019-09-05). "Blora Bertekad Jadi Kota Barongan". mediaindonesia.com. Diakses tanggal 2022-05-08. 
  4. ^ Yasadipura, Radèn Ngabèi (1937). Babad Giyanti. Batawi Sèntrêm (Jakarta): Bale Pustaka (Balai Pustaka). 
  5. ^ "Asal Usul Barongan di Daerah Blora". www.matalensanews.com. Diakses tanggal 2022-05-08. 
  6. ^ Jazuli, Muhammad; Md, Slamet; Paranti, Lesa (2020-09-16). "Bentuk dan Gaya Kesenian Barongan Blora". Dewa Ruci: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni (dalam bahasa Inggris). 15 (1): 12–19. doi:10.33153/dewaruci.v15i1.2892. ISSN 2685-287X. 
  7. ^ Ibda, Hamidulloh (2019-03-13). "Memajukan Kesenian Barong Lewat Penguatan Pendidikan Seni". https://indotimur.com. Diakses tanggal 2022-05-08.  Hapus pranala luar di parameter |work= (bantuan)
Kembali kehalaman sebelumnya