Banser
Barisan Ansor Serbaguna, yang lebih dikenal sebagai Banser, adalah sayap paramiliter dari organisasi pemuda Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) yang berafiliasi dengan Nahdlatul Ulama (NU), organisasi massa Islam terbesar di dunia. Banser beroperasi sebagai badan semi-otonom GP Ansor dengan tugas utama di bidang operasi keamanan dan kemanusiaan. Gabungan personel Banser ini dua kali lipat jumlah personel Tentara Nasional Indonesia (TNI), menjadikan Banser (dan induknya GP Ansor) sebagai kekuatan politik yang memegang kunci stabilitas nasional.[4] Sepanjang sejarah, Banser memainkan peran penting dalam isu-isu yang berkaitan dengan agama, seperti dalam pembunuhan massal di Indonesia tahun 1965-1966 terhadap mereka yang dianggap sebagai anggota Partai Komunis Indonesia, [5] hingga bentrok dengan ormas terlarang Hizbut Tahrir Indonesia.[6] Dari segi orientasi politik, Banser dan GP Ansor dideskripsikan sebagai Islam tradisionalis, populisme, dan nasionalisme . SejarahPendahulu GP Ansor, Ansor Nahdlatul Oelama (ANO) secara resmi berdiri sebagai sayap pemuda NU pada tanggal 24 April 1934. Selanjutnya, organisasi kepanduan Barisan Ansor Nahdlatul Ulama (Banoe) dibentuk oleh ANO cabang Malang. Pada tahun 1937, Banoe diresmikan pimpinan komandan Syamsoel Islam yang juga menjadi ketua ANO cabang Malang dalam Kongres ANO ke-2. Banoe Malang saat itu berada dalam pembinaan Panglima TNI Mayor Hamid Roesdi, dan keduanya dianggap sebagai tokoh pendiri Banser.[7] StrukturTingkatan Struktur Barisan Ansor Serbaguna (Banser) terdiri dari Satkornas, Satkorwil, Satkorcab, Satkoryon, dan Satkorkel. Satkornas (satuan koordinasi pusat) merupakan tingkatan tertinggi dari Banser dan dipimpin oleh Kasatkornas yang ditunjuk langsung oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) GP Ansor. Satkorwil berada di tingkat provinsi, satkorcab di tingkat kabupaten, satkoryon di tingkat kecamatan, dan satkorkel di tingkat desa atau kelurahan.[8] Referensi
|