Bahasa Gaya
Bahasa Gaya (juga dieja Kaya, Kara, atau Karak) adalah satu atau beberapa bahasa setempat yang digunakan di Konfederasi Gaya, Semenanjung Korea bagian selatan. Hanya satu kata bertahan yang secara langsung dikenal sebagai bagian dari bahasa Gaya. Bukti lain berupa nama tempat, yang penafsirannya tidak pasti. PenamaanNama Gaya adalah cara baca ala Korea modern dari sebuah nama yang aslinya ditulis menggunakan aksara Tionghoa (Hanja). Umumnya ditranskripsikan sebagai Kaya (加耶) atau Karak (伽落), tetapi transkripsi dalam sumber tertua yang diketahui adalah Kara (加羅, atau kæla dalam bahasa Tionghoa Pertengahan).[3] Nama lainnya yaitu Kara dan Mimana dalam Nihon shoki, catatan sejarah berbahasa Jepang abad ke-8 M.[4] Beckwith menggagas istilah pra-Kara untuk satu atau beberapa bahasa Japonik yang digunakan di Semenanjung Korea bagian selatan pada saat migrasi penduduk Yayoi ke Kyushu pada abad ke-4 Sebelum Masehi.[5] ByeonhanCatatan paling awal dari bagian selatan semenanjung Korea ditemukan dalam sejarah Tiongkok. Bab 30 berjudul "Gambaran Bangsa Barbar Timur" dalam kitab Catatan Sejarah Tiga Negara (abad ke-3 M) dan Bab 85 dalam Kitab Han Akhir (abad ke-5 M) berisi catatan bersamaan tentang Samhan ("tiga Han"): yaitu Mahan, Byeonhan, dan Jinhan – yang kemudian masing-masing digantikan oleh Baekje, Gaya, dan Silla.[6][7] Mahan dikatakan memiliki bahasa yang berbeda dari Jinhan, tetapi kedua kisah tersebut berbeda dalam hubungan antara bahasa Byeonhan dan Jinhan, dengan Catatan Sejarah Tiga Negara menggambarkan mereka serumpun, tetapi Kitab Han Akhir justru menguraikan perbedaannya.[8] Catatan Sejarah Tiga Negara mencantumkan 12 pemerintahan di Byeonhan. Berikut ini cara pengucapannya dalam bahasa Tionghoa Han Timur:[9][10]
Tiga nama yang lebih panjang tampaknya menyertakan akhiran. Akhiran *-mietoŋ (yang juga muncul dalam salah satu nama Jinhan) telah diperbandingkan dengan mitos mith (dalam bahasa Korea Pertengahan Akhir) dan *mətə (dalam bahasa Proto-Japonik), keduanya berarti "dasar" atau "bawah". Kedua kata tersebut merupakan kerabat menurut Samuel Martin. Akhiran *-jama umumnya diidentikkan dengan *jama dalam bahasa Proto-Japonik, berarti "pegunungan".[11] Konfederasi GayaPada abad ke-4, Byeonhan telah digantikan oleh konfederasi Gaya.[12] Gaya berdagang secara berlanjut dengan para komando Tionghoa di Semenanjung Korea bagian utara dan dengan bangsa Wa (Jepang), tetapi konfederasi tersebut ditaklukan oleh Silla pada abad ke-6 M.[4] Sebagian besar pengetahuan tentang Gaya berasal dari Samguk sagi, sebuah kumpulan catatan sejarah tentang zaman Tiga Kerajaan, yang ditulis dalam kaidah Tionghoa Klasik dan disusun pada tahun 1145 dari catatan kerajaan Silla, Goguryeo, dan Baekje yang sudah tidak ada lagi.[13] Bab 34, 35 dan 36 mengamati letak bekas kerajaan Silla (termasuk bekas wilayah Gaya), Goguryeo, dan Baekje. Tiga negara tersebut juga mencakup reorganisasi administratif setelah penyatuan sebagai Silla Bersatu pada tahun 668, termasuk nama-nama tempat sebelumnya dan nama Tionghoa-Korea baku yang ditetapkan di bawah pemerintahan Raja Gyeongdeok pada abad ke-8 M.[14] Beberapa tempat yang disebutkan dalam Bab 34 berada di wilayah bekas konfederasi Gaya, tetapi upaya untuk menafsirkannya masih diperdebatkan.[15][16] Satu-satunya kata yang secara langsung dikaitkan dengan bahasa Gaya ditemukan dalam catatan penjelasan di bab yang sama, yang berbunyi:
Karakter Tionghoa ⟨梁⟩ digunakan untuk menulis kata dalam bahasa Silla untuk "punggung bukit", yang merupakan leluhur dari twol 돌 (juga berarti "punggung bukit") dalam bahasa Korea Pertengahan, menunjukkan bahwa kata dalam bahasa Gaya untuk "gerbang" mungkin diucapkan seperti twol. Kata tersebut mirip dengan to1 dalam bahasa Jepang Kuno (berubah menjadi to, 戸 dalam bahasa Jepang Modern), berarti "pintu" atau "gerbang".[17][18] ReferensiCatatan kaki
Daftar pustaka
|