Ayam ketawa

Ayam ketawa
Ayam Ketawa Jantan
Nama lainAyam ketawa
Negara asalIndonesia
Karakteristik
BeratJantan: 2 - 3 Kg
 Betina: 1 - 2 Kg
Warna kulitVariasi
Warna telurPutih
Klasifikasi
APAAsia
Ayam
Gallus gallus domesticus

Ayam ketawa, Manugaga atau juga dikenal dengan sebutan ayam jantan dari timur adalah ayam asli Indonesia yang berasal dari kabupaten Sindrap, Sulawesi Selatan.[1][2] Ayam ini dinamai demikian karena bunyi kokoknya yang menyerupai bunyi tertawa manusia. Ayam ketawa merupakan hewan yang masuk dalam kategori unggas yang dilindungi, dikarenakan keberadaannya yang langka dan hampir punah.[3] Ayam ketawa ini dulu hanya dipelihara dan berkembang biak di lingkungan bangsawan Bugis sebagai simbol status sosial yang menggambarkan tentang keteguhan, kesuksesan, dan keberanian sehingga terkenal dengan istilah “Jantan“.[4][5] Ayam ini juga dipercaya oleh masyarakat setempat dapat mendatangkan keberuntungan.[6]

Habitat

Ayam ketawa habitat aslinya dari Kabupaten Sidrap, sekitar 183 kilometer arah Utara dari Makassar, Ibukota Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia.[7] Di Sulawesi sendiri ayam ketawa diternakkan di daerah Baranti, Panca Rijang, Benteng, Simpo Arasi’e dan hanya dipelihara di lingkungan keluarga.[7]

Deskripsi

Ayam ketawa ini, secara fisik, baik perawakan maupun bulunya hampir sama dengan ayam kampung. Mulai dari bentuk, ukuran, gerak-gerik dan warna warni bulunya menyerupai ayam kampung. Namun ayam ketawa sudah bisa berkokok sejak berusia tiga bulan. Bagi orang yang baru pertama kali mendengarnya, suara kokoknya lebih mirip kicauan burung perkutut. pengembangbiakkan dan pemeliharaan unggas ini juga tak sulit, sama seperti ayam lainnya.[3] Keunikannya pada suara di penghujung kokok yang terdengar seperti suara ketawa manusia.[3] Sementara itu, dalam sekali bertelur, betina produktif bisa menghasilkan rata-rata sebelas sampai 13 telur.[7] Tetapi daya tetas tinggi tidak terdapat pada telur pertama hingga tiga.[7] Baru pada telur keempat, dan seterusnya dipastikan telur terisi dengan embrio.[7] Pada ayam ketawa ada perbedaan penamaan antara jantan dan betina.[7] Ayam ketawa jantan disebut Lai, sedangkan ayam ketawa betina disebut Birang.[7]

Jenis suara kokok ayam ketawa

Ada tiga interval suara kokok ayam ini.

  1. Garetek adalah suara kokok dengan interval cepat.[1]
  2. Gaga adalah suara kokok dengan interval lambat.[1]
  3. Dodo adalah suara kokok dari ayam ketawa yang mendayu-dayu.[1]

Jenis-jenis ayam ketawa

  1. Bakka yaitu ayam ketawa berwarna dasar putih mengkilap dengan dihiasi dasar hitam, oranye, merah dan kaki hitam atau putih. [3]
  2. Lapping yaitu ayam ketawa berwarna dasar bulu hitam dengan merah hati dan mata putih. Dimana arti kata lapping dalam bahasa bugis adalah menampung harta, sehingga dipercaya jenis ayam ketawa ini dapat menampung harta.[3]
  3. Ceppaga yaitu ayam ketawa dengan warna dasar hitam dihiasi bulu hitam dan putih, ditambah dengan bentuk putih di badan sampai pangkal leher serta kaki berwarna hitam.[3]
  4. Korro yaitu ayam ketawa berwarna dasar hitam dengan dihiasi hijau atau putih dan kuning mengkilap, serta kaki kuning atau hitam.[3]
  5. Ijo Buota yaitu ayam ketawa yang memiliki warna dasar hijau dihiasi merah, diselingi warna hitam disayap, serta kaki berwarna kuning.[3]
  6. Bori Tase’ yaitu ayam ketawa berwarna dasar bulu merah dan dihiasi bintik kuning keemasan.[3]

Rujukan

  1. ^ a b c d "4 Ayam Termahal Asli Indonesia, Harganya Rp 40 Juta per Ekor". Liputan 6. Diakses tanggal 11 Mei 2014. 
  2. ^ "Ayam". Info Ternak. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-05-12. Diakses tanggal 11 Mei 2014. 
  3. ^ a b c d e f g h i "Ayam Ketawa Nan Langka Bersuara Tawa". Viva News. Diakses tanggal 11 Mei 2014. 
  4. ^ "Sejarah Ayam Ketawa". Ayam Ketawa. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-05-12. Diakses tanggal 11 Mei 2014. 
  5. ^ Asal-Usul Ayam Ketawa bersosial.com
  6. ^ Ayam Ketawa Harganya Belasan Juta Rupiah Diarsipkan 2019-05-09 di Wayback Machine. poskotanews.com
  7. ^ a b c d e f g "Ayam Ketawa dan rezeki buat pemiknya". Techno Trend. Diakses tanggal 11 Mei 2014. [pranala nonaktif permanen]

Pranala luar

Kembali kehalaman sebelumnya