Asbari Nurpatria KrisnaAsbari Nurpatria Krisna (20 Februari 1943 – 19 Februari 2014[1][2]) adalah seorang sastrawan Indonesia. Ia dikenal sebagai salah satu penulis sastra pop erotik.[1] Sebelum meninggal, ia adalah salah satu redaktur surat kabar Suara Pembaharuan.[1] Karya-karyanya banyak dimuat di berbagai harian yang terkenal secara nasional seperti Kompas, Sinar Harapan, dan Intisari.[1] Kehidupan pribadiAyah Asbari bernama Rusliani, seorang pejabat pengawas di pabrik gula.[1] Asbari menikahi Josephine Juju Mandagie (Yuyu A.N. Krisna), seorang wartawan Progress, pada hari Rabu, 16 Agustus 1972. Ia memiliki tiga orang putra, yang tertua meninggal, yang kedua bernama Travelino Theofilus, dan yang bungsu bernama Rizal Aquino.[1] Asbari sempat berkuliah di IKIP Jakarta (sekarang Universitas Negeri Jakarta) pada tahun 1962, yang kemudian ditinggalkannya dan masuk lagi pada tahun 1964 di jurusan yang sama, yaitu Sastra dan Bahasa Indonesia. Ia tidak menyelesaikan kuliahnya. Pada tahun 1968, ia kembali ke IKIP Jakarta, mengambil jurusan Seni Rupa, namun ia lebih cenderung menjadi penulis dan jurnalis. Ia sempat menempuh pendidikan selama tiga tahun di Akademi Sinematografi, Bidang Penyutradaraan.[1] KarierAsbari memulai bekerja untuk surat kabar Warta Dunia, sebagai pembantu, pada tahun 1964-1965. Pada tahun 1965, ia bekerja di Radio Republik Indonesia dalam acara Siaran Kata; pada tahun 1970, ia menjadi pembantu di majalah musik Aktuil dan penulis dan wartawan untuk Sinar Harapan. Pada tahun 1972, Asbari masuk majalah ekonomi Progress sebagai editor pariwisata. Setelah itu, ia bekerja di surat kabar Suara Pembaharuan.[1] Karier kepenulisanKarier kepenulisan Asbari dimulai pada tahun 1962. Karyanya banyak dimuat di berbagai surat kabar, seperti Berita Yudha, Kompas, Sinar Harapan, Intisari, Warta Dunia, dan Berita Minggu, serta majalah-majalah Tjaraka, Selecta, Lelaki, dan Aktuil.[1] Penerimaan karya dan penghargaanNovel Asbari, yang berjudul Ibu Guru Kami Cantik Sekali, sempat populer pada pertengahan tahun 1960-an dan diterbitkan dalam surat kabar Malaysia berjudul Utusan Melayu. Naskah ini kemudian dibukukan. Tahun 1980, novel ini diadaptasi ke dalam bentuk film yang disutradarai oleh Ida Farida dan dibintangi Lenny Marlina.[1] Pada tahun 1982-1983, Asbari memenangkan Hadiah Adinegoro untuk karya jurnalistiknya yang berjudul Esai Perjalanan Menjelajah Kemiskinan Sesudah 37 Tahun Merdeka. Ia memenangkan hadiah ketiga pada tahun 1984 dan pada tahun 1985, ia mendapatkan hadiah pertama Sayembara Penulisan Novel yang diselenggarakan majalah Sarinah di Jakarta.[1] Goenawan Mohamad, esais Indonesia, menilai karya Asbari yang berjudul Gigolo adalah contoh suatu pola dalam sastra kontemporer yang menampilkan "seks sebagai bagian logis dari keleluasaan berbuat, satu lanjutan dari kekuasaan dan kekayaan yang tidak sah."[3] Lihat pulaReferensi
|