Aruh BuntangAruh buntang (disebut juga mambuntang atau aruh buntang mamali) merupakan salah satu upacara keagamaan Kaharingan dari suku Dayak Dusun Deah di Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan, yang bertujuan untuk mengantar arwah dari orang yang telah meninggal menuju kehidupan berikutnya.[1][2][3][4] Aruh buntang terdiri atas tarian, nyanyian, dan musik yang dilaksanakan selama 3 sampai 14 hari.[1][2] Tarian-tarian yang menjadi bagian dari upacara adat ini dianggap sakral oleh penduduk setempat.[2] Unsur-unsur upacaraProsesi aruh buntang terdiri atas ritual memberi sesajen dan dilanjutkan 3 tarian yang masing-masing memiliki makna tersendiri.[1][4] Tarian-tarian yang yang menjadi bagian dari aruh buntang antara lain tari Guntur (tarian persembahan dengan menggunakan giring-giring), tari Mandau (tarian yang melibatkan kaum lelaki dan menggunakan mandau), dan tari Selendang atau tari Bahalai (tarian yang tidak boleh dilakukan oleh lebih dari 7 orang).[1][5][6] Selama berlangsungnya aruh buntang, ada iringan alat musik yang memainkan lagu tung buntang sebagai hiburan untuk arwah dan lagu ngebo lele sebagai ekspresi sorak-sorai dari warga serta keluarga.[1] Lama upacaraAruh buntang dapat berlangsung selama 3, 5, 7, atau bahkan 14 hari.[1][2] Lama upacara bergantung kepada kedudukan sosial dari orang yang telah meninggal tersebut.[1] Aruh buntang akan dilaksanakan selama 14 hari 14 malam hanya bagi mereka yang disebut orang mantir, salah satunya adalah kepala suku.[1] Referensi
Pranala luar |