Ari Hernanto SoemarnoAri Hernanto Soemarno (14 Desember 1948 – 13 November 2022)[1] adalah Direktur Utama Pertamina sejak 8 Maret 2006 sampai tahun 2009. Riwayat HidupPendidikan dan karierSoemarno menyelesaikan studinya di Universitas Aachen (Jerman) kemudian memulai karirnya pada tahun 1978 sebagai teknisi pengolahan di Kilang LNG Badak, Bontang, Kalimantan Timur.[2] Ia pernah dipercaya sebagai Staf Khusus Direktur Hilir dan Presiden Direktur Petral (anak perusahaan Pertamina yang berkedudukan di Singapura dan bergerak dalam bidang impor-ekspor BBM dan minyak mentah) pada Oktober 2003 sebelum kemudian menjabat Direktur Pemasaran dan Niaga.[3][4] Ia kemudian menjabat sebagai Direktur Utama Pertamina pada 8 Maret 2006. Pada awal masa jabatannya, Ia mencanangkan perubahan besar pada Pertamina.[5] Salah satu bukti perubahan besar tersebut adalah dengan perubahan logo dari sebelumnya menggunakan logo dua kuda laut menjadi anak panah. Pada masa awal menjabat sebagai Direktur Pertamina, Ia menyatakan keoptimisan Pertamina mampu untuk mengelola Blok Cepu secara komprehensif.[6] Tim Transisi Joko WidodoPada awal transisi pemerintahan SBY ke Joko Widodo, Ia sempat ditunjuk sebagai Ketua Kelompok Kerja (Pokja) Energi dan Anti-Mafia Minyak dan Gas (Migas). Latar belakangnya menjadi alasan penunjukan tersebut. Rini Soemarno, Ketua Tim Transisi kala itu, menjelaskan bahwa Ari dipilih lantaran memiliki kapabilitas tinggi dalam hal minyak dan gas. Ia berharap keberadaan Ari di Tim Transisi dapat memberikan kontribusi terutama dalam menyelesaikan persoalan migas yang terjadi selama ini.[7][8] Ia sempat menyatakan pesimismenya terkait niat Pertamina untuk menawarkan saham perdana PHE (Pertamina Hulu Energi) pada tahun 2020.[9] Keamanan Kebakaran KilangTerkait berulangkalinya kebakaran dan ledakan yang terjadi di kilang minyak milik Pertamina terutama yang terjadi pada tahun 2021, Ia berpendapat bahwa penyebab dari kebakaran tangki yang berulang di kilang karena terjadi degradasi budaya kerja operasional kilang, khususnya terkait dengan aspek keselamatan (safety) dan pemeliharaan selain itu tujuan untuk mencapai operational excellence sudah tidak menjadi pegangan lagi.[10] Subsidi BBM dan TKDN (Tingkat Kandungan Dalam Negeri)Ia berpendapat bahwa selama masih ada subsidi dan selama masih ada disparitas (harga antara harga keekonomian dan harga subsidi yang besar) stok BBM tidak akan aman.[11] Terkait impor gas yang meningkat, Ia berpendapat bahwa hal ini disebabkan oleh tidak seimbangnya konsumsi gas dalam negeri dengan gas yang diproduksi sehingga untuk menyeimbangkan neraca harus melalui impor.[12] Selain itu, terkait TKDN (Tingkat Kandungan Dalam Negeri), sistem terkait TKDN di dalam proyek migas sudah sangat baik dan harus terus dioptimalkan dengan pengawasan pelaksanaan yang ketat dan rasional . Hanya saja ada adanya konflik kepentingan tertentu menyebabkan permasalahan dan menyulitkan pelaksanaan proyek. Kondisi ini menurutnya sudah ada sejak 35 tahun yang lalu atau sejak pertengahan dekade 80an.[13][14] Harga Bahan Bakar Minyak 2022Ia pernah berpendapat bahwa harga keekonomian Pertalite Rp11.000 per Liter dan Pertamax Rp14.500 per Liter bahkan sempat meramalkan bahwa harga Pertamax bisa mencapai Rp 16.000,00 pada April 2022.[15][16][17][18][19] Selain itu, Ia tidak mempermasalahkan apabila Indonesia akan membeli minyak mentah dari Rusia meskipun terdapat embargo ekonomi pasca invasi Rusia ke Ukraina pada Maret 2022.[20][21] Ia juga berpendapat terkait kemungkinan harga BBM yang bisa turun pada Oktober 2022.[22] KeluargaSoemarno adalah putra dari ekonom Soemarno dan kakak kandung Rini Soemarno, mantan Menteri Perindustrian dan Perdagangan serta mantan Menteri BUMN. Ia wafat pada 13 November 2022 akibat serangan jantung dan dimakamkan di San Diego Hills.[23][24] Referensi
|