Anka Adika Production

Anka Adika Production
Informasi latar belakang
AsalBandung, Jawa Barat, Indonesia
GenreTeater
Tahun aktif1997-sekarang
Mantan anggotaAming Sughandi, Ozzol Ramdan, Dewi Lastmi (AFI 1), Sandi Tile, Ucup Palentin, Donne Maula[butuh rujukan]

Anka Adika Production (AAP) adalah sebuah teater musikal asal Bandung.

Sejarah

Salah Satu Adegan di Saryati oh Saryati tahun 1997 (Arsip AAP)

Teater ini dibentuk oleh seniman bernama Anton Yustian, yang berhasil mempersatukan tim-tim kabaret Bandung dimasa itu. Bentuk garapannya merupakan kolaborasi antara teater, kabaret, tari, dan musik (band modern dan musik tradisional). Secara resmi AAP dicetuskan tanggal 20 Mei 1997 melalui SK Depdikbud No. 1933/102.11/KS/1997. Proses pendewasaan AAP berawal dari penggarapan kabaret (lipsync live) dan kini telah menemukan bentuk yang merupakan ciri khas AAP yaitu “longser gaul”. Diawal bentuknya merupakan gabungan antara seni tradisional Jawa Barat (longser) dipadu dengan kabaret sebagai seni modern yang sedang trend di kalangan anak muda Bandung. Setelah dicoba melalui beberapa pertunjukan di Bandung, para penonton juga penikmat seni sangat antusias. Hal ini terbukti dengan setiap pertunjukan AAP selalu dipadati oleh penonton sehingga harus menambah jadwal pertunjukan sesuai permintaan publik yang meningkat.

Bukan tanpa alasan longser gaul lahir berdasarkan proses pencarian bentuk yang inovatif, dinamis, dan kreatif. Melihat fenomena tersebut, AAP sadar betul dan bertanggung jawab untuk mengembalikan kecintaan para generasi muda akan budaya tradisi. yang sebenarnya tidak kalah menarik dengan kesenian asing. Ide-ide inovatif yang dilahirkan AAP diharapkan akan menjadi trend di kalangan anak muda dan dapat mengembalikan citra seni tradisional terangkat ke jajaran yang lebih dinikmati dan dicintai di seluruh kalangan. AAP mencetuskan longser yang dapat dikolaborasikan dengan jenis kreativitas seni seperti band, kabaret, tari, musik tradisional dan lain-lain agar nuansa pagelaran dan tema ceritanya lebih variatif. Tidak hanya sekedar cerita terdahulu dalam bentuk garapannya ini lebih inovatif komunikatif serta atraktif sesuai dengan trend masa kini, kolaborasi yang demikian disebut dengan longser gaul.

Selain untuk memasyarakatkan kesenian daerah khususnya Jawa Barat. Dengan originalitas dan kreativitas yang AAP miliki, tampaknya longser kali ini akan lebih mudah untuk dinikmati sebagai kajian alternatif yang mudah dicerna. Kolaborasi antara musik tradisional dan modern juga bahasa anak muda yang cenderung bebas ditambah seni kabaret yang merupakan seni inovatif anak berdasarkan cerita-cerita yang segar, AAP yakin longser gaul akan dapat diterima oleh masyarakat luas.

Keanggotaan, Karya, dan Penonton Setia

Keanggotaan AAP bermulai sejak pertama kalinya gabungan tim-tim kabaret dan teater sekolah bergabung di latihan bersama Dago Tea House dan memulai debut pertunjukan di Teater Terbuka Taman Budaya Jawa Barat dengan judul 'Saryati oh Saryati' di akhir tahun 1996, AAP sendiri masih dibawah naungan Balai Pengelola Taman Budaya Jawa Barat saat itu. Setiap tahunnya AAP membuka pendaftaran keanggotaan untuk meregenerasi anggota dan mengganti kekosongan peran dalam pementasan anggota yang sudah tidak aktif di dalam pentas pertunjukan. Sebanyak 2 (dua) kali penerimaan anggota AAP setiap tahunnya dibuka, dengan rangkaian penerimaan seperti pembekalan materi dasar teater dan pertunjukan hingga casting pemeranan, proses penerimaan dilakukan pada pertengahan tahun dan di akhir tahun. Akhir tahun merupakan proses pertunjukkan untuk pementasan di bulan Februari-April, dan di pertengahan tahun merupakan proses pertunjukan untuk karya yang akan dipentaskan di bulan september-November. Sehingga setiap angkatan keanggotaan AAP dinamai dengan nama judul pertunjukkan, seperti angkatan 'Jalan Tak Berujung' di awal 2005, atau angkatan 'Ken Arok' di tahun 2006.

Hingga sampai saat ini sudah tercatat kurang lebih 1500 anggota AAP yang tersebar di Indonesia, yang masih aktif sekitar 50 orang. Anggota AAP silih berganti dikarenakan kesibukkan dari masing-masing anggotanya, seperti kuliah, bekerja, pindah domisili, dan kesibukan lainnya, karena AAP sendiri tidak menuntut anggotanya untuk tetap bertahan di keanggotaan AAP sendiri, AAP selalu memberi ruang terbuka anggotanya untuk berkarir lebih cemerlang apalagi dalam bidang hiburan. Para anggota AAP yang berkarir di dunia hiburan nasional Aming Sughandi, Ozzol Ramdan, Dewi Lastmi (AFI 1), Sandi Tile, Ucup Palentin, Donne Maula, dan lain-lain.

Hingga kini lebih dari 40 pentas besar dan ratusan pentas kecil sering di garap oleh AAP, setiap tahunnya AAP memiliki penonton hampir 10.000 di setiap judul karyanya, rata-rata penonton merupakan pelajar dan mahasiswa dengan kategori tiket harga pelajar, namun karena kesetiaanya kepada AAP para pelajar dan mahasiswa yang sudah lulus pun menjadi penonton setia AAP dan membeli tiket kategori umum.

Sosok Pendiri AAP

Anton Yustian JR adalah tokoh pendiri Anka Adika Production. Selain itu dia berperan sebagai sutradara dan penulis naskah dikelompok ini. Anton dan AAP sudah seperti tubuh yang tidak bisa terpisah, Anton adalah sosok penting dalam perkembangan kelompok AAP, Anton berupaya menjadikan seni pertunjukan yang di produksinya mampu diterima dengan baik oleh masyarakat umum dari berbagai lapisan. Anton mengimplementasikan tujuan ini pada naskah naskah yang ditulis untuk AAP. Cerita-cerita yang ditulis Anton lebih banyak mengenai kisah remaja atau cerita kekinian yang semua orang akan tahu atau kenal dengan cerita tersebut tanpa harus berfikir lama. Anton selalu fokus dan mencipta pertunjukan untuk AAP karena dia ingin produksi tersebut memiliki nilai jual dan kualitas yang baik, sehingga penonton dapat menikmati karyanya dengan baik. Anton selalu menyadari bahwa penonton adalah faktor penting dalam sebuah peristiwa teater, tanpa penonton peristiwa teater tidak akan pernah terjadi. Memanjakan penonton adalah nada dasar dari pertunjukan yang Anton dan AAP suguhkan.

Bentuk Pertunjukan AAP

Menyelami dunia dan gaya berfikir penonton merupakan hal penting dalam pembuatan karya. Dikarenakan penonton AAP didominasi oleh remaja, maka dunia remaja harus didalami sebagai landasan pertunjukan dari AAP. Penonton harus menikmati apa yang disuguhkan oleh AAP, sehingga apa yang diinginkan penonton Itu lah yang AAP suguhkan. Pertunjukan musikal yang AAP tampilkan kerap dinamai dengan istilah "dua warna". Penamaan ini muncul karena bentuk pertunjukan ini menggabungkan antara dialog dan tata musik yang direkam (kabaret) dengan dialog dan musik yang ditampilkan secara langsung. Seperti proses kreatif sebuah kelompok teater konvensional, AAP pun melaksanakan proses latihan sesuai dengan kelompok teater konvesional. Dengan tahapan pertunjukan, yaitu latihan AAP dimulai dengan bedah naskah, dan diskusi bentuk pertunjukan. Tahapan proses pertunjukan dilakukan proses pemilihan pemain (casting) dilanjutkan pada proses membaca naskah (reading). Aktor harus mampu mengerti cerita apa yang akan dipagelarkan. Dan sutradara akan bertugas sebagai pengarah alur cerita yang biasanya Kang Anton sebagai penulis naskah akan memaparkan cerita yang telah dibuat. Proses membaca naskah ini sangat diperlukan oleh AAP karena saat pertunjukan kebanyakan aktor AAP akan melakukan improvisasi maka aktor trsebut harus benar-benar mengerti sususan cerita dalam naskah, hal ini akan membantu aktor saat mengembangkan naskahnya diatas pentas. Setelah proses membaca naskah dianggap cukup maka akan berlanjut pada proses pengaturan tata letak aktor diatas panggung. Aktor akan diberikan gambaran besar tempat mereka membagi ruang dengan aktor lainnya. Aktor pula dituntut untuk mampu melakukan koreografi atau gerakan tari, walau dalam pertunjukan AAP menari tidak menjadi suguhan yang diutamakan. Dengan jumlah aktor yang masif sutradara akan jeli membagi komposisi ruang diatas pentas. Ini penting guna memberikan keseimbangan panggung pada pertunjukan AAP yang berpacu pada wilayah improvisasi selalu menjadikan panggung adalah wilayah eksplorasi actor. Panggung selalu dibuat padat dan memberikan kemungkinan-kemungkinan bergerak yang leluasa untuk aktor menguasai panggungnya. Sebagai kelompok kabaret tentunya AAP pun tidak lepas untuk melakukan latihan lipsync atau latihan gerak bibir agar tampak kesesuaian antara gerak bibir dan bunyi dialog yang telah direkam sebelumnya.

Ciri khas Anka Adika Production

  1. Jalan cerita terkesan hanva sebagai jembatan dari satu adegan adegan lain tanpa kuasa mempersatukan keutuhan makna cerita
  2. Cerita yang ditampilkan bertema anak muda atau cerita kekinian yang sedang digandrungi oleh anak muda, namun bisa pula berasal cerita rakyat (foklor)
  3. Properti panggung untuk menunjukan latar tempat cerita bersifat stastis (satu latar) sebagai bentuk efisiensi pertunjukan
  4. Unsur humor didominasi oleh media verbal (dialog) actor
  5. Pelantang (Microphone) menjadi alat pengeras suara aktor, yang digenggam selama aktor berdialog diatas panggung
  6. Pemusik ditampilkan secara langsung dan digabung dengan beberapa bagian yang direkam untuk menapilkan suasana cerita bahkan menjadi dialog seperti pola kabaret pada umumnva
  7. Dialog tidak seluruhnya berasal dari naskah, bisa berubah seketika saat pertunjukan berlangsung
  8. Tempat pertujukan didominasi di gedung pertunjukan yang mampu menampung penonton secara massal seperti Teater tertutup Taman Budaya Jawa Barat dan G.K Rumentang Siang Bandung
  9. Aktor diberi kebebasan untuk mengembangkan naskah (improvisasi), dengan batasan tertentu dari sutradara
  10. Aktor yang memerankan tokoh cerita didominasi oleh anak muda usia 14 sampai 32 tahun

Karya

  • Tangkuban Titanic (Saryati oh Saryati)
  • Oh Papa Oh Papa
  • Romlah dan Juned
  • Nono dan Nini
  • Balada Toto dan Titi 1
  • Karnadi Bandar Bangkong
  • Kampung Durjana
  • Balad Toto dan Titi 2
  • Wah Cakepnya (Lutung Kasasar)
  • Balada Toto dan Titi 3
  • Mudik Yuk !
  • Balada Toto dan Titi 4
  • King Lieur
  • Kenapa Harus Cinta (Sangkuriang)
  • Surabi Bandung
  • Bukan Ciung Wanara
  • Cleopatra (adaptasi William Shakespeare)
  • Paranormal Gadungan (adaptasi Moliere)
  • Jalan Tak Berujung
  • Chandra Kirana (Selangit Dendam)
  • Ken Arok
  • Putri Sumur Bandung
  • Balada Toto dan Titi (extended)
  • Nyanyian Kelam Negeriku
  • Rumah Kardus
  • Surabi Bandung (extended)
  • Lutung Kasarung
  • Mutiara dari Bandung Selatan (Moch. Toha)
  • Ciung Wanara
  • Umar Bin Khatab
  • Ayam dan Kucing (naskah anak)
  • Nyai Dasima
  • Pengadilan Monyet
  • Galau
  • Nono dan Noni
  • Ki Hajar Dewantara
  • Putri Pantai Selatan (Dewi Kadita)
  • Negeri Harapan
  • Manusia Katak
  • Situ Bagendit

Galeri

Pranala luar

Kembali kehalaman sebelumnya