Anindya Bakrie
Anindya Novyan Bakrie, B.Sc., M.B.A. (lahir 10 November 1974) adalah pengusaha Indonesia di bidang teknologi, media, telekomunikasi, dan kendaraan listrik.[1][2][3] Saat ini ia adalah pemilik klub sepakbola Inggris Oxford United bersama Erick Thohir dan menjabat sebagai Direktur Utama Bakrie Group,[4] yang mengendalikan sejumlah perusahaan publik dengan kapitalisasi pasar gabungan sekitar US $15 miliar.[5] Anindya merupakan pendiri sekaligus CEO dari Visi Media Asia (VIVA) Group yang memiliki stasiun televisi dengan lini berita dan olahraga tvOne, lini hiburan ANTV, dan portal berita VIVA.co.id.[6] Anindya mendorong grup Bakrie untuk malakukan transisi ke sektor energi baru dan terbarukan. Keuntungan dan kekayaan grup Bakrie yang selama ini terkumpul dari bisnis batu bara diinvestasikan ke dalam proyek energi hijau dan sejumlah program transisi energi.[7] Pengadaan 52 bus listrik pertama di Jakarta dilakukan oleh Grup Bakrie.[8][9] Anak perusahaan Bakrie yg membidangi industri mobil listrik PT VKTR Teknologi Mobilitas menjalin kerjasama dengan perusahaan asal China BYD Automobile pada 2018. Bus listrik yang dioperasikan oleh Pemda Jakarta yang melayani sebagian masyarakat ibu kota berasal dari VKTR, dimana Anindya Bakrie menjabat sebagai Komisaris Utama.[10] Ia juga merupakan pendiri Bakrie Center Foundation yang menjadi wadah kegiatan filantrofi Anindya.[11][12] Selain itu, ia juga menjabat sebagai Ketua Dewan Pertimbangan di Kamar Dagang dan Industri Indonesia,[13] dan ditunjuk oleh Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono sebagai Direktur APEC Business Advisory Council (ABAC).[14] Kehidupan awal dan pendidikanAnindya lahir di Jakarta, indonesia pada tanggal 10 November 1974, merupakan anak dari Aburizal Bakrie dan Tatty Murnitriati.[15][16] Anindya adalah cucu tertua Achmad Bakrie yang merupakan pendiri Bakrie Group pada tahun 1942, yang sekarang dikenal sebagai Bakrie & Brothers. Anindya Bakrie menikahi Firdani Saugi dan memiliki 3 orang anak. Anindya mengenyam Pendidikan dasar di Sekolah Dasar Triguna, lulus pada tahun 1986 sebelum melanjutkan Pendidikan menengah di sekolah Katolik khusus pria, Pangudi Luhur, yang keduanya berlokasi di Jakarta.[17] Ia kemudian belajar di Phillips Academy di Andover, Massachusetts, sebuah sekolah menengah atas di United States. Dilatarbelakangi oleh ketertarikan di bidang keuangan dan teknologi, serta keinginan mengikuti jejak bisnis Ayah serta Kakeknya, Anindya pada awalnya hendak mengambil ekonomi sebagai jurusan utama di bangku perkuliahan.[18] Namun kemudian, Anindya meraih gelar sarjana di bidang Teknik Industri dari Northwestern University, Illinois, pada tahun 1996.[19] Ia kemudian mendapatkan gelar Master dari Global Management Immersion Experience (GMIX) program di Stanford Graduate School of Business pada tahun 2001.[19] Ia kemudian berusaha menjembatani mahasiswa untuk dapat mengenyam Pendidikan di Stanford Business School melalui Bakrie Center Foundation.[20] KarierAnindya memulai kariernya sebagai banker investasi di Salomon Brothers, Wallstreet, di Amerika Serikat pada tahun 1996.[18] Pada tahun 1997, ayah Anindya Bakrie, Aburizal Bakrie, memintanya untuk kembali ke Indonesia pasca kerusuhan 1998. Ketika baru mendapatkan gelar M.B.A dari Stanford, ia kemudian menjabat sebagai Deputy to Chief Operating Officer dan Managing Director of Bakrie & Brothers.[21] MediaAnindya pertama kali berkecimpung di bidang media di perusahaan Cakrawala Andalas Televisi (ANTV). Pada tahun 2002, Anindya mengirim proposal restrukturisasi ke lebih dari 200 kreditor dan membujuk mereka untuk merestrukturisasi utang mereka menjadi ekuitas. Hutang dipotong menjadi nol, meskipun itu berarti memotong saham Bakrie dari 60% menjadi 21%. Anindya juga membuat penyesuaian konten, mengubah campuran dari pemrograman umum yang individual menjadi berfokus pada acara ramah keluarga seperti acara kuis, pertunjukan anak-anak dan pertandingan sepak bola.[22] Pada 2007, ia membeli stasiun TV kedua, Lativi Media Karya, dari pebisnis dan mantan menteri Ketenagakerjaan, Abdul Latief. Stasiun ini berganti nama menjadi TV One dan direkonstruksi untuk fokus pada berita untuk pemirsa kelas menengah. Bersama-sama, ANTV dan TV One menguasai sekitar 15,6% dari pengeluaran iklan TV di Indonesia. Pada 2011, Anindya bekerja sama dengan pengusaha Erick Thohir, untuk mengambil kedua stasiun TV tersebut, ditambah portal berita online Vivanews. Di Visi Media Asia — atau grup Viva — Anindya adalah ketua dan Erick Thohir adalah presiden direktur.[23] Pada tahun 2014, Bakrie Global Group yang dipimpin oleh Anindya menginvestasikan Series C di Path, sebuah jaringan sosial pribadi, dengan jumlah pengguna aktif dari Indonesia yang mencapai 4 juta orang.[24] Namun, situs jejaring sosial Path pada akhirnya ditutup pada tanggal 18 Oktober 2018.[25] TelekomunikasiPada bulan Desember 2003, Anindya menjadi Presiden Direktur & CEO PT Bakrie Telecom, penyedia telekomunikasi nirkabel CDMA publik terbesar di Indonesia pada saat itu, dengan lebih dari 11 juta pelanggan pada tahun 2011. Perusahaan ini menawarkan produk dan layanan telepon seluler, telepon rumah, panggilan langsung internasional, telepon jarak jauh, layanan akses internet, dan layanan bernilai tambah.[26] Kendaraan Listrik Anak perusahaan Bakrie Group, PT VKTR Teknologi Mobilitas, melantai di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 19 Juni 2023. Emiten kendaraan listrik yang berbasis di Jakarta ini didukung oleh BYD Automobile, produsen kendaraan listrik asal China. Anindya Bakrie menduduki posisi sebagai Komisaris Utama VKTR.[27][28] VKTR berhasil menghimpun dana masyarakat sejumlah 875 miliar rupiah ($58.4 million) melalui IPO (Initial Public Offering) pada tanggal 19 June 2023.[29] Pada Maret 2022, VKTR menyuplai 30 bus listrik ke Pemerintah Daerah Jakarta, yang kemudian digunalan sebagai armada transportasi umum.[30] Pada Desember 2022, tambahan 22 bus listrik diserahkan, sehingga totalnya menjadi 52 bus listrik.[31] Selama 14 Bulan sejak Maret 2022, armada 52 bus listrik ini telah digunakan oleh 10 juta penumpang dan 5,5 juta ton penggunaan karbon dioksida dapat dihemat, atau setara dengan menanam 250,000 pohon setiap tahun.[32] Filantropi Bakrie membantu menjembatani kerjasama antara Ibu Kota Nusantara, yang berkomitmen untuk melakukan pembangunan secara emisi nol bersih, dengan the Stanford Doerr School of Sustainability. The Stanford Doerr dan pemerintah Indonesia sepakat untuk mencari peluang kerja sama dalam berbagai proyek yang masih sejalan dengan program beasiswa Stanford dan sasaran pembangunan berkelanjutan Indonesia. Proyek-proyek tersebut antara lain dapan mencakup: pembangunan ekonomi rendah karbon; pembiayaan transisi menuju masyarakat berkelanjutan; pemenuhan prioritas kebutuhan makanan; pembangunan kota baru yang berkelanjutan.[33] Referensi
Pranala luar
|