Abies koreana
Abies koreana adalah spesies tumbuhan dari famili Pinaceae (suku pinus-pinusan) yang tumbuh di bioma beriklim sedang di Korea Selatan (termasuk Jeju-do). Pada tahun 1920, Ernest Henry Wilson memperkenalkan nama ilmiah Abies koreana.[1] DistribusiSpesies ini tergolong dalam spesies endemik yang hanya ditemukan di Korea Selatan (Jeju, Jirisan, Hallasan, Gayasan, Kongo-san, Mudung-san, Deogyusan), dominannya di wilayah selatan negara tersebut. Populasi terbanyak dapat ditemukan di Pulau Jeju, kira - kira 60 mil lepas pantai di Selat Korea.[2] HabitatSpesies ini tumbuh pada ketinggian 1000-1900 m di hutan hujan beriklim sedang. Kondisi lingkungan yang ideal agar pohon ini dapat tumbuh subur adalah kondisi yang sejuk, dingin, dan curah hujan tinggi.[3] Pohon ini tidak toleran terhadap tempat basah dan kondisi perkotaan. Pohon ini juga mentoleransi sedikit panas dan kelembapan.[4] MorfologiPohon ini memiliki perawakan yang kecil, mirip cemara lainnya dengan tinggi yang berkisar antara 30 sampai dengan 60 kaki. Diameter batang berukuran 70 cm. Kulit kayunya lembut dan mengandung resin, berwarna abu-abu kecokelatan. Daunnya lebar dan tumpul linier, panjangnya 1-2 cm dan lebar 2-2,5 mm, bagian atas dan bawahnya berwarna hijau tua, memiliki dua pita stomata berwarna putih. Panjang dan lebar kerucut masing-masing adalah 4-7 cm dan 1,5-2 cm, berwarna ungu tua sebelum matang. Benih bersayap yang tersebar saat kerucut dewasa atau strobili terbuka 6 bulan setelah penyerbukan. Kerucut muncul saat tinggi spesies ini mencapai tiga kaki.[3] Pertumbuhan pohon ini tergolong cukup lambat apabila berada di daerah yang mirip pegunungan Alpen. Sekitar 1,50 m setiap 10 tahun. Butuh waktu hampir 30 tahun agar spesies ini mencapai kedewasaan.[2] ManfaatPohon ini sering dijadikan sebagai pohon natal dan tanaman hias untuk taman kecil dan balkon karena memiliki sistem akar dangkal yang mudah dipindahkan.[3][4] Biji A. koreana merupakan sumber minyak esensial yang kaya (hingga 8,5%) dan berpotensi menarik bagi industri parfum. Kandungan enantiomer laevorotary limonene pada minyak dalam bentuk yang hampir murni bisa digunakan untuk mengisolasi hidrokarbon monoterpena ini.[5] Status KonservasiStatus konservasi spesies ini terakhir kali dinilai pada tahun 2010 dalam Daftar Merah Spesies Terancam IUCN dengan kategori sebagai terancam punah berdasarkan kriteria B2ab(ii,iii,v).[6] Selain itu, spesies ini juga telah menerima skor dari Evolutionarily Distinct and Globally Endangered (EDGE) sebesar 0,41, yang menempatkannya pada posisi 341 dalam daftar EDGE Gymnospermae. Nilai kekhasan evolusioner dari spesies ini sebesar 3,57 sehingga berada pada peringkat 927.[7] Referensi
|