Abdullah bin Umar bin Abdul Aziz
Abdullah bin Umar bin Abdul Aziz (bahasa Arab: عبد الله بن عمر بن عبد العزيز; meninggal 750) adalah seorang pangeran Umayyah, putra Khalifah Umar bin Abdul Aziz (berkuasa 717–720), dan menjabat sebagai gubernur Irak dalam waktu yang singkat di bawah Yazid bin Al-Walid pada tahun 744–745. Sebagai gubernur ia menumpas pemberontakan Abdullah bin Muawiyah di Kufah, meskipun Ibnu Muawiyah berhasil melarikan diri ke Istakhr di Persia.[1] Setelah kematian Yazid, saudaranya Ibrahim bin Al-Walid menggantikannya sebagai khalifah dalam waktu yang singkat dan tetap mengukuhkan Abdullah sebagai gubernur Irak.[2] Marwan bin Muhammad (berkuasa 744–750), yang kemudian berhasil mengambil alih kekhalifahan, menunjuk seorang pendukungnya sendiri dari anggota Qais yang bernama An-Nadhr bin Sa'id al-Harasyi sebagai gubernur Irak, tetapi Abdullah bin Umar tetap mempertahankan dukungan mayoritas suku Bani Kalb dari garnisun Suriah di Irak. Ibnu Umar tetap di Al-Hirah, sementara Nadhr dan para pendukungnya menempatkan diri mereka di pinggiran kota Dair Hind, dan selama beberapa bulan kedua gubernur yang saling bersaing dan pasukan mereka saling berhadapan dan bertempur di sekitar Al-Hirah.[3] Konflik antara Ibnu Umar dan an-Nadhr tiba-tiba berakhir dengan munculnya pemberontakan Khawarij yang dimulai di antara suku Bani Rabi'ah di Mesopotamia Atas. Kelompok Khawarij menentang kekhalifahan Marwan dan pendukungnya yang berasal dari suku Mudhar dan Qais, dan mereka memilih Adh-Dhahhak bin Qais Asy-Syaibani sebagai khalifah mereka. Pada awal 745 mereka menginvasi Irak dan mengalahkan kedua gubernur Umayyah yang bersaing.[4] Nadhr melarikan diri kembali ke Suriah untuk bergabung dengan Marwan, tetapi Ibnu Umar dan para pendukungnya mundur ke Wasith. Namun pada musim panas 745 Ibnu Umar dan para pendukungnya menyerah dan mendukung Khawarij dan Dhahhak—yang bahkan bukan berasal dari suku Quraisy, suku Nabi Muhammad— sebagai khalifah mereka. Ibnu Umar diangkat sebagai gubernur Dhahhak untuk Wasith, Irak timur, dan Persia barat, sedangkan Dhahhak memerintah Irak barat dari Kufah.[4] Setelah Dhahhak dibunuh oleh tentara Marwan di Kafartuta, Yazid bin Hubairah dikirim untuk menegakkan kekuasaan Umayyah di Irak. Ibnu Hubairah mengalahkan Khawarij di Kufah dan kemudian pergi ke Wasith dengan Ibnu Umar berhasil ditangkap.[5] Ibnu Umar kemudian meninggal di penjara Marwan di Harran bersama kerabatnya Al-Abbas bin Al-Walid dan seorang anggota Abbasiyah Ibrahim bin Muhammad karena wabah di kota.[6] Silsilah dan keluargaSilsilahnya adalah Abdullah bin Umar bin Abdul Aziz bin Marwan bin al-Hakam bin Abi al-Ash bin Umayyah bin Abdu Syams al-Umawi.[7] Ibu Abdullah adalah Lamis binti Ali bin al-Harits bin Abdullah bin al-Hushain Dzul Ghishshah bin Yazid bin Syaddad bin Qanan al-Haritsi.[7] Ia mempunyai saudara kandung laki-laki yang bernama Bakkar dan saudara kandung perempuan yang bernama Ummu Ammar.[7] Abdullah memiliki anak yang bernama Bisyr yang merupakan perawi hadis dan meriwayatkan dari ayahnya dan pamannya, Abdul Aziz bin Umar bin Abdul Aziz.[8] Referensi
Daftar pustaka
|